Tidak asing lagi mendengar yang namanya mahasiswa, mahasiswa adalah kaum intelektual sekaligus berada pada jenjang pendidikan tertinggi. Namun tidak semua masyarakat Indonesia mendapatkan atau merasakan pendidikan di bangku perkuliahan oleh karena hambatan maupun latar belakang yang berbeda-beda, tetapi bagi orang-orang yang mempunyai kesempatan berkuliah belum tentu wawasannya lebih luas dari masyarakat biasa. Melihat keadaan saat ini sudah sangat mudah mengakses informasi atau banyak hal lainnya lewat internet akibat dari kecanggihan tekhnologi modern yang menguasi dunia akses saat ini. Hasilnya persaingan hidup sangat ketat dalam mempertahankan dan memilih masa depan yang mapan dan menjanjikan, karena banyak orang saat ini hanya butuh kenikmatan sementara dan gaya hidup praktis tanpa memikirkan di hari tua. Melihat perkembangan tekhnologi yang ada untuk menggapai masa depan yang cerah, maupun memilih pekerjaan adalah salah satu melihat kualitas, mentalitas dan kemauan yang tinggi. Itu sebabnya memilih topik yang unik ini, karena masiswa adalah agent of change, kaum intelektual sebagai generasi muda bangsa Indonesia ini, dengan mengubah gaya hidup mengarah ke yang lebih bermamfaat adalah pilihan dan harapan mahasiswa dalam menjalani hidup ini, lewat rekomendasi topik ini menambah semangat pembaca, mengubah pola pikir sebagai kaum intelektual yang mana memang benar-benar bermutu dan memiliki dampak bagi masyarakat sesuain peran yang di sandang mahasiswa.
Saat ini sangat banyak Sarjana-sarjana di Indonesia belum mendapatkan pekerjaan merupakan salah satu contoh bahwa mahasiswa tersebut kurang memiliki potensi atau belum siap dalam mengahadapi dunia pekerjaan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, jumlah lulusan perguruan tinggi yang bekerja adalah 12,24 persen. Jumlah tersebut setara 14,57 juta dari 118,41 juta pekerja di seluruh Indonesia. Sementara pengagguran lulusan perguruan tinggi mencapai 11,19 persen, atau setara 787 ribu dari total 7,03 persen orang yang tidak memiliki pekerjaan. Sementara 3.221 universitas di seluruh Indonesia selain perguruan tinggi agama di seluruh provinsi di Indonesia. Tingginya jumlah pengangguran merupakan ketidakseimbangan antara permintaan pasar tenaga kerja dan kompetensi lulusan. Melihat data diatas tidak terlepas dari kualitas mahasiswanya, melihat bagaimana kesehariannya dalam perkuliahan dan lingkungan tempat tinggal seseorang.
Mahasiswa modern sekarang punya gaya hidup sebagian besar tidak aktif dan cenderung untuk bermalas malasan dikos, cenderung mengikuti arus globalisasi, berbicara mengenai globalisasi pikiran kita mengarah pada kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang bersumber dari ilmu pengetahuan. Kita lihat di ruang lingkup paling kecil, saya kuliah di sebuah universitas kurang lebih satu setengah tahun saya menilai hampir 65% mahasiswa di jurusan saya tidak memegang peran sebagai mahasiswa yaitu agent social of change dan agent social of control dan ini terjadi hampir di seluruh universitas di Indonesia. Mahasiswa tidak lagi berpikir kritis, globalisasi tesebut cenderung membawa mahasiswa ke sikap materialisme yang artinya lebih diajak untuk bersenang-senang untuk kepentingan pribadi dan sesaat. Beberapa kebiasaan buruk dan sepele yang dilakukan mahasiswa seperti;
- tidak masuk kuliah karena dosen gak enak
- titip absen, yang satu ini sangat sering di jumpai dan menjadi penyakit mahasiswa jaman sekarang
- kekampus hanya mejeng, pamer dang ngobrol, merokok bareng kawan satu geng
- suka begadang, mahasiswa jaman sekarang begadang bukan karena tugas yang deadline tapi malah nongol depan handphone semalaman, medsos mulu
- tidur dikelas, tidak mendengarkan dosen, karena suka bosan, salah satunya juga akibat begadang
- gaming online, mabar bareng teman dikampus dan dimana mahasiswa tersebut nongkrong
- nipu orangtua buat beli buku
- telat masuk ruangan perkuliahan, bagaimana tidak meningkatnya korupsi di Indonesia, bagaimana jika sudah punya jabatan ?, dasarnya kita sudah tidak disiplin dalam hal waktu lebih mementingkan kepuasan diri terhadap modernisasi mengesampingkan perkuliahan, kita sudah mengorupsikan waktu kita untuk belajar.
