SEJARAH DAN DALIL NATAL DALAM ISLAM

access_time | label Berita

             Sebenarnya Aqsol Madinah sudah membuat tulisan tentang Natal pada bulan Juli lalu. Namun, karena masih banyak saudara seiman kita yang masih bingung dan masih ikut-ikutan maka kami putuskan untuk membahas kembali, tentunya dengan pembahasan yang lebih jelas dan lebih lengkap.

Tweet @hasmi_bakhtiar yang mengatakan “Menjaga garis akidah umat Islam itu pekerjaan mulia para Nabi dan Ulama” juga membuat kami semakin semangat. Siapa yang tidak ingin mulia seperti Nabi dan Ulama?

Baiklah, kita mulai bahas natal dari fakta Sejarah.

Sejarah Natal

           Natal adalah sebuah kata dalam bahasa Yunani yang berarti lahir. Umat Kristen meyakini bahwa Natal yang jatuh pada tanggal 25 Desember adalah hari lahirnya Tuhan mereka, yaitu Yesus. Sementara kita (Islam) meyakini bahwa Yesus adalah seorang Nabi. Kita lebih mengenalnya dengan nama Nabi Isa AS. Tanggal lahir Nabi Isa yang di klaim umat Kristen ternyata bertentangan dengan Al-Qur’an yang kita imani. Di dalam Al-Qur’an surat Maryam (19) ayat ke 23 dijelaskan bahwa bahwa Nabi Isa As lahir pada muslim panas, yaitu ketika musim kurma berbuah dengan lebat.

Berikut adalah bunyi surat Maryam (19) ayat ke 23:

   Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan."

            Musim panas adanya di sekitar bulan Maret, sedangkan bulan Desember adalah waktunya musim dingin. Jadi jelas, menurut Al-Qur’an Nabi Isa lahir pada kisaran bulan Maret, bukan Desember. Lantas kenapa umat Kristen meyakini bahwa 25 Desember adalah kelahiran Nabi Isa AS? Karena 25 Desember adalah hari lahirnya Dewa matahari. Pada hari ini Rakyat Romawi mengadakan pesta meriah, banyak makanan, minuman, musik dan menari hingga pagi.

Loh terus apa hubungannya dengan natal?

          Nah, pada saat itu rakyat Romawi enggan masuk agama Katolik karena takut kehilangan pesta pada 25 Desember. Padahal, Kaisar mereka sudah masuk agama Katolik. Maka dibuatlah siasat oleh Kaisar dan Gereja dengan tujuan agar rakyat Romawi mau masuk Katolik. Diumumkan lah bahwa pesta 25 Desember akan terus berlangsung karena Yesus lahir pada tanggal tersebut. Setelah pengumuman itu orang Romawi menyimpulkan bahwa Yesus adalah Putra dewa matahari. Makannya pada lambang salib di tengahnya dan di bagian kepala selalu ada lingkaran, simbol matahari. Jadi sebenarnya Natal yang dirayakan oleh umat Kristen saat ini bukan untuk merayakan kelahiran Nabi Isa AS, tapi untuk merayakan kelahiran dewa matahari.

          Jadi, jika ada umat Islam yang mengucapkan selamat Natal, berarti dia mengucapkan selamat atas kelahiran dewa matahari. Padahal dalam agama Islam, kita tidak mengenal istilah dewa. Maka benar lah para ulama yang menyatakan haram mengucapkan selamat Natal. Maka benar lah fatwa MUI yang mengharamkan ucapan selamat Natal dan atribut Natal.

Oya, hati-hati! Menurut mantan biarawati Hj. Irena, menjelang Idul Fitri semua Gereja menyuruh anggotanya untuk mengucapkan selamat idul fitri. Tujuannya apa? Agar pada hari Natal kita juga mengucapkan selamat Natal.

Dalil tentang Natal

Tentunya kita tidak asing dengan hadis di bawah ini:

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”. (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Saya rasa, dari hadis di atas sudah jelas dan final mengenai hukum ucapan selamat Natal dan memakai atributnya.

Rasulullah melarang kita untuk menyerupai suatu kaum, jika kita menyerupai mereka, maka kita termasuk ke dalam golongan mereka.

Artinya, jika kita mengikuti orang Kristen, maka kita termasuk orang Kristen. Maka secara otomatis pula kita telah keluar dari agama Islam.

Allahu’alam.

Ingatlah kawan! Menjaga garis akidah umat Islam itu pekerjaan mulia para Nabi dan Ulama. Mari sebarkan artikel ini agar semakin banyak saudara kita yang mengerti tentang Natal menurut agama Islam.

 

Tags

Penulis

Agung Siswanto
SMK NEGERI 2 KARANGANYAR

Artikel Terkait

Komentar