Tak Hanya Membaca, Kampung Literasi ITS juga Hasilkan Karya Nyata

access_time | label Berita

Dr Kartika Nuswantara SPd MPd sebagai penanggung jawab menjelaskan bahwa kegiatan pada Kampung Literasi ini tak hanya membaca, namun juga melakukan reproduksi cerita. Hingga memicu anak-anak untuk berimajinasi, kemudian menuangkannya ke dalam sebuah tulisan berupa cerita pendek.

Buku pertama yang dihasilkan dari Kampung Literasi Dolly pada tahun 2017 berjudul Potret Dolly ≠ Potret Surabaya. Dalam buku ini berisi tentang imajinasi mereka, salah satunya ada yang bercerita mengenai hujan. Kemudian pada tahun 2018, mereka menghasilkan buku kedua yang berjudul Dolly juga Surabaya. Berbeda dengan sebelumnya, yang ditulis kali ini merupakan perasaan tertekan mereka akibat adanya ‘stempel’ yang negatif dari masyarakat karena tinggal di Dolly.

Dosen yang mengajar bahasa Inggris ini mengatakan, anak-anak di kawasan Dolly merasa senang karena bisa menulis dan menuangkan pengalamannya menjadi sebuah cerita. “Ada realita di balik cerita mereka yang selama ini dipendam dan akhirnya bisa dicurahkan dalam sebuah cerita,” tutur Kartika.

Sedang pada program yang dijalankan lima TBM di sekitar ITS, setelah beberapa pertemuan di tahun 2018, akhirnya dari 100 anak ada 30 anak yang berhasil menyelesaikan tulisannya hingga dikumpulkan menjadi sebuah buku. “Buku yang telah dihasilkan tersebut selanjutnya dicetak dan dibagikan ke TBM di sekitar Surabaya,” ungkap Kartika lagi.

Berbagai hasil perkembangan dari program Kampung Literasi itu pun disampaikan kepada Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng, Rabu (23/10). Kartika menjelaskan bahwa pertemuan kali ini bertujuan untuk memperkenalkan kegiatan kampung literasi kepada Rektor ITS. Ia merasa perlu untuk memberitahukan bahwa ITS memiliki perhatian besar pada perkembangan literasi masyarakat dengan penghasilan rendah.

Kartika mengatakan bahwa anak-anak yang kurang beruntung juga mempunyai hak yang sama untuk belajar dan mendapatkan literasi dengan baik. Sehingga permasalahan ini menjadi tugas ITS untuk menanganinya. “Maka dengan melalui Kampung Literasi ini, ITS telah terlibat langsung untuk berperan di dalamnya dan Wali Kota Surabaya, Bu Risma (Tri Rismaharini, red), juga sudah mengakui kegiatan kami,” klaimnya.

Kartika mengungkapkan bahwa ITS ini unik, karena bukan bidang keilmuan pendidikan melainkan teknologi tapi bisa membuat orang untuk menulis. Sehingga mampu menggerakkan Kakak TBM, yaitu pegawai yang direktrut oleh pemerintah kota untuk menulis di TBM. Yang selanjutnya berkolaborasi dengan mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) ITS untuk membuat ilustrasinya, dan kini telah lahir 20 cerita bergambar (cergam) dari kakak TBM tersebut.

Menurut Kartika, penambahan ilustrasi ke dalam beberapa halaman juga akan ada pada buku yang ditulis anak-anak dari lima TBM tersebut yang dikeluarkan pada tahun 2019 ini. Ilustrasi ini juga dibuat oleh mahasiswa DKV ITS. “Hal ini dikarenakan belajar dari buku sebelumnya yang hanya berisi tulisan saja sehingga menyebabkan kurang menarik pembaca,” terang Kartika.

Kartika berencana tahun 2020 akan membuat buku-buku yang ditulis full ilustrasi dan dapat diakses melalui aplikasi. Sehingga anak-anak bisa membaca melalui gawai mereka masing-masing. “Karena ini sudah memasuki era revolusi industri 4.0 dan disruptive, era di mana yang tradisional akan tergantikan dengan yang modern,” pungkasnya. (naj/HUMAS ITS)



Sumber : https://www.its.ac.id/news/2019/10/24/tak-hanya-membaca-kampung-literasi-its-juga-hasilkan-karya-nyata/

Tags

Penulis

Berita Kampus
Namaku Tom, saya akan memberikan informasi/ berita seputar kampus yang ada di Indonesia

Artikel Terkait

Komentar