Asal usul Kabupaten Pati

access_time | label Lainnya

Kabupaten Pati adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang letaknya di sebelah barat kabupaten Kudus dan Jepara, Kabupaten Rembang berada disebelah timurnya,  kabupaten Blora dan Grobogan berada di sebelah selatannya. Lalu disebelah utara juga berbatasan dengan Laut Jawa. Kondisi geografis yang sebagian besar merupakan dataran rendah membuat kabupaten pati kaya akan hasil taninya. terdapat rangkaian pegungungan kapur utara yang membentang di bagian selatan perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora.Kota Pati pada zaman dahulu adalah sebuah kerajaan sendiri, yang saat ini menjadi daerah kekuasaan majapahit,yang kemudian di ambil alih oleh mataram.
Berhentinya Pemerintahan di Pulau Jawa pada saat Menjelang akhir abad ke XIII sekitar tahun 1292 Masehi di Pulau Jawa, berhentinya penguasa pemerintahan yang berwibawa. Kerajaan Pajajaran runtuh, Kerajaan Singasari surut, dan pada saat itu Kerajaan Majapahit belum berdiri.

Di Pantai utara Pulau Jawa Tengah di dekat Gunung Muria bagian Timur muncul penguasa lokal yang mengangkat dirinya sebagai adipati, wilayah kekuasaannya itu disebut kadipaten.

Terdapat dua penguasa lokal di wilayah itu yaitu:

1. Penguasa Kadipaten Paranggaruda, Adipatinya bernama Yudhapati, wilayah kekuasaannya terdiri dari sungai Juwana ke selatan, sampai pegunungan Gamping Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan. Memiliki putra yang bernama Raden Jasari.

2. Penguasa Kadipaten Carangsoka, Adipatinya bernama Puspa Andungjaya, wilayah kekuasaannya meliputi utara sungai Juwana sampai pantai Utara Jawa Tengah bagian timur. Adipati Carangsoka memiliki seorang putri yang bernama Rara Rayungwulan.
Kadipaten Carangsoka dan Paranggaruda Berbesanan
Kedua Kadipaten tersebut hidup rukun, damai, saling menghormati serta saling menghargai untuk melestarikan kerukunan dan memperkuat tali persaudaraan, Kedua adipati itu sepakat untuk mengawinkan putra dan putrinya. Utusan Adipati Paranggaruda untuk meminang Rara Rayungwulan telah diterima, tetapi calon mempelai putri minta bebana agar pada saat pahargyan boja wiwaha daup (resepsi) dimeriahkan dengan pagelaran wayang dengan seorang dalang kondang yang bernama”Sapanyana”.Dengan gamelan peralatan yang datang sendiri.

Untuk memenuhi bebana itu, Adipati Paranggaruda menugaskan penggede kemaguhan bernama Yuyurumpung agul-agul Paranggaruda. Sebelum melaksanakan tugas itu, lebih dulu Yuyurumpung berniat untuk melumpuhkan kewibawaan Kadipaten Carangsoka dengan  menguasai dua pusaka milik Sukmayana di Majasemi. bantuan Sondong Majeruk kedua pusaka itu dapat dicurinya namun sebelum dua pusaka  diserahkan kepada Yuyurumpung, dapat direbut kembali oleh Sondong Makerti dari Wedari. Bahkan Sondong Majeruk tewas dalam perkelahian dengan Sondong Makerti. Pusaka itu diserahkan kembali kepada Raden Sukmayana. Usaha yang dilakukan Yuyurumpung untuk menguasai dan memiliki dua pusaka itu gagal.

Walaupun seperti itu Yuyurumpung tetap melanjutkan tugasnya untuk mencari Dalang Sapanyana agar perkawinan putra Adipati Paranggaruda tidak mangalami kegagalan dan berhasil degan baik serta meriah.

Pada Malam pahargyan bojana wiwaha (resepsi) perkawinaan dapat diselenggarakan di Kadipaten Carangsoka dengan Pagelaran Wayang Kulit oleh Ki Dalang Sapanyana dan apa yang di inginkan bisa di penuhi.

Pada Malam pahargyan bojana wiwaha (resepsi) perkawinaan dapat diselenggarakan di Kadipaten Carangsoka dengan Pagelaran Wayang Kulit oleh Ki Dalang Sapanyana dan apa yang di inginkan bisa di penuhi.

Di luar dugaan pahargyan baru dimulai, tiba-tiba mempelai putri meninggalkan kursi pelaminan menuju ke panggung dan melarikan diri bersama Dalang Sapanyana. Pahargyan perkawinan antara ” Raden Jasari ” dan ” Rara Rayungwulan ” gagal.

