UGM Tanam Ribuan Bambu di Wanagama untuk Pelestarian Alam

access_time | label Berita

UGM membangun Hutan Bambu Program Pelestarian Alam di Kawasan Hutan Tujuan Khusus (KHDTK) Wanagama, Kabupaten Gunungkidul. Pengembangan ini dilakukan kerja sama antara UGM dengan PT Taspen (Persero) melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Taspen dalam rangka menciptakan kelestarian alam yang berkelanjutan. Dalam kesempatan itu, PT Taspen (Persero) yang diwakili oleh Direktur Utama, A.N.S Kosasih, menyerahkan bantuan senilai Rp290.500.000 secara simbolis kepada Rektor UGM. 

“Salah satu upaya untuk melestarikan alam adalah dengan menanam bambu. Secara ekologis, tanaman ini bisa menyimpan air dan menyuburkan banyak mikroorganisme yang tumbuh di bawahnya,” ungkap Direktur Wanagama, Dwiko Budi Permadi, Ph.D, pada acara Seremoni Pembangunan Hutan Bambu, Rabu (4/3).

Selain mampu menyimpan air dalam jumlah yang besar, bambu juga menyimpan cadangan karbon yang baik untuk mitigasi perubahan iklim. Di samping itu, bambu mempunyai manfaat ekonomis karena batangnya bisa menjadi material bangunan yang tangguh dan rebungnya bisa menjadi sumber pangan masyarakat.

Kegiatan Pelestarian Hutan Bambu Wanagama mulanya digagas oleh Fakultas Kehutanan UGM sebagai bagian dari gerakan 1.000 desa bambu yang menjadi rencana strategis KLHK dan Yayasan Bambu Lestari, khususnya klaster Yogyakarta.

Untuk mendukung kegiatan Pelestarian Hutan Bambu Wanagama yang berada di lokasi petak 7, 13 dan 16 ini, Taspen memberikan bantuan berupa bibit tanamam bambu petung total sebanyak 2.300 bibit yang telah ditanam secara bertahap. Pada bulan Desember 2019, penanaman tahap 1 telah dilakukan sesuai target yaitu sebanyak 1.100 bibit di atas lahan seluas 1 hektare yang lokasi tanamnya tidak jauh dari sungai sehingga diharapkan peluang hidup tanaman bambu menjadi lebih tinggi.

Penanaman tahap berikutnya sebanyak 1.100 bibit telah selesai dan sisanya 100 bibit digunakan untuk penyulaman. Selain itu, teknologi infus bambu juga diterapkan untuk mengantisipasi kekurangan air di musim kemarau.

“Demplot hutan bambu Wanagama yang memiliki total luas 2 ha ini rencananya akan dikembangkan menjadi 10 ha dan dikelola secara intensif menjadi ekosistem bambu yang memiliki banyak manfaat,” terangnya.

Ia mengharapkan dalam 5 – 10 tahun ke depan akan tumbuh industri pengolahan bambu di pedesaan dan lembaga desa serta pemerintah daerah dapat berkontribusi terhadap perluasan hutan bambu di Yogyakarta. Sejalan dengan itu, UGM pun akan berupaya untuk terus mengembangkan teknologi yang mampu meningkatkan nilai ekonomi bambu.

Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng, D.Eng, IPU., ASEAN Eng., memberikan apresiasi terhadap seluruh pihak yang mendukung program pengembangan hutan bambu. Pemilihan bambu sebagai tanaman yang dilestarikan dan dikembangkan khususnya di dalam kawasan Wanagama menurutnya sangat tepat karena akan membawa dampak yang baik bagi lingkungan alam maupun masyarakat yang hidup di dalamnya.

“Harus kita rawat sebaik-baiknya, agar kelestarian hutan yang dapat mendukung kehidupan umat manusia ini bisa kita jaga dengan baik,” kata Rektor.

Program Pelestarian Hutan Bambu Wanagama sesuai road map-nya akan dilakukan selama 10 tahun dengan empat fase, yaitu inisiasi unit percontohan (demplot) hutan tanaman bambu (produksi dan konservasi), perluasan klaster hutan Bambu Yogyakarta, pembangunan industri pengolahan bambu, dan yang terakhir, monitoring tata kelola bambu dan integrasinya dengan industri hilir.

“Harap pengembangan bambu di Wanagama ini nantinya akan direplikasi di tengah masyarakat. Selain bambu akan lestari, tentu juga memberi manfaat kepada UMKM dengan produk berbasis bambu,” ungkap Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi.

 

Penulis: Gloria
Foto: Vino



Sumber : https://ugm.ac.id/id/berita/19091-ugm-tanam-ribuan-bambu-di-wanagama-untuk-pelestarian-alam

Tags

Penulis

Berita Kampus
Namaku Tom, saya akan memberikan informasi/ berita seputar kampus yang ada di Indonesia

Artikel Terkait

Komentar