Logo Eventkampus
Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara kematian Adat Rambu Solo Di Toraja (studi etnografi mengenai aktivitas komunikasi dalam upacara kematian adat rambu solo di Toraja )
Fisena Hardianto NIM. (2018) | Skripsi | Ilmu Komunikasi
Bagikan
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara mendalam tentang aktivitas komunikasi dalam upacara kematian adat Rambu Solo di Toraja dengan melihat situasi, peristiwa dan tindakan komunikatifnya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif dan metode yang digunakan adalah deksriptif, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah wawancara mendalam, observasi partisipan, studi pustaka, dokumentasi, dan internet searching. Objek dalam penelitian ini adalah upacara kematian adat rambu solo di Toraja dan subyek penelitiannya adalah To Mebalun (pemimpin upacara rambu solo) beserta dua orang informan, dengan menggunakan teknik snowball. Hasil penelitian ini memiliki aktivitas komunikatif dengan situasi komunikatifnya bersifat sakral meskipun bersuasana hangat dan terbuka, kemudian peristiwa komunikatif memiliki makna yang sangat mendalam kemudian diekspresikan dalam bentuk nyanyian, tarian dan doa Isi pesan dari peristiwa ini ialah rasa duka dan harapan yang diungkapkan baik secara verbal maupun non-verbal baik itu saat persiapan, pelaksanaan ataupun penutup dalam urutan kegiatan. Adapun tindakan komunikatif yang terjadi berupa perintah seperti larangan menyentuh mayat, larangan penggunaan baju merah dan hitam bagi pelayat. kemudian juga kewajiban menyediakan hewan kurban berdasarkan kelas sosialnya dengan perilaku non-verbal seperti makan bersama sebagai bentuk penghormatan dan kebersamaan, pemotongan hewan kurban dengan sekali tebasan, serta tari-tarian dan nyanyian. Peneliti menyimpulkan bahwa upacara kematian adat rambu solo ini merupakan prosesi pengantaran jenazah kealam kubur dan sebagai bentuk ketaatan masyarakat Toraja yang menganut keyakinan Allo Todolo kepada leluhurnya. Sehingga melalui prosesi ini keluarga yang ditinggalkan dapat mengikhlaskan orang yang telah meninggal. Peneliti menyimpulkan agar masyarakat Toraja dapat terus melaksanakan upacara rambu solo dan mewariskan kebudayaan yang mereka miliki kepada keturunan mereka meskipun dunia digerus oleh modernisasi sehingga upacara kematian adat rambu solo ini tetap ada dan menjadi warisan kebudayan dunia dimasa mendatang.
Ringkasan Alternatif
This research aims to describe in depth about communication activity in deathly ceremony with Torajan tradition “rambu solo” in Toraja by observing at situations, events and communicative action. The approach used in this research was qualitative approach and the method used was descriptive method, data collection techniques used were in depth interviews, partisipants observation, literature study, documentation and internet searching. The object in this research was deathly ceremony rambu solo in Toraja and the research subjects were to mebalun leading the ceremony along with two more informants. And in this research also have snowball technique. This research has a communicative activity that the communicative situation are sacred despite it has a warm atmosphere and very open, then the communicative events have indepth meaning which is expressed in the form of song, dance and prayer. The contents of the message in this event is the grief and hopes expressed both verbally and non verbal either when closing or execution of the preparation, in the sequence of activities. As for the communicative actions that occur in the form of commands such as the ban on touching a dead body, a ban on the use of the red and black shirt for the mourners. then also the obligation of providing social classes based on livestock. with nonverbal behaviors such as eating together as a form of homage and togetherness, cutting livestock with one slain, as well as dancing and singing. Conclusion of this research is the funeral customs of this rambu solo is the procession of the delivery of the casket into the grave and the nature as a form of obedience Toraja society who hold beliefs Allo Todolo to their ancestors. So that through this procession of families left behind can be sincere with the people who have died. Suggestions that researchers could deduce is that in order for the Toraja society can continue to carry out the ceremony of rambu solo and bequeath their culture to their children although the world crushed by modernizing so that funeral customs remain and rambu solo is as world culture heritage.
Sumber