Peneliti Departemen Kimia UGM, Prof. Dra Wega Trisunaryanti MS., M.Eng., Ph.D., memberikan sebuah solusi bagi permasalahan utama yang dihadapi para pengrajin minyak nilam Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo. Melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat berbasis Teknologi Tepat Guna, ia mencoba mencari solusi dari masalah pengeringan daun nilam yang efektif khususnya pada musim penghujan di daerah tersebut.
Pengrajin minyak atsiri nilam desa tersebut mengaku kesulitan mencukupi bahan baku nilam saat musim penghujan mulai datang. Padahal, permintaan akan minyak nilam cukup tinggi dan berkelanjutan. Produksi minyak atsiri di musim hujan pun didominasi oleh minyak cengkeh.
Ketua Kelompok Pengrajin Minyak Atsiri Kecamatan Samigaluh, yang juga pemilik UMKM Minyak Nilam Surya Wulan, Bambang, mengatakan minyak atsiri di Samigaluh menjadi incaran buyer. Bahkan, pemerintah telah menetapkan wilayah Samigaluh sebagai “Sentra Atsiri Yogyakarta”. Gelar tersebut dibuktikan dengan jumlah daun nilam basah yang dihasilkan mencapai 2 sampai 2,5 ton dalam satu kali panen yaitu per empat bulan.
Permasalahan hadir karena pelaku UMKM minyak nilam Gerbosari mendapatkan bahan baku melalui pengeringan daun nilam dengan cara menjemurnya di bawah sinar matahari. Padahal, metode tersebut menyebabkan produksi minyak nilam menjadi bergantung pada cuaca.
“Kendala utama dihadapi oleh UMKM minyak nilam Gerbosari adalah menurunnya kuantitas dari daun nilam kering ketika musim penghujan. Permasalahan ini berdampak pada menurunnya hasil produksi minyak nilam secara langsung,” ujar Bambang.
Tidak hanya itu, Bambang mengungkapkan permasalahan lainnya yang dialami oleh UMKM minyak nilam Gerbosari adalah alat distilasi yang masih bergantian dengan cengkeh sehingga proses pembersihan alat distilasi harus terus dilakukan. Terkadang minyak nilam yang telah diproduksi pun terkontaminasi oleh sisa minyak cengkeh. Hal itu menyebabkan turunnya kualitas dari minyak nilam yang diproduksi.
“Pengembangan teknologi pengering daun nilam kami lakukan untuk mendorong peningkatan produksi minyak nilam daerah ini. Setelah teknologi ini terpasang, nantinya kami melihat potensi peningkatan yang baik dari desa mitra kami. Potensi yang besar dari produksi minyak nilam ini perlu dukungan secara terus-menerus, baik oleh pemerintah maupun para peneliti dari perguruan tinggi,” tuturnya sembari melakukan finalisasi program di UMKM mitra.
Oleh karena itu, Prof. Wega Trisunaryanti yang dibantu oleh dua peneliti lain yaitu Prof. Karna Wijaya, M.Eng., dosen Departemen Kimia dan Dr. Chotimah, dosen Departemen Fisika UGM, membuat sebuah teknologi sebagai solusi permasalahan tersebut. Pelaksanaan program ini juga dibantu oleh dua mahasiswanya yaitu Satriyo dan Widi serta bantuan dari bengkel Departemen Fisika UGM.
“Prinsip dari teknologi pengeringan daun nilam ini ialah dengan memanfaatkan sisa panas hasil pembakaran bahan bakar untuk distilasi minyak nilam maupun cengkeh untuk kemudian dialirkan dengan pipa menuju rumah pengering. Udara kering panas akan memanaskan udara dalam rumah pengering yang telah diisi daun nilam dengan kapasitas bisa lebih dari 1 ton,” jelas Chotimah.
“Untuk pendanaan sendiri, program pengabdian dan pemberdayaan ini merupakan hibah Program Kemitraan Masyarakat 2019 yang didanai oleh Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Indonesia,” tambah Chotimah.
Pelaksanaan kegiatan ini meliputi tahap persiapan yaitu survei kondisi mitra dan desain teknologi pengeringan. Hal itu dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan yaitu pembuatan paket teknologi hingga tahap percobaan dan finalisasi.
Karna Wijaya juga menambahkan bahwa rangkaian teknologi yang dirancang ini diharapkan dapat mendorong kegiatan UMKM minyak nilam Gerbosari dalam rangka meningkatkan kemakmuran bersama. Luaran dari kegiatan ini akan digunakan secara langsung oleh UMKM minyak nilam Gerbosari dan dipublikasikan pada jurnal nasional yang terakreditasi.
“Selain itu, kami juga akan menginisasi terbentuknya jejaring Academic-Business-Government yang berorientasi pada pemberdayaan. Harapannya jejaring tersebut akan semakin menguatkan visi dan misi program kami untuk turut ikut andil dalam upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Khususnya goal ke-8 yaitu Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, dan goal ke-9 yaitu Infrastruktur, Industri dan Inovasi,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)