Adipati Yudhapati merasa sangat dipermalukan, emosi tidak terkendali lagi. Dan menyatakan permusuhan terhadap Adipati Carangsoka. peperangan tidak dapat dielakkan. Raden Sukmayana dari Kadipaten CarangsokaAdipati Paranggaruda, Yudhapati dan putera lelakinya telah gugur dalam palagan membela kehormatan dan gengsinya. Memimpin prajurit Carangsoka yang telah mengalami luka parah dan kemudian wafat. Raden Kembangjaya (adik kandung Raden Sukmayana) yang meneruskan peperangan. dibantu oleh Dalang Sapanyana, menggunakan kedua pusaka itu dapat menghancurkan prajurit Paranggaruda. Oleh Adipati Carangsoka, karena jasanya Raden Kembangjaya dikawinkan dengan Rara Rayungwulan kemudian diangkat menjadi pengganti Carangsoka. Sedangkan dalang Sapanyana diangkat menjadi patihnya dengan nama ”Singasari“.

Untuk mengembangkan pembangunan dan memajukan pemerintahan di wilayahnya Adipati Raden Tambranegara memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten Pesantenan yang semula berada di desa Kemiri menuju ke arah barat yaitu, di desa Kaborongan, dan mengganti nama Kadipaten Pesantenan menjadi Kadipaten Pati. Dalam prasasti Tuhannaru, yang diketemukan di desa Sidateka, wilayah Kabupaten Majakerta yang tersimpan di musium Trowulan. Prasasti itu terdapat  didelapan Lempengan Baja, dengan bertuliskan huruf Jawa kuna. Pada lempengan yang keempat antara lain terdapat bunyi bahwa : ….. Raja Majapahit, Raden Jayanegara menambah gelarnya dengan ABHISEKA WIRALANDA GOPALA pada tanggal 13 Desember 1323 M. Dengan patihnya yang setia dan berani bernama DYAH MALAYUDA dengan gelar RAKAI, saat pengumuman itu bersamaan dengan pisuwanan agung yang dihadiri dari Kadipaten pantai utara Jawa Tengah bagian Timur termasuk Raden Tambranegara berada di dalamnya.

Raja Jayanegara dari Majapahit mengakui wilayah kekuasaan para Adipati itu dengan memberikan status sebagai tanah predikan, dengan syarat bahwa para Adipati itu setiap tahun harus menyerahkan Upeti berupa bunga. Adipati Raden Tambranegara juga hadir dalam pisuwanan agung di Majapahit itu terdapat juga dalam Kitab Babad Pati, yang disusun oleh K.M. Sosrosumarto dan S.Dibyasudira, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1980. Halaman 34, Pupuh Dandanggula pada : 12 yang lengkapnya berbunyi : ….. Tan alami pajajaran kendhih, keratonnya ing tanah Jawa angalih Majapahite, ingkang jumeneng ratu, Brawijaya ingkang kapih kalih, ya Jaka Pekik wasta, putra Jaka Suruh, Kyai Ageng Pathi nama, Raden Tambranegara sumewa maring Keraton Majalengka. Artinya Tidak lama kemudian Kerajaan Pajajaran kalah, Kerajaan Tanah Jawa lalu pindah ke Majapahit, adapun yang menjadi rajanya adalah Brawijaya II, yaitu Jaka Pekik namanya, putranya Jaka Suruh. Untuk mengatur pemerintahan yang semakin luas wilayahnya ke bagian selatan, Adipati Raden Kembangjaya memindahkan pusat pemerintahannya dari Carangsoka ke Desa Kemiri dengan mengganti nama ” Kadipaten Pesantenan dengan gelar ” Adipati Jayakusuma di Pesantenan. Kembang Joyo melakukan babat alas Kemiri . Setelah kelelahan membabat alas ada seorang penjual dawet yang melewati alas Kemiri tersebut lalu Kembang Joyo membeli dan bertanya mengapa dawet yang di minum rasanya enak. Pedagang dawet menjawab bahwa dawet tersebut dibuat dari tepung pati dan dan dibuat dari santan kelapa yang di peras . Sehingga Kembang Joyo menamai daerah tersebut Kadipaten Pesantenan yang sekarang menjadi Kabupaten Pati.

 

Hari Jadi Pati

Tanggai 7 Agustus 1323 sebagai HARI JADI KABUPATEN PATI telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor : 2/1994 tanggal 31 Mei 1994, sehingga menjadi momentum Hari Jadi Kabupaten Pati dengan surya sengkala ” KRIDANE PANEMBAH GEBYARING BUMI ”.

Memiliki makna ” Dengan bekerja keras dan penuh do’a kita gali Bumi Pati untuk meningkatkan kesejahteraan lahiriah dan batiniah “. Maka setiap tanggal 7 Agustus 1323 yang ditetapkan dan diperingati sebagai “Hari Jadi Kabupaten Pati”. Tapi sebenarnya dalam hitungan Jawa hari jadi Pati pada tanggal 10 Syuro .

Demikian sejarah Kabupaten Pati yang dapat Saya sampaikan untuk memberikan  Informasi tentang Kabupaten Pati.

Tags

Penulis

rinnn
smk bhina karya

Komentar