Gaya hidup mahasiswa selain tidak aktif, cenderung mengikut arus globalisasi juga menjadi Individualistis, konsumerisme, hedonisme. Mari kita bahas satu persatu. Pertama, gaya hidup individualisme ini sangat berbahaya di kalangan mahasiswa, karena individualisme merupakan suatu faham yang mementingkan kepentingan pribadi tanpa mempedulikan orang lain, keegoisan seseorang dalam melakukan segala hal, tidak terikat dengan moral sebagai mahasiswa. Hal ini sangat sering terjadi, dimana kita tidak berbaur dengan orang lain, tidak berkolaborasi dengan program-program kampus yang ada. Mahasiswa ini juga tidak peka dengan kondisi yang ada di sekitarnya, seperti kebersihan lingkungan kosnya sendiri dan cenderung tidak rapi, dan susah untuk mengembangkan pengetahuan di dalam masyarakat setelah masuk ke dunia masyarakat. Seseorang individualisme juga memiliki rasa solidaritas yang kurang dan rasa kebangsaan yang kurang, sulit untuk bersosialisasi dengan sesama. Kedua, gaya hidup mahasiswa konsumerisme, menganggap dirinya menjadi lebih yang terbaik atau sombong, hal ini bagi mahasiswa indekost sangat merugikan diri sendiri terlebih keluarga, karena mahasiswa kos-kosan sebagian besar mendapat uang dari orangtua terlepas dari penghasilan pribadi dari bekerja dan sebagainya. Akibat dari hidup mewah dan berlebihan, pemamfaatan barang-barang mahal secara berlebihan tanpa batas hal ini juga mendorong mahasiswa bersikap individualis karena pemenuhankebutuhan yang memadai dan lengkap sehingga sulit untuk berbagi oleh karena kebutuhan maupun kepuasan secara personal. Ini juga membuat mahasiswa tidak tau diuntung atau tidak tau diri sementara orangtua bersusah payah untuk bayar uang kuliah, kontrakan dah kebutuhan lainnya. Sehingga mempersulit kita menguasai bidang ilmu yang kita ambil dan berdmpak pada masa depan seorang mahasiswa. Ketiga, Hedonisme mahasiswa merupakan kenikmatan, kesenangan yang dicari-cari dikampus. Mahasiswa hedonisme sering sekali bersantai dan tidak mau ambil pusing dalam perkuliahan dan tidak peduli dengan study yang ada dihadapanb setiap mahasiswa, mahasiswa hedon ini juga menganggap kuliah adalah lanjutan hal yang menyenangakan setelah di bangku sekolah. Mereka senang dengan bersantai menghabiskan waktu untuk bermain-main dan bersenang-senang sementara pengetahuan mereka sangat minim dengan dunia ilmu yang seharusnya dikuasai untuk menjalankan peran sebagai mahasiswa, mereka cenderung lama untuk skripsi (mahasiswa abadi).
Gaya hidup diatas merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan berulang kali sehingga susah untuk mengubah menjadi ke hal-hal yang baru untuk diterima karena sebagian besar sudah mendarah daging dan kemungkinan besar mendapatkan hasil yang kurang memuaskan dan akan menyesal dengan apa yang kita lakukan, membuang-buang waktu hanya untuk kenikmatan semata dan tidak bermamfaat bagi diri sendiri maupun orang lain disekitar kita. Dengan demikian setelah membaca tulisan ini kita dapat memilih apa yang harus kita lakukan dan kerjakan sebagai mahasiswa yang punya pengetahuan yang tinggi dari orang yang tidak menyandang status mahasiswa atau bahkan yang tidak berkesempatan memperoleh pendidikan dan status sebagai mahasiswa. “Mengubah tepung menjadi kue butuh proses dan setiap proses yang berjalan tidak akan sama dengan proses pembuatan kue lainnya dan proses hanya terjadi sekali, berbeda proses berbeda pula hasilya tergantung dari kebutuhan akan konsumen” jadi kita juga sebagai mahasiswa adalah proses yang akan menjadi generasi bangsa Indonesia, oleh karena itu kita harus peka dengan kondisi pribadi maupun kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia. Karena mahasiswa adalah komponen dari negara ini dan cerminan setiap organisir bangsa Indonesia; sarjana menghasilkan tenaga pendidik, pemimpin, motivator, politikus, ekonomi, lingkungan, tehnik dan semua lini dalam masyarakat adalah hasil dari intelektual mahasiswa yang kembali ke dunia masyarakat. untuk mengatasi dan mengurangi gaya hidup yang tidak bermamfaat tersebut kitan harus memecahkan masalah mengapa hal tersebut menjadi lazim kita lakukan dengan cara; (a) identifikasi masalahnya: artinya kita ditantang untuk berpikir logis, mengapa maslah tersebut dan jika kita masuk kedalamnya apa yang akan terjadi, apa dampaknya. (b)identifikasi solusinya, langkah selanjutnya kita mengkaji sejauhmana masalah itu membutuhkan solusi. Temukan beberapa yang kita anggap potensial dan tidak memiliki dampak buruk. (c)eksekusi, jika sudah menemukan solusinya maka segera lakukan eksekusi, tidak perlu buang waktu, biaya, dan tenaga. Semakin cepat menemukan masalah maka akan semakin baik.(d)bertanggungjawab, dengan bertanggungjawab dengan apa yang kita eksekusi kita akn lebih mudah mendapatkan kesuksesan. Itu artinya kita harus membekali diri dengan kemampuan memecahkan masalah. Ini merupakan cara menghindari gaya hidup yang tidak bermamfaat. Lalu bagaimana menggantikannya dengan yang bermamfaat agar memberi pengaruh dan dampak ke sekeliling kita yaitu dengan; berkarya dengan memamfaatkan kemampuan yang kita miliki seperti kita yang biasanya begadang maupun yang terikat dengan genggaman selulernya kita bisa memamfaatkannya dengan belajar online, cari informasi yang update, berkarya di media sosial ada yang jadi youtubers, menawarkan produk (wirausaha) lewat media sosial yang kita miliki. Dan jika kita yang sering nongkrong kita bisa alihkan dengan membaca buku di perpustakaan, olahraga dan menulis artikel, essay sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Dan jika sering malas-malasan dalam kuliah adalah dengan refresing terlebih dahulu,semuanya itu dimulai dari diri kita seperti; membersihkan diri hal ini dapat mengurangi malas, bangun cepat, bersihkan lingkungan tempat tinggal. Artinya kita harus bisa mengamati diri kita dan orang lain. Semuanya itus dimulai dari hal-hal yang paling kecil tapi bermamfaat dan terasa mamfaatnya dalam waktu yang cukup lama.