Universitas Diponegoro disingkat Undip adalah sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Undip didirikan pada tahun 1956 sebagai Perguruan Tinggi Swasta dan baru mendapat status sebagai Perguruan Tinggi Negeri pada tahun 1961. Kata Diponegoro diambil dari nama pahlawan nasional, yaitu Pangeran Diponegoro yang merupakan seorang pangeran pengobar semangat kemerdekaan dari tindakan kolonialisme Belanda di awal abad ke-18. Semangat ini turut menginspirasi pendirian Undip. Universitas Diponegoro memperoleh akreditasi A (Sangat Baik) dengan skor 361 dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang berlaku sejak 2013-2018. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2015, Undip ditetapkan statusnya menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum.
Sejarah
Sekitar awal tahun 1950-an masyarakat Jawa Tengah pada umumnya dan masyarakat Semarang khususnya, membutuhkan kehadiran sebuah universitas sebagai pelaksana pendidikan dan pengajaran tinggi. Hal itu untuk membantu pemerintah dalam menangani dan melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pada waktu itu di Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta hanya memiliki Universitas Gadjah Mada yang berstatus sebagai universitas negeri.
Jumlah lulusan SMU di Jawa Tengah bagian utara yang akan melanjutkan pendidikan tinggi di universitas makin meningkat, namun karena masih sangat terbatasnya universitas yang ada, sehingga tidak semua lulusan dapat tertampung. Menyadari akan kebutuhan pendidikan tinggi yang semakin mendesak, kemudian dibentuk Yayasan Universitas Semarang dengan Akta Notaris R.M. Soeprapto No. 59 tanggal 4 Desember 1956 sebagai langkah awal didirikannya universitas di Semarang dengan nama Universitas Semarang.
Beberapa tokoh yang memprakarsai berdirinya Universitas Semarang di antaranya Mr. Imam Bardjo, waktu itu menjabat Kepala Kejaksaan atau Pengawas Kejaksaan-Kejaksaan di Jawa Tengah dan Yogyakarta, Mr. Sudarto, Mr. Soesanto Kartoatmodjo, dan Mr. Dan Soelaiman, ketiganya jaksa di Semarang.
Sedangkan beberapa tokoh yang ditetapkan pertama kali sebagai pengurus yayasan dalam akta notaris, sebagai Ketua Mr. Soedarto, Wakil Ketua Mr. Dan Soelaiman, Panitera Mr. Soesanto Kartoatmodjo, Bendahara Tuan Achmad Tjokrokoesoemo, Pembantu Mr. Imam Bardjo, Mr. Goenawan Goetomo, Mr. Tan Tjing Hak, dan Mr. Koo Swan Ik.
Pendirian Universitas Semarang ternyata mendapat tanggapan dan bantuan dari berbagai pihak, khususnya masyarakat Semarang, Pemda Propinsi Jawa Tengah, serta Pemkot Semarang. Secara resmi Universitas Semarang dibuka pada tanggal 9 Januari 1957, sebagai Presiden Universitas diangkat Mr. Imam Bardjo. Waktu itu beliau juga memberikan mata kuliah umum Hak-hak Azasi Manusia.
Mengingat usianya yang masih sangat muda dengan sarana dan prasarana pendidikan yang masih sangat terbatas, maka pada waktu itu baru dapat dibuka Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat. Sebagai dekan pertama, Mr. R. Soebijono Tjitrowinoto. Kemudian pada tanggal 1 Maret 1957 dibuka pendidikan Akademi Administrasi Negara yang kemudian berubah menjadi Fakultas Sosial dan Politik, dengan dekan pertama Mr. R. Goenawan Goetomo.
Akademi Tata Niaga atau yang sekarang menjadi Fakultas Ekonomi dibuka pada tanggal 21 September 1958, sebagai dekan pertama, Dr. Tjioe Sien Kiong. Sedangkan pendidikan Akademi Teknik, yang kemudian menjadi Fakultas Teknik, dibuka pada tanggal 20 Oktober 1958, dengan dekan pertama, Prof. Ir. R. Soemarman.
