Logo Eventkampus
Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
Diskursus Nilai Sosial Pada Gurindam Duabelas Pasal Tujuh (Analisis Hermeneutika Jurgen Habermas Tentang Diskursus Nilai Sosial Pada Gurindam Duabelas Pasal Tujuh Karya Raja Ali Haji)
Ivan Syani Fadli NIM. (2014) | Skripsi | Ilmu Komunikasi
Bagikan
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diskursus nilai sosial pada gurindam duabelas yang terkandung dalam pasal ketujuh. Disayangkan apabila hanya dikenal dari luarnya saja tanpa kita mengenal lebih dalam mengenai nilai dan makna tersembunyi yang menjadi kepentingan dari kelompok penguasa yang tertanam dalam pasalnya. Sedangkan karya sastra memberi manfaat bagi yang membacanya. Yaitu, manfaat hiburan dan pelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis Hermeneutika Jurgen Habermas untuk mengetahui pemahaman makna mengenai konsep bahasa, tindakan, dan pengalaman pada teks pasal tujuh gurindam duabelas. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, studi kepustakaan dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pasal tujuh gurindam duabelas secara konsep bahasa, sebagai media untuk menyebar luas ideologi kerajaan, adanya permainan bahasa yang ingin membentuk identitas masyarakat yang menkonter budaya asing. Secara konsep pengalaman, penulis yang lahir dari keluarga kerajaan, menerima pendidikan dan berkarir di kerajaan, menjalin pertemanan dengan peneliti Belanda pada saat keadaan ekonomi dan kebudayaan sedang maju di daerah melayu. Dan bentuk hasil dari konsep tindakan untuk meneruskan tradisi istana, dibalut dengan budaya keIslaman sebagai bentuk konter terhadap budaya asing, dan bentuk pencitraan penulis sebagai penasehat bidang agama. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa diskursus sebagai proses mengatasi distorsi pada komunikasi, mengenai konsensus yang dipaksa lewat teks pasal tujuh gurindam duabelas dengan adanya sebuah permainan bahasa yang dimainkan oleh pengarang yang merupakan suatu kepentingan untuk mendominasi ideologi yang dimilikinya kepada para pembaca secara tidak langsung dengan terbungkus oleh kesenian sastra. Saran untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti teks dan wacana. Agar banyak membaca referensi dari berbagai sumber tentang hermeneutika, karena analisis hermeneutika cocok untuk meneliti kedalaman teks. Bahkan hermeneutika kritis lebih kompleks karena lebih menukik dalam menganalisa sisi ekstra-linguisti suatu wacana.
Ringkasan Alternatif
This study aims to determine the value of social discourse on twelve couplets contained in the seventh chapter. Unfortunate if known only from the outside without us knowing more about the value and meaning that is hidden in the interests of the ruling group is embedded in the article. While literary works to benefit those who read it. That is, the benefits of entertainment and learning. This study used a qualitative approach with Jurgen Habermas' Hermeneutics analysis method to determine the understanding of the meaning of the concept of language, actions, and thoughts on the text of article seven of twelve couplets. Data was collected with the document study, literature study and in-depth interviews. The results showed that in the seventh chapter of twelve couplets in the concept of language, as a medium to spread the ideology of empire, the existence of language games that want to establish the identity of the people who menkonter foreign culture. In the concept of experience, the author who was born of the royal family, receiving an education and career in the kingdom, to make friends with a Dutch researcher during the state of the economy and culture are being developed in the wither area. And the shape of the result of the concept of action to continue the tradition of the palace, covered with Islamic culture as a form of counter to the foreign culture, and this form of imaging the authors as an advisor to the field of religion. Conclusion The study shows that the discourse as overcoming distortions in the communication process, the consensus is forced through the text of article seven of twelve couplets with the existence of a language game played by the author who is an interest to dominate its ideology to readers indirectly by wrapped by art literature. Suggestions for the next researcher who wants to examine text and discourse. In order to read a lot of references from various sources on hermeneutics, as hermeneutic analysis suitable for examining the depth of the text. Critical hermeneutics even more complex because it is swooping in analyzing the extra-linguisti a discourse.
Sumber