Adalah Michael Adrian Subagio selaku ketua tim, Abdul Quddus Al Kahfi, Bernadus Krisna Brata, dan Muhammad Rafli Revansyah dari Departemen Teknik Kimia, serta Wahyu Febianto dari Departemen Teknik Elektro yang mengusung inovasi untuk menggabungkan sumber energi bersih yaitu nuklir dan teknologi hidrogen.
Muhammad Rafli Revansyah, salah satu anggota tim mengatakan, proses produksi hidrogen yang ada saat ini masih menggunakan metode konvensional dengan steam reforming gas metana yang bersumber dari bahan bakar fosil, sehingga menjadi tidak ramah lingkungan. Hidrogen ini dapat digunakan untuk mobil berbahan bakar hidrogen ataupun digunakan di skala industri.
Berdasarkan permasalahan tersebut, ungkap mahasiswa yang biasa disapa Rafli ini, timnya membuat sebuah inovasi untuk membuat hidrogen yang lebih hijau dan ramah lingkungan. Hidrogen tersebut diproses di dalam reaktor nuklir berjenis Molten Salt Reactor dengan menggunakan thorium sebagai bahan bakar.
Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang biasanya menggunakan uranium bisa menjadi salah satu solusi. Namun keterbatasan cadangan uranium membuat PLTN Uranium ini tidak tepat dibangun di Indonesia. “Sedangkan thorium ini jumlahnya cukup banyak di Indonesia dan belum dimanfaatkan,” imbuh mahasiswa berkacamata ini.
Rafli menambahkan, salah satu proses produksi hidrogen adalah dengan mengelektrolisis air, di mana elektrolisis ini memerlukan listrik. Pada inovasi ini, listrik yang digunakan berasal dari PLTN yang menggunakan thorium. “Sedangkan pada metode konvensional, listrik berasal dari pembakaran bahan bakar fosil,” ujarnya.
Melalui inovasi yang berjudul Utilization of Thorium Small Molten Salt Reactor for Nuclear Hydrogen Production as a Green Renewable Energy Solution for Indonesia, tim yang menjadi perwakilan dari tim Spektronics ITS tersebut berhasil meraih pedali perunggu pada kompetisi internasional ASEAN Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) 2021, bulan lalu.
Rafli juga mengakui bahwa dalam proses pengerjaan paper untuk kompetisi tersebut, timnya sempat mengalami kendala. “Karena reaktor nuklir berbahan bakar thorium yang sudah dikomersialkan belum ada, kami kesulitan dalam pencarian data keamanan dan keefektifannya secara lengkap,” jelasnya.
Ke depannya, Rafli dan tim berharap dapat mengembangkan inovasinya dengan ide-ide yang lebih inovatif. Mereka juga berharap agar inovasi yang sudah mereka buat dapat berguna bagi kemajuan Indonesia. (HUMAS ITS)
Reporter: ion28