Jangan Bersihkan Elektroda Busi dengan Amplas

access_time | label Tips & Trik

Jangan Bersihkan Elektroda Busi dengan Amplas


Busi yang sudah terpakai terindikasi dengan adanya penumpukan karbon atau kotoran.

MERAWAT kendaraan adalah hal lumrah bagi para pemilik kendaraan. Tetapi pada kondisi tertentu, tune up atau servis perlu dilakukan, agar berkendara kian aman dan nyaman.

Sebelum melakukan perjalanan, khususnya jarak jauh, pemilik hendaknya melakukan servis. Demi menjaga performa kendaraan agar tak mengalami kendala.

Sebenarnya banyak komponen kendaraan yang harus dirawat. Salah satunya busi. Menariknya, komponen ini bisa menjadi indikator utama pemberi informasi kondisi kendaraan.

Merawatnya juga tak perlu harus menunggu sampai busi mati. Karena sebelum busi mati, banyak gejala yang dapat pengguna rasakan pada kendaraannya.

Ada sejumlah hal yang harus diperhatikan pemilik kendaraan dalam merawat busi. Pertama, perhatikan gejala busi yang sudah aus elektrodanya.

Di antara gejala paling mudah adalah susah distarter. Apabila kendaraan susah distarter, pada kondisi mesin sudah panas maupun dingin, maka tak ada salahnya pengguna mengecek kondisi busi kendaraannya.

Untuk mengecek tingkat kerusakan busi pun tergolong mudah. Sebab, elektroda busi adalah suatu bagian yang akan cepat terkikis, dan mengalami keausan pada permukaannya.

“Lantaran bagian tersebut merupakan tempat terjadinya api pada ruang bakar. Jadi, apabila elektroda sudah menalami keausan, maka busi perlu diganti,” terang Technical Support Product Specialist NGK Busi Indonesia Diko Oktaviano.

Bentuk yang masih kotak tanpa bulatan adalah tanda elektroda busi belum mengalami keausan. Biasanya dalam kondisi seperti itu, aliran listrik masih sangat baik dan penumpukan karbon tak terlalu banyak.

Apabila karbon atau kotoran sudah mengendap pada elektroda, cukup bersihkan dengan menyemprotkan cairan bersifat non-metal seperti brake cleaner.

Cara ini sangat membantu para pengguna apabila kendaraan yang ditungganginya mengalami mogok atau susah distarter.

Membersihkan kotoran juga tak perlu melakukan amplas. Hindari cairan bersifat abrasif terhadap karat. Sebab, bisa mengikis permukaan plating ataupun elektroda busi.

“Agar perjalanan jarak jauh kita aman dan nyaman, sangat dianjurkan mengganti busi terlebih dulu, setelah dilakukan servis rutin,” kata Diko.

15-20 Ribu Km

Menurutnya, penggantian busi hendaknya menyesuaikan dengan kilometer pemakaian kendaraan. 15-20 ribu km adalah jarak ideal untuk pemilik kendaraan mengganti busi.

Diko melanjutkan, akan lebih baik lagi jika anggaran servis pemilik kendaraan berlebih, bisa mencoba penggantian busi standar menjadi Platinum G-Power ataupun Iridium IX.

Keduanya diklaim memiliki fitur anti kerak dan mempunyai durabilitas penggantian busi lebih baik dari tipe standar nikel.

“Jadi jangan tunggu sampai kendaraan kita tidak bisa distarter. Amit-amit, apalagi sampai mogok di jalan saat perjalanan jauh. Hanya karena busi terlewat diperhatikan, dalam perawatan rutin kendaraan,” imbuhnya. (S-3)

Tags

Penulis

Cahyo Bagus Putro Pratomo
SMK Bhina Karya Karanganyar

Artikel Terkait

Komentar