Pada upacara Dies Natalis ketiga Universitas Semarang pada tanggal 9 Januari 1960 Presiden R.I. Dr. Ir. Soekarno mengganti nama Universitas Semarang menjadi Universitas Diponegoro, sebagai, penghargaan terhadap Universitas Semarang atas prestasi dalam pembinaan bidang pendidikan tinggi di Jawa Tengah. Universitas (swasta) Diponegoro dinyatakan sebagai Universitas Negeri, terhitung mulai tanggal 15 Oktober 1960 tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Universitas Diponegoro. Pada waktu itu fakutas-fakutas yang telah berdiri adalah Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat; Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik dan Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan(FKIP) dengan cabangnya di Surakarta, yang kemudian menjadi IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Pada perkembangannya kemudian, atas dasar Surat Keputusan Presiden RI. No. 1 tahun 1963, IKIP Universitas Diponegoro melepaskan diri dan kemudian berdiri sendiri sebagai IKIP Negeri di Semarang dan IKIP Negeri di Surakarta.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro lahir pada tanggal 14 Maret 1960, ketika sedang mempersiapkan diri sebagai Universitas Negeri. Sebelum terbentuk Fakultas Ekonomi, yang ada di Undip adalah Akademi Tata Niaga yang merupakan kelanjutan dari Akademi Tata Niaga Universitas Semarang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1961 Universitas (swasta) Diponegoro dinyatakan sebagai Universitas Negeri terhitung mulai tanggal 15 Oktober 1960. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro pada saat berdirinya mempunyai dua jurusan untuk program gelar yaitu Jurusan Perusahaan dan Jurusan Umum dengan sistem pendidikan yang disebut sistem paket. Pada tahun akademik 1980/1981 sesuai dengan arahan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan diterapkan sistem pendidikan yang baru disebut sistem kredit. Di bawah sistem yang baru ini nama jurusan juga diubah, yaitu masing-masing menjadi Jurusan Manajemen dan Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.
Sejak tahun akademik 1982/1983 dibuka jurusan baru yaitu jurusan Akuntansi di bawah bimbingan atau pembinaan Jurusan Akuntansi Universitas Gadjah Mada. Pada tahun 1986 sudah tidak di bawah pembinaan dari Universitas Gadjah Mada. Dengan dileburnya Akademi Administrasi Niaga Negara (AANN) Semarang pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, mulai tahun 1975 dibuka program non gelar dengan nama Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan (PAAP) yang kemudian pada tahun 1982/1983 ditingkatkan menjadi Program Diploma III Fakultas Ekonomi. Saat ini Program Diploma III mempunyai tiga program studi yaitu Program Studi Akuntansi, Program Studi Kesekretariatan dan Program Studi Perpajakan.
Kemudian pada tahun 1994 dibuka Program S1 Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro yang pada awal pendiriannya bernama Program Extension Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro yang didirikan berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Diponegoro Nomor 281/SK/PT09/1993, tanggal 27 Oktober 1993 tentang Pembentukan Program Studi S1 Manajemen, Studi Pembangunan dan Akuntansi pada Program Extension Fakultas Ekonomi Undip. Dengan keluarnya SK Ditjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 369/DIKTI/Kep.1996 tentang Pembukaan Program Ekstensi dalam Program-program Studi Pembangunan, Manajemen dan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Juni 1996, maka pada awal semester genap tahun akademik 1996/1997 penggunaan istilah Program Extension diganti dengan Program Ekstensi.
Pada tahun 1994 dibuka Program Studi Magister Manajemen (MM) yang penyelenggaraan kegiatannya berada di Fakultas Ekonomi, sedang pengelolaannya ditangani oleh Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Pada tahun 1999 dibuka Program Studi Magister Akuntansi (M.Si), dan tahun 2000 dibuka Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (M.Si). Pada tahun 2002 dibuka Program Doktor/ S-3 Ilmu Ekonomi, serta pada tahun 2003 telah dibuka Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA).Program gelar yaitu program sarjana menghasilkan sarjana untuk pertama kalinya dalam tahun 1967. Antara tahun 1967 sampai dengan tahun 1977 dalam setiap tahunnya rata-rata 37 mahasiswa dapat menyelesaikan studi sarjananya.Sejak berlakunya sistem semester penuh (Sistem Paket) pada tahun 1978 jumlah lulusan Sarjana Ekonomi meningkat menjadi 75 orang per tahun.
