UNS — Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Group Research (GR) Energy Conversion, Combustion, and Energy Education (ECCEE) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menciptakan mesin pembuat tepung ikan dari limbah ikan.
Mesin ini diciptakan untuk mendukung kemandirian pakan ikan bagi kelompok pembudidaya ikan Desa Berahan Kulon, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Pelaksanaan PKM ini, diketuai oleh Dr. Eng. Herman Saputro dengan beranggotakan Dr. Laila Fitriana, Budi Siswanto, M. Ars, Ir. Husin Bugis, dan Ranto, M. T, berlangsung pada Jumat (16/10/2020).
Selain bekerja sama dengan kelompok pembudidaya ikan, GR ECCEE UNS turut menggandeng Energy Convertion and Combustion Laboratory (ECCL) UNS untuk melibatkan mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS dalam hal inovasi dan desain mesin pembuat tepung ikan.
“Mesin ini memanfaatkan limbah ikan menjadi tepung ikan. Seperti diketahui bersama bahwa harga pakan ikan saat ini menjadi variabel utama bagi pelaku usaha pembudidayaan ikan,” ujar Ketua GR ECCEE UNS, Dr. Eng. Herman Saputro, dalam keterangan resminya, Selasa (20/10/2020).
Ia menerangkan gagasan pembuatan mesin pembuat tepung ikan diawali dari observasi dan diskusi bersama Kepala Desa (Kades) Berahan Kulon, Bp. Sugondo, ST., MT. Selanjutnya, GR ECCEE UNS menindaklanjuti hasil observasi tersebut dengan melakukan identifikasi masalah dan pemetaan potensi yang ada di Desa Berahan Kulon.
Temuan yang didapat GR ECCEE UNS adalah limbah ikan yang mencapai 100-150 kg/ hari belum termanfaatkan dan adanya masalah ketersediaan pakan ikan bagi kelompok pembudidaya ikan di Desa Berahan Kulon.
“Hasil diskusi bersama antara GR ECCEE UNS, kades dan kelompok pembudidaya ikan sebagai UMKM mitra sepakat untuk melakukan kegiatan pemberdayaan kelompok nelayan dalam pemanfaatan limbah ikan menjadi tepung ikan,” terang Dr. Eng. Herman Saputro.
Desain mesin pembuat tepung disesuaikan dengan karakteristik bahan baku yang berupa limbah ikan dan ketersediaan energi penggerak di Desa Berahan Kulon. Keunggulan dari mesin ini adalah mampu menyelesaikan tahapan pembuatan tepung ikan, mulai dari tahap awal sampai akhir, dengan mulai mencacah hingga menghaluskan tepung ikan.
Penghalusan tepung ikan dapat dilakukan sebab mesin ini dilengkapi dengan mekanisme pengayakan yang dioperasikan secara terintegrasi untuk menghasilkan tepung dalam dua bentuk ukuran yang berbeda.
Dengan keberadaan mesin ini, Dr. Eng. Herman Saputro berharap dapat membantu ketersediaan pakan ikan bagi kelompok pembudidaya ikan di desa ini. Saat ini harga pakan ikan di pasaran berkisar Rp 12.000-Rp 15.000/ kg, sehingga pakan ternak menjadi variable penting dalam budidaya ikan.
Dari perhitungan biaya produksi tepung ikan dengan memanfaatkan limbah ikan membutuhkan ongkos Rp 5.000-Rp 6.000/kg. Jika berjalan dengan baik, Dr. Eng. Herman Saputro mengatakan akan ada penghematan yang sangat signifikan. Penghematan tersebut dapat meningkatkan penghasilan kelompok pembudidaya ikan.
Salah satu anggota kelompok pembudidaya ikan, Imam, mengucapkan terima kasih atas kontribusi dan perhatian yang diberikan GR ECCEE UNS. Ia mengharapkan kegiatan in dapat rutin dilakukan, terutama tentang mesin-mesin lain yang mendukung budidaya ikan dan tambak.
“Terima kasih UNS sudah menggelar program kemitraan ini. Kami sangat terbantu dan semoga bisa rutin dilakukan kedepannya,” ujar Imam. Humas UNS
Reporter: Yefta Christopherus AS
Editor: Dwi Hastuti