Sistem pendingin udara merupakan teknologi untuk mengatur udara agar temperatur dan kelembaban udara sesuai dengan yang dibutuhkan. Peran sistem pendingin udara pada Gedung Polio 2 PT Bio Farma (Persero) sangat dominan untuk mempertahankan kualitas produk. Faktor operasi dan beban pendinginan yang tidak sesuai dengan kapasitas desain dapat mempengaruhi kinerja sistem pendingin udara. Teknologi chiller mengkonsumsi energi listrik terbesar yaitu 59,85% dari total konsumsi energi listrik sistem pendingin udara Gedung Polio 2. Oleh karena itu, diperlukan audit pada sistem pendingin udara untuk mengurangi konsumsi energi pada chiller. Metoda yang digunakan untuk pengukuran dan perhitungan kinerja chiller yaitu siklus kompresi uap ideal. Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh COP chiller 229-01 yaitu 3,969 sedangkan standar COP pabrikan adalah 4,45. Penghematan energi yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja chiller agar mencapai standar yaitu maintenance kondensor, instalasi recuperator dan pemanfaatan output exhaust bagian produksi HIB. Alternatif 1 yaitu dengan maintenance kondensor dapat menurunkan daya fan menjadi 5,45 kW sehingga COP naik menjadi 3,98. NPV yang dihasilkan adalah Rp 139.267,00 pada tahun ke-1 dengan investasi sebesar Rp 1.087.100,00. Alternatif 2 dengan melakukan instalasi recuperator dapat menurunkan daya fan menjadi 0,9 kW sehingga COP naik menjadi 4,07. NPV yang dihasilkan adalah Rp77.091.950,00- pada tahun ke-15 dengan investasi sebesar Rp57.425.527,00-. Alternatif 3 yaitu pemanfaatan output exhaust bagian produksi HIB dapat menurunkan daya fan menjadi 4,82 kW sehingga COP naik menjadi 4,01. NPV yang dihasilkan adalah Rp62.405.168,00- pada tahun ke-20 dengan investasi Rp3.927.879,00-. Jika tiga langkah alternatif diterapkan pada chiller 229, 117 dan 115 maka NPV yang akan didapatkan menjadi semakin besar yaitu Rp231.275.850,00- pada tahun ke-15. Kata kunci: Gedung Polio 2, sistem pendingin udara, audit energi, peluang penghematan energi, tindakan konservasi energi.

Air cooling system is a technology to control air in order to make the humidity and air temperature appropiate as we need. cooling system role in Polio Building 2 at PT Bio Farma (Persero) is very dominant to maintain the product quality. Inappropiate cooling load and operating factor with the design and capacity can affect the the cooling system performance. 59.85% of the total energy consumption of the cooling system at Polio Building 2 was consumed by the chiller. Therefore, energy auditing is needed in order to decreasing the the energy consumption at chiller. The method used to measure and calculate chiller performance is ideal steam compression cycle. Based on the measurement result, 229-01 COP chiller was 3.969 while the factory COP standard is 4.45. Energy saving needed to increase the chiller performance to reach the standard such as condensor maintenance, recuperator installation, and HIB production exhaust output utilization. First alternative is by condersor maintenance can decrease the fan power to 5.45 kW so the COP increase to 3.98. NPV result is Rp. 139,267,- at the 1st year with Rp.1,087,100,- investment. second alternative is by recuperator installation can decrease the fan power to 0.9 kW so the COP increase to 4.07. NPV result is Rp.77,091,950,- at the 15th year with Rp. 57.425.527,- investment. Third alternative is by HIB production exhaust output utilization can decrease fan power to 4.82 kW so the COP increase to 4.01. NPV result is Rp. 62,405,168,- at 20th year with Rp.3,927,879,- investment. If these three alternative step applied at 229, 117, and 115 chiller, then the NPV that would be get is Rp. 231,275,850,- at 15th year. Keywords: Polio Building 2, Air conditioning system, energy audit, energy saving opportunities, energy conservation actions.

http://digilib.polban.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptppolban-gdl-rhesafabia-7912