Logo Eventkampus
Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
ANALISIS TITIK IMPAS SEBAGAI ALAT BANTU MANAJEMEN PENJUALAN PADA PT. CALADI LIMA SEMBILAN CABANG BANDUNG
Muhammad Furqon (2006) | Tugas Akhir | Akuntansi
Bagikan
Ringkasan
ABSTRAK Salah satu alat manajemen dalam perencanaan yang digambarkan secara kuantitatif dalam bentuk keuangan ataupun ukuran kuantitatif lainnya adalah dengan penganggaran. Dalam penganggaran telah ditentukan berapa tingkat laba yang dikehendaki perusahaan, oleh karena itu penganggaran disebut juga proses perencanaan laba (profit planning). Untuk menggambarkan tingkat kuantitas tersebut analisis break even point dapat dijadikan suatu dasarnya, karena analisis ini dapat mengetahui pada volume penjualan berapa perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian serta dapat mengetahui sampai batas berapa perusahaan dapat mengurangi volume penjualan sehingga tidak mengalami kerugian. Dengan demikian aktivitas perusahaan dapat diarahkan dengan berpegang pada basil analisis tersebut. Berdasarkan hal tersebut, muncul pemikiran untuk melakukan penelitian dalam menganalisis titik impas (break even point) pada PT Caladi Lima Sembilan (C59) Cabang Bandung yang sebelumnya harus melakukan penggolongan terhadap biaya yang ada. Penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian analisis deskriptif yaitu suatu metode penelitian dengan cara melukiskan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan kemudian dianalisis Dalam penggolongan biaya menjadi biaya tetap dan biaya variabel penulis melakukan pemisahan biaya terhadap biaya semivariabel yang ada menggunakan metode least square. Selanjutnya dari basil perhitungan titik impas dapat diketahui pada tahun 2004 dengan penjualan sebanyak 233.805 pcs atau sebesar Rp.10.480.220.500, telah melampaui titik impasnya yang berada pada titik penjualan sebanyak 55.742 pcs atau sebesar Rp. 2.610.269.321 sehingga perusahaan mendapat keuntungan sebesar Rp.4.271.463.375. Sedangkan untuk tahun 2005, dimana perusahaan melakukan penjualannya sebanyak 168.044 pcs atau sebesar Rp.8.229.667.600, juga telah melampaui titik impasnya yang berada pada titik penjualan sebanyak 60.061 pcs atau sebesar Rp. 2.941.408.880 sehingga perusahaan mendapat keuntungan sebesar Rp.2.687.497.195. Jika dilihat dari data diatas perusahaan mengalami penurunan laba bersih sebelum pajak sebesar 30%, untuk menghindari hal tersebut terulang di tahun berikutnya maka manajemen perusahaan harus membuat suatu target laba yang dituangkan pada suatu anggaran penjualan. Bersumber dari basil pembuatan ramalan penjualan berdasarkan perhitungan titik impas perusahaan pada tahun 2005, dapat dibuat suatu anggaran penjualan untuk tahun 2006, yang didalamnya telah ditetapkan target penjualan agar perusahaan tidak mengalami penurunan laba bersih sebelum pajak.
Ringkasan Alternatif
ABSTRAK Salah satu alat manajemen dalam perencanaan yang digambarkan secara kuantitatif dalam bentuk keuangan ataupun ukuran kuantitatif lainnya adalah dengan penganggaran. Dalam penganggaran telah ditentukan berapa tingkat laba yang dikehendaki perusahaan, oleh karena itu penganggaran disebut juga proses perencanaan laba (profit planning). Untuk menggambarkan tingkat kuantitas tersebut analisis break even point dapat dijadikan suatu dasarnya, karena analisis ini dapat mengetahui pada volume penjualan berapa perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian serta dapat mengetahui sampai batas berapa perusahaan dapat mengurangi volume penjualan sehingga tidak mengalami kerugian. Dengan demikian aktivitas perusahaan dapat diarahkan dengan berpegang pada basil analisis tersebut. Berdasarkan hal tersebut, muncul pemikiran untuk melakukan penelitian dalam menganalisis titik impas (break even point) pada PT Caladi Lima Sembilan (C59) Cabang Bandung yang sebelumnya harus melakukan penggolongan terhadap biaya yang ada. Penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian analisis deskriptif yaitu suatu metode penelitian dengan cara melukiskan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan kemudian dianalisis Dalam penggolongan biaya menjadi biaya tetap dan biaya variabel penulis melakukan pemisahan biaya terhadap biaya semivariabel yang ada menggunakan metode least square. Selanjutnya dari basil perhitungan titik impas dapat diketahui pada tahun 2004 dengan penjualan sebanyak 233.805 pcs atau sebesar Rp.10.480.220.500, telah melampaui titik impasnya yang berada pada titik penjualan sebanyak 55.742 pcs atau sebesar Rp. 2.610.269.321 sehingga perusahaan mendapat keuntungan sebesar Rp.4.271.463.375. Sedangkan untuk tahun 2005, dimana perusahaan melakukan penjualannya sebanyak 168.044 pcs atau sebesar Rp.8.229.667.600, juga telah melampaui titik impasnya yang berada pada titik penjualan sebanyak 60.061 pcs atau sebesar Rp. 2.941.408.880 sehingga perusahaan mendapat keuntungan sebesar Rp.2.687.497.195. Jika dilihat dari data diatas perusahaan mengalami penurunan laba bersih sebelum pajak sebesar 30%, untuk menghindari hal tersebut terulang di tahun berikutnya maka manajemen perusahaan harus membuat suatu target laba yang dituangkan pada suatu anggaran penjualan. Bersumber dari basil pembuatan ramalan penjualan berdasarkan perhitungan titik impas perusahaan pada tahun 2005, dapat dibuat suatu anggaran penjualan untuk tahun 2006, yang didalamnya telah ditetapkan target penjualan agar perusahaan tidak mengalami penurunan laba bersih sebelum pajak.
Sumber