ilmu padi

access_time | label Lainnya

Falsafah padi itu sederhana, namun sarat makna jika diartikan dengan benar. Terlalu naif rasanya jika ilmu diidentikkan dengan buku-buku, sekolah-sekolah, kampus-kampus, dll walaupun memang aspek-aspek itu berkontribusi banyak dalam menimba ilmu. Namun kadang saya merasa menyesal membatasi diri saya dalam menimba ilmu dengan dikotomi seperti itu semua.

Seharusnya, semakin berilmu, manusia itu harus lebih menunduk. Maka saya sangat menyesal saya pernah membodohi orang lain, ngedebat, memperkosa hak orang lain, meremehkan orang lain dan lain sebagainya hanya untuk menunjukkan bahwa saya lebih berilmu dari mereka, sungguh hina rasanya. Ilmu bukan alat untuk membokongi orang lain, bukan sarana untuk meremehkan orang lain.

Ilmu lebih dari sekedar wawasan yang bebas. Ilmu tentunya lebih terarah, makanya orang yang berilmu seharusnya hidupnya, bicaranya, pikirannya -jiwanya- terarah. Sama halnya, kita perlu mengetahui ada jurang, tujuannya bukan untuk loncat ke dalam jurang, tapi untuk menghindari agar saya dan panjenengan semua tidak terjerumus ke dalam jurang bukan?

anda boleh mencari kesalahan orang lain, tapi bukan untuk menyalahkan orang tersebut, melainkan untuk mencegah diri kita agar tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang orang itu lakukan, lebih-lebih jika kita bisa meluruskan kesalahan itu semua. Apa gunanya kritik yang tidak disertai solusi? Banyak orang yang bisa menyalahkan, tapi jarang yang bisa membenarkan. Maka jadilah orang-orang yang masuk ke kelompok yang kedua, bisa membenarkan.

Nah hal yang semacam ini yang belum ada di lingkungan pendidikan formal. Jadi jika pendidikan formal, gelar akademis, dll hanya menciptakan eksklusivisme terhadap golongan “terdidik” dari yang “tak terdidik” dalam masyarakan, maka hal semacam ini dikotomi yang salah –masih menurut pandangan saya-.

Prestasi akademis bukan satu-satunya indikator tingginya ilmu. Kalau misalnya saya membuat analogi, maka ilmu yang sifatnya umum (akademis, dll) seperti rumput liar yang bisa tumbuh dimana pun, kapan pun, tanpa harus ditanam, sedangkan ilmu yang sifatnya moral, agama, dll itu seperti tanaman padi. Jadi Anda boleh membayangkan sepetak pematang sawah, maka rumput liar pun bisa bertahan tanpa ada perawatan sekalipun, ini tidak berlaku untuk tanaman padi, jika tidak ada yang menanamnya maka tidak akan tumbuh. Artinya apa, sesuatu yang bersifat moral itu harus ditanam, harus dipupuk. Kenapa harus dipupuk? Ya, hati manusia sangat labil. Kadang berada berada di jalur yang benar, namun ada kalanya keluar dari jalur yang seharusnya, saya pun demikian.

Oke, dari analogi di atas, rumput dan tanaman padi harus sama-sama seimbang, jika rumput liar terlalu lebat hingga menutupi tanaman padi, tentu hal ini yang perlu dihindari. Namun untuk menjaga agar semuanya seimbang bukanlah perkara yang mudah, perlu pengorbanan.

Penulis

Deny putra ardyansyah
NAMA DENY PUTRA ARDYANSYAH

Komentar