Setelah diberlakukannya Sistem Kredit Semester sejak tahun 1980 secara bertahap dan mulai menghasilkan Sarjana Ekonomi sejak tahun 1984, rata-rata lulusan adalah 180 orang per tahun. Sampai dengan tanggal 31 Juli 2006 jumlah seluruh lulusan program S1 sebanyak sebesar 8.826 orang. Sedangkan lulusan Program D III sampai dengan tanggal 31 Juli 2006 sebanyak 7.084 orang.
Universitas Diponegoro terus mengembangkan diri dengan melengkapi fakultas-fakultas yang sangat dibutuhkan sebagai pencetak sumber daya manusia yang berkualitas sarjana. Dalam kurun waktu 1961-1970, Universitas Diponegoro telah berhasil mendirikan empat fakultas, yaitu Fakultas Kedokteran (1961), Fakultas Peternakan (1964), Fakultas Sastra (1965) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1965).
Akademik
Sejak awal berdiri hingga sekarang, Universitas Diponegoro telah memiliki 11 Fakultas dan 2 Sekolah, dengan rincian 21 Program Studi Diploma III (D3), 51 Program Studi Sarjana (S1), 35 Program Studi Magister (S2), 18 Program Pendidikan Dokter Spesialis, 3 Program Profesi dan 13 Program Studi Doktor (S3).
- Fakultas Hukum
- Fakultas Ekonomika dan Bisnis
- Fakultas Kedokteran
- Fakultas Teknik
- Fakultas Ilmu Budaya[1]
- Fakultas Kesehatan Masyarakat
- Fakultas Sains dan Matematika
- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
- Fakultas Peternakan dan Pertanian
- Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
- Fakultas Psikologi
- Sekolah Vokasi
- Sekolah Pascasarjana
Lambang
Universitas Diponegoro mempunyai lambang yang digambarkan dalam bentuk dasar segi lima berbingkai lengku dan sisi lima yang berisi kuncup bunga melati yang sedang berkembang, berkelopak 10 helai, berdaun bunga 15 helai. Dalam kuncup bunga melati terdapat keris dan siluet Pangeran Diponegoro dan kupel (kubah) dengan 8 pancaran sinar. Tulisan Universitas Diponegoro terletak pada sisi kiri atas melengkung ke arah sisi kanan atas bunga melati, tulisan Semarang terletak dibawah kelopak bunga melati.
Lambang segi lima melambangkan dasar negara Pancasila. Kuncup bunga melati bermakna sebagai lembang pendidikan tinggi. Keris melambangkan ketajaman analisis yang menjamin kemandirian, ketepatan, presisi, dan akurasi serta kegunaan. Siluet Pangeran Diponegoro melambangkan jiwa kepahlawanan yang dimiliki oleh Pangeran Diponegoro yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, tinggi rasa tanggung jawab, peka dan tanggap terhadap lingkungan dan sekaligus merupakan menifestasi jati diri Universitas Diponegoro. Kupel melambangkan religiusitas warga kampus, ketakwaan dan kepatuhan pada agama yang dianutnya. Pancaran 8 sinar melambangkan pencerahan dan penerangan kepada masyarakat di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian serta melambangkan penyebaran hasil Tri Dharma Perguruan Tinggi ke segala penjuru. Daun bunga yang berjumlah 15 helai dan kelopak bunga yang berjumlah 10 helai melambangkan tanggal dan bulan kelahiran Universitas Diponegoro, 15 Oktober.
Warna hitam pada warna dasar, inti dari keris dan pegangannya melambangkan kepribadian. Warna kuning emas (prada) pada warna bingkai dan siluet Pangeran Diponegoro melambangkan keagungan. Warna merah pada pancaran 8 sinar di belakang siluet Pangeran Diponegoro melambangkan keberanian. Warna putih pada kelopak dan daun bunga serta tulisan Universitas Diponegoro Semarang melambangkan kesucian.
