“Di Jawa ada sebuah keyakinan bahwa kalau kakinya tersandung atau melangkahi akar mimang, maka orang tersebut akan linglung, kalau melangkahinya atau tersandungnya itu di hutan, maka dia akan tersesat tidak bisa pulang, Hanya mutar-mutar di sekitar saja.
Jika Akar mimang disimpan dalam rumah, maka jika ada orang yang mau berniat jahat, mau mencuri atau merampok rumah tersebut, secara otomatis energi akar mimang tersebut akan membuat orang itu menjadi linglung. Orang tersebut akan berjalan di area rumah, tetapi baginya sudah berjalan sangat jauh. Dia akan sadar kembali saat pemilik rumah menepuk pundaknya.”
Mitologi Akar Mimang
Itulah cuplikan sebuah keyakinan orang Jawa terhadap akar mimang yang sangat kuat berkembang dimasyarakat. Akar mimang atau kerap disebut akar rmang sudah menjadi sebuah bagian mistis kehidupan orang Jawa. Keyakinan itu sudah mengakar dari zaman nenek moyang dahulu sampai sekarang. Di zaman yang modern ini juga masih banyak kejadian-kejadian yang di sangkut pautkan dengan akar mimang. Ketika ada orang yang sedang bingung, diajak bicara tidak nyambung, atau pun ketika ada orang yang tersesat, orang pun sering mengatakan..kamu kok seperti orang “tersandung akar mimang”.
Bukan sekedar mitos, tetapi kekuatan akar mimang itu sudah kerap terbukti di kalangan masyarakat. Zaman dahulu masyarakat jawa menggunakan akar mimang sebagai sarana untuk melindungi rumah, kebun, toko, peternakan, tambak ikan dan sebagainya dari berbagai macam niat jahat orang, seperti pencurian, perampokan, dan penjarahan.
Tuah keberadaan sebuah energi mistis pada sebuah kayu itu pun tertuang dalam sebuah kidung “Rumeksa ing Wengi”, ciptaan Kanjeng Sunan Kalijaga yang menyinggung adanya “tuah” dalam sebuah kayu dengan kalimat “kayu aeng lemah sangar“. Artinya, kayu keramat tanah angker. Dengan demikian, pemanfaatan kayu-kayu bertuah itu sudah dilakukan orang-orang terdahulu sebagai sarana beraktivitas di bidang supranatural.
Adanya tuah pada jenis-jenis kayu tertentu itu termasuk akar mimang ini, menyiratkan pertanyaan. Apakah pada kayu-kayu aeng tersebut terdapat radiasi yang sifatnya alamiah? Ini perlu diselidiki. Namun jika kita analisis dari konsep spiritual, bahwa prasangka (keyakinan) dari 40 orang lebih, itu sama dengan prasangka satu waliyullah.
Dengan demikian, unen-unen orang Jawa terhadap orang bingung yang di identikkan seperti orang tersandung akar mimang itu justru menjadi energi yang berterbaran di alam semesata ini sehingga kemudian keyakinan adanya kekuatan pada akar mimang ini terakumulasi menjadi sebuah sabda yang ampuh karena dalam prasangka itu terkandung unsur doa (ana inda dhanni abdibi). Tuhan mengikuti apa yang menjadi persangkaan hamba-Nya.