Adalah Bernad Octavianus ST, Feisal Rajab Rivai ST, Mahendra Perdana Sopaheluwakan ST, dan Ashando Hario Yudhanto ST, yang tergabung dalam Tim Graduate-21. Bernard Octavianus ST, ketua tim menjelaskan, IDEERS merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan oleh Taiwan National Center for Research on Earthquake Engineering (NCREE). “Ada 20 tim dari Taiwan, Filipina, Malaysia dan Indonesia yang bersaing membuat inovasi gedung tahan gempa,” terang mahasiswa Departemen Teknik Sipil ITS ini.
Lanjut mahasiswa yang akrab disapa Bernard itu, semua tim dibebaskan memilih material dan konsep gedung yang akan diterapkan. Namun, beban gedung sendiri dibatasi dalam bentuk pemberat. Dengan beban 40 kg, gedung ditargetkan rusak pada skala kekuatan gempa 1050 gal. “Disini kami harus membuat gedung tepat desain, semakin dekat dengan target robohnya gedung, semakin tinggi nilainya,” ungkapnya.
Untuk mencapai target tersebut, mereka menggunakan tiga sistem berbeda di setiap lantai gedung yang bernama Building of Heroes ini. Ketiga sistem yang dimaksud adalah Base Isolator, Viscous Damper, serta Tuned Mass Damper. “Tiga sistem ini disesuaikan berdasar kebutuhan dan ketersediaan material,” tutur pria asal Jakarta ini.
Meski persiapan telah matang, terdapat sebuah kendala teknis yang cukup merugikan. Hingga akhirnya, tim ini harus meniadakan sistem Viscous Damper agar tidak terkena penalti. “Setelah Viscous Damper dihilangkan, gedung kami harus jatuh di skala 900 gal saja,” kisah mahasiswa juga yang pernah menjadi peserta IDEERS 2015 ini.
Berkat kegigihannya, satu-satunya perwakilan Indonesia ini berhasil meraih dua dari empat kategori penghargaan. Pada kategori arsitektural, desain gedung tim G-21 dinilai paling modern dan masuk akal untuk diterapkan. Adanya panel surya di atap gedung, taman vertikal pada dinding gedung, serta intensitas cahaya yang masuk sangat cukup, menjadi kelebihannya dibanding tim lain. “Desain gedung ini didesain inovatif, namun tetap realistis, bukan hasil fantasi saja,” jelas mahasiswa berpostur tinggi ini.
Sedangkan dalam kategori presentasi, tim ini dinilai menggunakan konsep presentasi yang rapi dengan penjelasan runtut dan detail. Selain itu, adanya pengujian laboratorium membuatnya unggul dari tim lain. “Selain hitungan numerik dan realisasi, kami juga berikan animasi dan video pengujian gedung, sehingga menjadi inovasi tersendiri,” lanjut mahasiswa yang pernah menjuarai Kompetisi Konstruksi Bangunan ramping ini.
Tim yang dibimbing oleh Data Iranata ST MT PhD ini berharap ada perwakilan dalam kompetisi IDEERS selanjutnya dari Indonesia, terutama ITS. Sebab, kini Departemen Teknik Sipil telah mempunyai meja getar yang dapat dimaksimalkan penggunaannya. “Bagi Indonesia pun kompetisi ini sangat penting untuk ilmu pengetahuan, terlebih untuk kondisi geografisnya yang sering terjadi gempa,” pungkasnya. (mad/hen)
Sumber : https://www.its.ac.id/news/2019/10/13/inovasikan-gedung-tahan-gempa-its-borong-penghargaan/