Lokasi
Lokasi Universitas Diponegoro tersebar di beberapa lokasi di Kota Semarang dan Jepara dengan tanah seluas 2.009.862 m2 dengan perincian 7 lokasi kampus dan 1 lokasi perumahan dinas:
- Kampus Peleburan Semarang (program Pascasarjana)
- Kampus Tembalang Semarang (Rektorat, Lembaga Penelitian, Lembaga Pengabdian pada Masyarakat, Lembaga Pengembangan Pendidikan, UPT Perpustakaan, UPT. Kemitraan dan Kewirausahaan, upt. Undip Press serta Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Fakultas Psikologi program Diploma dan Sarjana telah berada di kampus Tembalang, Fakultas Kedokteran)
- Kampus Jl. dr. Sutomo 14, Zona Pendidikan RSUP dr. Kariadi Semarang (Fakultas Kedokteran: Ilmu Gizi dan Pasca Sarjana, Laboratorium Fakultas Kedokteran)
- Kampus Jl. Ade Irma Suryani Jepara (Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan)
- Kampus Mlonggo Jepara (Fakultas Kedokteran)
- Kampus Teluk Awur Jepara (Fakultas Ilmu Kelautan: Laboratorium Kelautan, Ruang Kuliah, Asrama, Perpustakaan, Rumah Dinas, Ruang Fasilitas Selam)
- Perumahan Dinas Kagok Semarang
Fasilitas
- Rusunawa Mahasiswa, mempunyai 4 twinblok, yaitu:
- Gedung A mempunyai 84 kamar dengan daya tampung 252 orang,
- Gedung B mempunyai 96 kamar dengan daya tampung 288 orang,
- Gedung C mempunyai 96 kamar dengan daya tampung 288 orang,
- Gedung D mempunyai 96 kamar dengan daya tampung 288 orang.
- Masjid UNDIP
- Perpustakaan Widya Puraya
- Stadion UNDIP
- Waduk UNDIP
- Rumah Sakit Nasional Pendidikan UNDIP
- Jogging Track UNDIP
- Taman UNDIP Rumah Kita
- International Indoor Stadium UNDIP
- Auditorium
- Radio Pro Alma UNDIP
- Gedung Serba Guna
- Wi-Fi area 24 jam yang berada di lingkungan kampus UNDIP
- Sarana ATM (BTN, BNI, Mandiri, BRI)
- Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) UNDIP
- Bus UNDIP
Alumni
Alumni Universitas Diponegoro (IKA UNDIP) dari mulai didirikan hingga sekarang telah meghasilkan lebih dari 166 ribu alumni yang berkiprah diberbagai industri dan perusahaan mulai dari PNS, Dosen, Pejabat BUMN, Pejabat Pemerintahan, CEO Perusahaan, Aktivis, Penulis, Selebritis, anggota DPR, hingga jajaran Menteri.
- Abdul Kadir Karding (FPIK, Sekjen PKB)
- Adi Suryanto (FISIP, Sekretaris Utama Lembaga Administrasi Negara, Direktur Semen Padang)[2]
- Adityawarman (FT, Direktur Utama Jasa Marga)
- Agus F. Handoyo (FISIP, Direktur Surat & Paket PT. Pos Indonesia))[2]
- Agustina Wilujeng P. (FIB, Anggota DPR RI)
- Akhmad Muqowam (FISIP, Anggota DPD RI)
- Alamuddin Dimyati Rois (Anggota DPR RI)
- Ali Mufiz (Gubernur Jawa Tengah tahun 2007-2008)
- Andi Rio Idris Padjalangi (Pasca Sarjana Kenotariatan '00, Anggota DPR RI)
- Anindya Kusuma Putri (FT, Pemenang Puteri Indonesia 2015)
- Anwar Supriyadi (FEB, Menteri Negara Pendayahgunaan Aparatur Negara Ke-10)
- Arief Hidayat (FH, Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia tahun 2015 -....)
- Baharuddin Lopa (FH, Menteri Hukum dan Perundang-undangan Indonesia Ke-22)
- Bambang Sadono (FH, Anggota DPD RI)
- Boediarso Teguh Widodo (FEB, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan RI)
- Bondan Winarno (Pakar Kuliner Indonesia)
- Chelzea Verhoeven (FK, reporter dan presenter NET.)
