Sebanyak total 14 penghargaan berhasil dibawa pulang oleh Kuntoro selama berkuliah. Perjalanan ini bermula akan ketertarikannya terhadap ilmu teknik sipil yang sudah menjadi sasarannya sejak duduk di bangku SMA. Ia mengungkapkan bahwa program studi (prodi) teknik sipil merupakan salah satu potensi yang memiliki prospek besar ke depannya.
“Melihat pembangunan Indonesia yang terus berkembang, dan lebih yakin untuk belajar ilmu teknik di institut dibandingkan universitas, jadinya saya lebih tertarik untuk masuk dan memilih Departemen Teknik Sipil di ITS,” ungkapnya.
Memasuki awal perjalanannya menjadi seorang mahasiswa ITS, ia termotivasi oleh pembicara yang saat itu memberikan insight mengenai kompetisi berbasis teknik sipil. Kuntoro mempunyai pandangan jika ia tertantang untuk menjadi orang yang memiliki nilai lebih dibandingkan civil engineer lainnya.
Pemuda yang akrab disapa Kun ini berkata jika ia mulai mencoba mengikuti lomba bersama rekan-rekan terpercayanya beberapa kali. Walaupun gagal di percobaan pertama, Kuntoro dan tim tetap mantap untuk berlaga lagi pada percobaan kedua yang berhasil menjadi Runner Up pada ajang Young Civil Engineer – Innovation Festival (YCE-INOFEST) di Universitas Negeri Jember.
“Di sisi lain, kami belum cukup merasa puas dengan hasil yang kami capai saat itu, karena masih belum bisa meraih juara pertama, setelah mencoba lagi hingga mendapat juara 1, kami malah ketagihan untuk mengikuti lomba lainnya,” ungkap mahasiswa angkatan 2017 ini.
Pada setiap kompetisi yang diikuti, Kun berujar jika ia bersama timnya seringkali mengajukan karya berupa beton inovasi dengan menggunakan limbah kulit kerang, dengan kombinasi abu terbang (fly ash), abu sekam, sebagai pengganti semen maupun tidak dengan kombinasi. “Namun jika dibandingkan inovasi beton yang lain, ciri khas yang kami buat masih menggunakan beberapa persen semen, ini pun tergantung pada hasil percobaan kombinasi yang digunakan,” ulasnya.
Wisudawan yang tertarik akan ilmu analisa struktur bangunan dan jembatan ini terus terpacu untuk mengadu karya ciptaannya, pasalnya ia melihat peluang yang bertebaran, relasi semakin luas, pengalaman, serta fasilitas yang sudah tersedia di ITS. “Sesekali juga pernah kewalahan dalam membagi waktu kuliah dengan lomba, sampai mengakibatkan nilai yang cukup turun di semester 2,” curah Kun.
Ia melanjutkan jika mungkin hal tersebut termasuk dalam titik terendahnya, maka berbanding terbalik dengan masa di tahun kedua sampai ketiganya. Saat itu menjadi masa puncak seorang Kuntoro selama di kampus. Pasalnya ia dapat menyabet enam juara pertama dalam satu bulan dan di enam kota berbeda pula.
“Bahkan di rentang waktu tersebut, ada satu minggu di mana kami mendapat tiga kali juara pertama di tiga kota berbeda, ditambah nilai semester itu bagus, jadi masa itu cukup memuaskan untuk saya,” ucap bungsu dari dua bersaudara ini.
Baginya, pencapaian yang telah diraih selama menjadi mahasiswa di ITS sudah cukup memuaskan. Tidak hanya tentang prestasi, Kun juga cukup puas menghabiskan masa kuliahnya dengan berorganisasi dan kepanitiaan yang diminati.
Beberapa kontribusi yang sudah diberikan di antaranya menjadi Staf Hubungan Luar UKM EXPO ITS 2018, wakil ketua Tim Pembina Kerohanian Buddha (TPKB) ITS 2019, dan Staf Ahli Citra Himpunan Mahasiswa Sipil, (HMS) ITS 2020.
Di akhir, Kuntoro mengaku senang bisa berkuliah di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Pasalnya, ia dapat bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah yang sangat luar biasa, begitu juga dengan dosen dan tenaga didik di ITS yang sangat welcome dan ramah kepada mahasiswanya. “Itu merupakan hal yang patut saya syukuri selama ini dan merasa sangat terbantu selama berkuliah di kampus perjuangan,” tandas pemuda asal Medan ini. (HUMAS ITS)
Reporter : Fatima Az Zahra