Wakil Rektor bidang Kerja Sama dan Alumni, Prof. Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M., mengatakan para penerima beasiswa sesungguhnya adalah duta UGM. Mereka dipercaya membawa nama UGM ke kancah nasional maupun internasional dan dimanapun berada setelah lulus.
“Mengapa demikian? Karena tidak ada beasiswa yang diberikan begitu saja, beasiswa selalu diberikan melalui seleksi. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika saya katakan disini alumni penerima beasiswa di UGM ini adalah well selective people," katanya di Grha Sabha Pramana, Sabtu (14/12) saat berlangsung Temu Alumni Penerima Beasiswa.
Menurutnya, sudah selayaknya jika UGM mengandalkan para penerima beasiswa untuk turut serta membantu UGM meningkatkan reputasi melalui reputasi internasional. Sebab, UGM terus menerus berupaya meningkat rangking.
Data QS World University Ranking menyebut tiga tahun lalu UGM pada ranking 550 dan kini pada posisi 320. Reputasi terus membaik tentu karena peran banyak pihak, terutama para penerima beasiswa melalui penelitian dan publikasi.
“Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peranking dunia, misalnya World QS World University Ranking, mereka mungkin akan mengirim pada teman-teman sekalian, kemudian menanyakan tempat kuliah teman-teman ini belajar. Itu salah satunya dan banyak hal yang bisa dilakukan teman-teman," ucapnya.
Paripurna berharap pada alumni penerima beasiswa untuk membangun network. Sebagai orang yang well selective people, para penerima beasiswa tentunya memiliki kesamaan, minimal suka-duka sebagai penerima beasiswa entah darimanapun dan bisa diceritakan bagi para mahasiswa dan mahasiswi.
Dr. J. Satrijo Tanuwidjojo dari Tanoto Foundation menyatakan Tanoto Foundation adalah sebuah filantropi. Tanoto bukan CSR, melainkan filantropi independen yang didirikan bapak ibu Tanoto dari Besitang, Sumatera Utara yang membuka dan menyediakan akses untuk sekolah.
“Jadi, sampai sekarang kami adalah filantropi yang mencari dampak yang dirasakan oleh masyarakat, dan Insya Allah dampak untuk negara. Tanoto Foundation fokus pada bidang pendidikan, sebab kami percaya pendidikan yang berkualitas mempercepat kesejahteraan peluang," katanya.
Program-program Tanoto Foundation fokus pendidikan dari anak usia dini, sekolah dasar dan menengah dan tingkat lanjut. Program-program tersebut dijalankan dengan memberikan beasiswa-beasiswa.
“Saya sebut program-program tersebut sebagai sigap, pintar dan teladan karena anak dari umur 0-6 hasilnya semoga mereka menjadi sigap, setelah mencapai SD dan SMP sehingga hasilnya menjadi pintar, kemudian masuk universitas disiapkan menjadi pemimpin dan akhirnya menjadi pemimpin yang teladan," ucapnya.
Sulatama Raharja, ST., M.T selaku salah satu inisiator beasiswa Kagama menambahkan Kagama hingga saat ini mengembangkan dua skema beasiswa, yaitu beasiswa Kagama dan Dana Abadi Beasiswa Kagama. Melalui berbagai macam kegiatan dana-dana tersebut dikumpulkan dan diserahkan kepada UGM.
“Dana-dana tersebut kemudian dikembangkan dan dikelola oleh UGM. Mungkin bisa jadi ditambah oleh UGM dan peruntukannya untuk beasiswa," terangnya.
Menurutnya, keberadaan beasiswa Kagama dilatarbelakangi kepedulian alumni UGM melihat bencana tsunami Aceh pada bulan Desember 2004. Menurutnya, di tahun 2005 muncul ide untuk menggalang beasiswa karena saat itu banyak mahasiswa UGM yang orang tuanya menjadi korban tsunami.
“Bersama teman-teman menginisiasi beasiswa Sahabat Aceh. Kita menyisihkan 2,5 persen dari penghasilan kita untuk beasiswa teman-teman Aceh sampai lulus. Pada waktu itu cuma bisa untuk 8 orang," katanya.
Penggalangan dana untuk beasiswa juga terjadi mereka yang bekerja di Chevron Pasific. Para lulusan Geologi, Fakultas Teknik UGM dipotong gajinya 100 ribu setiap bulan untuk beasiswa mahasiswa Teknik Geologi, FT UGM.
“Itu sempat berjalan beberapa tahun sampai pada tahun 2011, saya pun sempat berpikir Kagama di tahun-tahun itu belum memiliki program beasiswa. Akhirnya agar menjadi berguna bagi sesama dan alumni maka tidak harus menunggu kaya, kita pun menginisiasi beasiswa kagama," kata Sulastama.
Ide awal, kata Sulastama, setiap alumni menyumbang 50 ribu per bulan atau 600 ribu per tahun. Jumlah tersebut jika terkumpul tentu jumlahnya menjadi tidak sedikit.
Pada saat itu ada 90 alumni sehingga dana yang terkumpul akan mampu untuk beasiswa 18 orang. Setiap mahasiswa bisa mendapat 250 ribu per bulan atau 3 juta per tahun.
“Jadi, kita memulai dengan ide semacam itu, kalau menunggu kaya relatif lebih lama untuk peduli. Sayangnya karena keterbatasan resources, kita belum bisa mendampingi para penerima beasiswa hingga kini," ucapnya. (Humas UGM/ Agung; foto: Fino)
Sumber : https://ugm.ac.id/id/berita/18853-penerima-beasiswa-diharapkan-bantu-reputasi-ugm