- Dana Paramita (FIB, reporter Liputan 6 SCTV)
- Darmanto Jatman (Guru Besar Emeritus pada Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, budayawan, filosof dan penyair Indonesia)
- Deddy Saiful Hadi (Dubes Qatar)
- Djoko Murjanto (President Commissioner PT. Pembangunan Perumahan)
- Don Murdono (Politisi)
- Eddy Purwanto (Komisaris PT. Pembangunan Perumahan)
- Eka Julianta Wahjoepramono (FK, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan)
- Eman Suparman (FH, Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia tahun 2010–2015)
- Enny Sri Hartati (FEB, Direktur INDEF)
- Fayakhun Andriadi (Anggota Komisi I DPR RI periode 2009-2014, Fraksi Partai Golkar)
- Hadi Prabowo (FISIP, Deputi BNPP RI)
- Hardiono (FEB, Wakil ketua BPMIGAS)
- Harjanto Prabowo (FT, Rektor Universitas Bina Nusantara Jakarta tahun 2009-2013)
- Harry Nugroho (Direktur EPC dan HRD PT. Pembangunan Perumahan)
- Hendarman Supandji (FH, Jaksa Agung RI tahun 2007–2010)
- Heru Sudjatmoko (Wakil Gubernur Jawa Tengah)
- Imam Apriyanto Putro (FEB, Sekretaris Kementerian BUMN, Komisaris Bank Mandiri)
- Imam Budi Sarjito (FEB, Direktur Bank BNI)
- Iqbal Wibisono (Pasca Sarjana '93, Anggota DPR RI)
- Ken Anne (FISIP, presenter tvOne)
- Kodradi (FEB, Mantan Dirut Bank BTN)
- Lukman Hidayat (Director of Business Development, Research & Technology PT. PP)
- M. Hariyadi Eko R. (FISIP, Rektor Universitas Lumajang)
- Mangara Pardede (FISIP, Wali Kota Administratif Jakarta Pusat)
- Maria Kalaij (FT, Presenter Metro TV)
- Maryono (FEB, Dirut Bank BTN)
- Michael Bambang Hartono (FEB, Pemilik PT Djarum)
- Muhammad Haris (Wakil Wali kota Salatiga)
- Muhammad Nasir (FEB, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kabinet Kerja, 2014 -....)
- Muladi (Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional RI tahun 2005-2011)
- Noor Rachmad (FH, Jaksa Agung Muda Perdata Tata Usaha Negara)[2]
- Nur Hidayat Sardini (FISIP, Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (BAWASLU, 2008-2011))
- Nusyirwan Soejono (FT, Anggota DPR RI)
- Purwantari Budiman (Komisaris Bank Lampung)
- Purwiyanto (FEB, Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan RI)
- Rahmad Handoyo (FPIK, Anggota DPR RI)
- Randi Anto (Direktur Bank BRI)
- Robert Budi Hartono (FEB, Pemilik PT Djarum)
- Saiful Bahri (Direktur Utama PT Balai Pustaka (Persero))
- Saifudin (FEB, Dosen Universitas Semarang)
- Sarwono Sudarto (Direktur PLN)
- Setyo Maharso (Pengusaha, Direktur Utama PT. Cakra Sarana Persada)
- Sigit Pramono (FEB, Komisaris Independen Bank BCA)
- Soekarwo (Gubernur Jawa Timur tahun 2009-2014)
- Sudewa (Anggota DPR RI)
- Sudijono Sastroatmodjo (FH, Mantan Rektor Universitas Negeri Semarang)
- Sukarno (Penulis Buku, Editor, dan Novelis lulusan Sastra Inggris)
- Sukawi Sutarip (Wali kota Semarang tahun 2000-2005)
- Suwhono (FEB, Direktur Utama PT Pegadaian)
- Tasdik Kinanto (FH, Anggota Komisi Aparatur Sipil Negara)
- Taufik Kurniawan (FT, Wakil Ketua DPR RI)
- Taufiq Effendi (Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI tahun 2004–2009)
- Tjahjo Kumolo (FH, Menteri Dalam Negeri Indonesia Kabinet Kerja, 2014 -....)
