Tim Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terdiri dari Dr. Perdinan, Dr. I Putu Santikayasa, Yon Sugiarto, MSc dan beberapa asisten Tim Iklim berikan penjelasan terkait risiko iklim pada produksi pertanian dan penilaian dampak perubahan iklim di sentra produksi pertanian Kabupaten Subang serta untuk meningkatkan kapasitas petani dalam manajemen pertanian berbasis iklim. Acara ini dikemas dalam bentuk pelatihan lapang dan diskusi saung iklim hasil kerjasama dengan Kabupaten Subang. Acara digelar di Badan Penyuluhan Pertanian (BPP) Kec Binong, Kabupaten Subang, beberapa waktu lalu. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas petani dalam interpretasi risiko terkait iklim pada produksi pertanian dan penilaian dampak perubahan iklim di sentra produksi pertanian Kabupaten Subang serta untuk meningkatkan kapasitas petani dalam manajemen pertanian berbasis iklim. Terkait penuturan dampak iklim pada pertumbuhan padi, petani mengaku pada fase persiapan dan perawatan lahan petani mengalami kesulitan dalam pengolahan lahan, pada fase penyemaian terjadi beberapa akar yang membusuk, pada fase vegetatif yaitu padi rentan terserang hama penyakit, sedangkan di fase panen, sering ditemukan kualitas gabah yang buruk serta tingkat produksi gabah yang menurun. Tidak hanya itu, salah satu kesulitan yang petani alami pada pengolahan tanah adalah kebutuhan traktor. Sedangkan saat penanaman, kalau kebanyakan air akan banyak terserang hama penyakit sampai fase panen dan pada saat air banyak pada proses pengisian padi maka produksi gabah akan turun dan kualitas gabahnya jelek. Dr Perdinan selaku Tim IPB mengatakan bahwa kebutuhan air yang diperlukan petani tidak harus banyak dan tidak perlu air tergenang. “Perlu kecukupan air pada setiap fase pertumbuhan padi, kelebihan dan kekurangan penggunaan air dapat berpotensi menurunkan produksi padi. Jika tanah sudah jenuh, maka airnya tidak harus tergenang. Itu tandanya kebutuhan airnya sudah cukup,” ujarnya. Pelatihan lapang saung iklim ini membentuk partisipasi petani beserta penyuluh dalam membentuk diskusi serta latihan pengolahan informasi hujan serta intepretasi tingkat risiko iklim. Selain itu, saung iklim juga dapat mengukur tingkat pengetahuan petani mengenai hujan dan fase tanaman padi, dampak curah hujan pada setiap fase pertumbuhan padi dan kebutuhan air di setiap fase, penentuan tanggal tanam berdasarkan infomasi iklim, faktor iklim dan non iklim penyebab kegagalan panen serta aksi yang sudah petani lakukan untuk menanggulanginya.(dh)
Sumber : ipb.ac.id