- Trinity (Penulis Buku Travel Nomor Satu di Indonesia)
- Wardana (Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia tahun 2011-2016)
- Y. Joko Setiyanto (Teknik Sipil '81, Ketua Umum ASPARINDO & Ketua DPD IKA UNDIP DKI 2014-2018)
- Zudan Arif Fakrulloh (Doktor Ilmu Hukum'96, Staf Ahli Mendagri Bidang Hukum Politik & Hubungan Antar Lembaga)[2]
Sumber daya manusia
Saat ini, Undip didukung oleh sumber daya manusia yang 'cukup' bermutu. Pada September 1998, Undip telah memiliki 1750 staf akademik dan 1065 staf administratif. Pada akhir September 1998, jumlah mahasiswa terdaftar adalah 24.424. Rasio pengajar dibanding mahasiswa ada di dalam angka ideal 1: 14. Angka ini tidak termasuk dosen lepas dan paruh waktu. Undip menawarkan banyak jurusan. Di dalam total 10 fakultas, terdapat 21 jurusan dan 68 program studi yang relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar kampus. Dengan SDM yang potensial kini Undip berada di jajaran universitas ternama di Indonesia bahkan di tingkat dunia (versi Asiaweek dan THES UK)
Unit Kegiatan Mahasiswa
Resimen Mahasiswa Satuan 901/Pangeran Diponegoro
Program WALAWA (Mahasiswa Wajib Latih) pada tahun 1974 dibubarkan. Dan pada tahun 1975 Menwa dibentuk ulang berdasar SKB 3 Menteri Nomor: 247 Tahun 1975 tentang Pembinaan Organisasi Resimen Mahasiswa Dalam Rangka Mengikutsertakan Rakyat Dalam Pembelaan Negara,dimana keanggotaan Menwa adalah mahasiswa yang telah lulus pendidikan Menwa (latihan dasar kemiliteran) dan Alumni Walawa. Komandan pertama Menwa Undip adalah Madiono (Drs. Madiono, SH - mantan Rektor Universitas Pandanaran) dan komandan kedua adalah Muladi (Prof. Dr. H. Muladi, SH - mantan Rektor Undip. Pada masa setelah reformasi pembinaan Resimen Mahasiswa diatur SKB 3 Menteri tanggal 11 Oktober 2000.
Para anggota Menwa dilatih untuk menjadi generasi pemikir dan pejuang, segi positif menjadi anggota Menwa adalah dapat memperoleh berbagai Pendidikan kebela negaraan, pergaulan yang luas antar sesama anggota Menwa se Indonesia.
Jenis Pendidikan dan Latihan Di Menwa Sat 901/PD yaitu:
- Pra Pendidikan Dasar di Tembalang dan Bantir
- Pendidikan Dasar Menwa di RINDAM IV / Diponegoro Magelang
- Kursus Kader Pelaksana di RINDAM IV / Diponegoro Magelang
- Kursus Kader Pemimpin di PUSDIKTER Bandung
- Pendidikan Khusus dan Latihan lainnya, diantaranya: Pendidikan SAR, Suspelat (Kursus Kader Pelatih), Gladi Provost Menwa, Latihan Kepemimpinan Putri Menwa, Latsitarda Nusantara (sejenis KKN gabungan antara mahasiswa dan Taruna Akademi TNI serta Akademi Kepolisian).
UKM Pencinta Alam (WAPEALA) Universitas Diponegoro
WAPEALA adalah Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat universitas dan berada dibawah naungan Wakil Rektor 1 Bidang Kemahasiswaan. Awal berdirinya WAPEALA adalah dari para aktivis mahasiswa Universitas Diponegoro mengadakan camping bersama di Bantir pada tanggal 16 – 18 April 1976. Dari camping tersebut tepatnya tanggal 17 April 1976 membuat kesepakatan bersama untuk membentuk organisasi kepencintalaman yang bernama Mahasiswa Pencinta Alam (WAPEALA). Para aktivis tersebut diantaranya:
1. Ir. Saronto
2. dr. Palar
3. Ipang Simanjutak
4. Dra. Nunik Nurdin HK
5. dr. Budi Palarto
6. Untung
7. Ngatijo
8. Drs. Yoyok
9. Bambang Pranoto
Pada tahun 1976 – 1979, kegiatan di WAPEALA antara lain hiking, pendakian, camping,administrasi beberapa personil dan konsolidasi. Pada akhir tahun 1979, konsolidasi ini mengundang perwakilan fakultas Di universitas Diponegoro masing – masing 2 orang. Selain itu juga, individu – individu yang berminat/tertarik kegiatan kepencintaalaman. Konsolidasi ini dihadiri sekitar 60 orang. Dalam konsolidasi, akhirnya terbentuk kepengurusan resmi WAPEALA periode 1979 dimana susunan pengurus terdiri dari 2 orang perwakilan masing – masing Fakultas sejumlah 16 orang.
Sekretariat Pengurus WAPEALA pertama kali di PKM lantai 1, Jl. Imam Bardjo SH No. 2. Kegiatan WAPEALA pertama kali difokuskan pada kegiatan – kegiatan lingkungan dan sekaligus berperan sebagai lembaga swadaya masyarakat (LSM). Kegiatan WAPEALA pada saat itu diarahkan pada konsep Pola Ilmiah Pokok (PIP) Universitas Diponegoro, Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang dijiwai oleh 3 hal pokok yaitu:
1. Anggota WAPEALA diarahkan mempunyai jiwa MOTIVATOR
2. Anggota WAPEALA diarahkan mempunyai jiwa DINAMISATOR
3. Anggota WAPEALA diarahkan mempunyai jiwa INOVATOR
UKM Teater Diponegoro
Teater Diponegoro lahir pada tanggal 2 Oktober 1997 atas prakarsa dari tiga unit teater fakultas Universitas Diponegoro yang telah membentuk Tim 6 yang terdiri dari 2 orang anggota teater EMKA (Fak. Sastra), 2 orang anggota teater BUIH (Fak. Ekonomi),dan 2 orang anggota teater TEMIS (Fak. Hukum). Nama teater Diponegoro diambil dari nama Universitas Diponegoro. Nama Diponegoro dijadikan sebagai nama teater karena selain mengandung nilai filosofis dari sejarah perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia kita mengenal tokoh Diponegoro yang walau dibesarkan di lingkunag keraton, beliau masih mempunyai kepedulian dan semangat juang yang tinggi untuk membela bangsanya yang tertindas oleh bangsa penjajah pada masa itu.
Nama Teater Diponegoro diambil dari nama universitas kita, yaitu Universitas Diponegoro. Pemberian nama tersebut tidaklah memiliki maksud negatif, yaitu dalam artian bahwa kita bukan sekadar menebeng nama besar Undip atau kurang kreatif dalam pemberian nama, tetapi kita lebih menekankan pada kebanggaan untuk menjunjung tinggi almamater. Pemberian nama tersebut juga mengandung nilai filosofi dari sejarah perjuangan bangsa kita untuk merebut kemerdekaan. Dalam perjuangan ini kita telah mengenal seorang sosok pejuang dari tanah Jawa, yaitu Pangeran Diponegoro. Meskipun Pangeran Diponegoro dibesarkan dalam lingkungan keraton, beliau masih memiliki kepedulian dan semangat juang yang tinggi untuk berjuang dan membela bangsanya yang tertindas oleh bangsa penjajah dan masa itu. Kita sebagai insan seni yang menggeluti dunia seni teater atau seni peran diharapkan juga mampu untuk berjuang membela kebenaran dan keadilan melalui jalur yang kita miliki ini tanpa mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
Alasan mendasar dibentuknya Teater Diponegoro ini adalah untuk memberikan wadah kesenian, khususnya seni teater kepada mahasiswa-mahasiswi Undip yang berminat dan merasa memiliki bakat pada seni teater. Alasan lain yang cukup mendasar dibentuknya Teater Diponegoro ini adalah bahwa dulu pernah lahir sebuah UKM teater di Undip, yaitu teater Klas. Teater ini sebagai sebuah UKM di Undip pernah berjaya dan dikenal oleh semua kelompok teater di Semarang. Karya Karya-karya yang pernah diproduksi / dipentaskan oleh teater Diponegoro diantaranya,
- "Gayor", karya & sutradara Catur Pragolapati, tahun 2002,
- "Senti Perekwati" tahun, 2003,
- "Madu Suamiku", karya Abdul Rohman, sutradara Asti Pradiajayanti, tahun 2003,
- "Manusia Adimanusia", karya Bernard Shaw, sutradara Adieets Kaliksanan, tahun 2004,
- "Waiting For Godot", karya Samuel Beckett, sutradara Rintulebda A. Kaloka, tahun 2005,
- "RNF (Romusha and Fujinkau)", karya & sutradara Tangguh Asrondi, tahun 2006,
- "ROH", karya Wisran Hadi, sutradara Antoni C. Kharismawan, tahun 2006,
- "Diesnonia" (monolog) tahun 2008 sutradara Rintulebda A. Kaloka,
- "Kotakotakotak" Karya & Sutradara Gema Yudha tahun 2009,
- "Perempuan Tak Bersayap" Sutradara Syarif Prasetiyo tahun 2011
- "Tumpas Kelor" Sutradara Mahran Nazih Tahun 2012.
- "Jeng Menul" Sutradara Chusunu Tahun 2013
- Perempuan Tak bersayap Sutradara: syarif prasetyo
- Dukun Dukunan Sutradara: Niki Hapsari
- Tumpas Kelor Sutradara: Mahran Nazi
- Persimpangan Sutradara: Putrisari ND
- Elegy Sutradara: Egy
- Kuyang Sutradara: Dini
- Monolog: Balada Sumarah - Marsinah Menggugat
Anggota: DIPO 1.0 -Onie Vrantieu- Lembu //DIPO 2.0 -Chusnu syarifa -Ucu Cahyadi -Asha Kun Aruna -Edi Saryanto -Abdul Rohman //DIPO 3.0 -Rintu Kaloka -Agung Setyo Wibowo -Linda Wahyuningsih -Asti Pradia -Tiwi - Welsy // DIPO 4.0 - Antoni CK - Tangguh Asrondi - Tiwi - Rini - Nosy // DIPO 5.0 - Samuel Imam Prasetyo - Dian Ekananto - Ferry // DIPO 6.0 - Reza - Opat - Rizki - Alif // DIPO 7.0 - Rizki Yusprabowo - Choirul Rikza - Syarif Prasetyo - Niki Hapsari - Anindita Dwi Hapsari - Mutiara Nandini - Dyah Darlinta - Indah Pertiwi - Redi Yudha - Brefin Mushtaf - Siska - aryo permana - Mutimatul Maulida // DIPO 8.0 - Nazi - Ali - Hendry - reza wicaksono -siti rahmawati - putrisari N D - wiwid - alfu lailatus - hasna - Septian -Ilyas Bahtiar -Norma Angelia -Furi Mutiara -Vina Sandi // DIPO 9.0 - tama - Egy - aga - naim - panca - ian - ajeng mustika - zila siroj - ulil - rio - ambar - lisa - nanda - desi enyit - kokom - mega - aan - sabar - argi - icha - yogi -Schindy Christie -Arina
UKM Teater Diponegoro menekankan pembentukan mental dan karakter, sehingga dapat membantu menghasilkan lulusan yang siap secara mental untuk dapat langsung terjun ke dalam dunia kerja maupun dunia wirausaha. UKM Teater mengutamakan "proses" untuk agar dapat memahami karakter diri melalui olah tubuh, olah vokal, penjiwaan sehingga mahasiswa terimbangi secara mental dan akademis. mahasiswa yang mengikuti UKM Teater secara tidak langsung juga akan belajar public speaking, sehingga nantinya ketika lulus tidak akan merasa minder.
LPM Manunggal
LPM Manunggal Universitas Diponegoro adalah Lembaga Pers yang tertua, berdiri pada Agustus. LPM manunggal Universitas Diponegoro menjadi pelopor kegiatan jurnalistik kampus Undip.1980. Hingga kini, tetap eksis dan telah memiliki situs berita atau portal jurnalistik www.manunggal.undip.ac.id
UKM Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate
UKM Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa Universitas Diponegoro yang secara resmi berdiri pada tanggal 1 Juli 1982 berdasarkan surat keputusan ketua BKK Universitas Diponegoro No. 007/SKIBKK/1982.
UKM PSHT bertujuan untuk mendidik mahasiswa supaya lebih mencintai budaya daerah dalam hal ini bela diri pencak silat serta membentuk karakter manusia yang berbudi pekerti luhur tahu benar dan salah.
UKM PSHT selain melaksanakan kegiatan rutin juga ikut dalam kejuaraan-kejuaran pencak silat dan juga kegiatan sosial kemasyarakatan.