Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
EVALUASI RENCANA STRATEGIS PENGELOLAAN TAMAN HUTAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA BERDASARKAN PRINSIP DAN SUMBER DAYA EKOWISATA
ADITYA NUGRAHA (2008) | Skripsi | Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota , Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Bagikan
Ringkasan
Taman Hutan Raya (Tahura) merupakan salah satu bentuk kawasan konservasi yang bertujuan untuk mengkoleksi jenis-jenis flora dan fauna serta memperbaiki kawasan hutan. Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda di Cekungan Bandung memiliki makna bukan hanya untuk rekreasi saja, melainkan berfungsi pula sebagai penjaga keseimbangan ekologi kota serta sebagai penunjang fungsi pendidikan dan budaya. Kehadiran Tahura ini harus menjawab kebutuhan kota terhadap keberadaan hutan (taman) kota sebagai penyeimbang pembangunan lingkungan binaan kota. Penelitian yang dilakukan adalah mengevaluasi Rencana Strategis yang sudah disusun oleh pengelola berdasarkan prinsip dan sumberdaya ekowisata.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Metode tersebut akan digunakan untuk menganalisis cakupan prinsip ekowisata dan pengembangan sumberdaya ekowisata objek wisata alam Tahura Ir. H. Djuanda dalam Renstra Pengelolaan Tahura Ir. H. Djuanda.
Ketersediaan komponen sumberdaya ekowisata yang dimiliki oleh kawasan Tahura Ir. H. Djuanda adalah ; atraksi alam (flora dan fauna, pemandangan alam, atraksi khusus, dan fasilitas olahraga), atraksi budaya (museum, ukir-ukiran dan kerajinan, kehidupan sehari-hari, keramahtamahan), akomodasi (losmen dan camping ground), aksesibilitas dan transportasi (jaringan dan moda angkutan, jarak dari kota besar terdekat, frekuensi dan tarif), informasi wisata terdekat (pemandu dan interpreter wisata, brosur, peta atau petunjuk jalan lainnya, toilet umum, mushola, telekomunikasi), fasilitas kesehatan dan keamanan (akses ke layanan unit gawat darurat), sumberdaya manusia (tenaga kerja, sikap dan keinginan bekerja di wisata, fasilitas pelatihan), fasilitas belanja (barang kerajinan dan produk lain yang dipasarkan), air, energi dan limbah (air bersih dan energi alternatif), sumber pembiayaan (swadana dan bantuan).
Cakupan prinsip ekowisata dalam Renstra Pengelolaan Tahura Ir. H. Djuanda menghasilkan upaya-upaya pengembangan seperti ; kegiatan inventarisasi dan identifikasi kondisi lingkungan harus rutin dan terprogram, pemberdayaan masyarakat harus dibantu oleh pemerintah dan swasta, memberikan ruang untuk kegiatan usaha masyarakat yang sesuai dengan fungsi kawasan, meninjau kembali Renstra Pengelolaan untuk memperjelas pembagian biaya konservasi dan biaya pemanfaatan, melengkapi atau memperbaiki fasilitas yang telah tersedia, dan pembentukkan tenaga pemandu wisata, tenaga kesehatan dan keamanan yang lebih baik.
Pengembangan sumberdaya ekowisata dalam Renstra Pengelolaan Tahura Ir. H. Djuanda, dapat dilakukan melalui ; kegiatan tata hutan dilakukan setiap tahun, penyediaan alat penerangan untuk lokasi Goa Jepang dan Goa Belanda, melengkapi papan informasi dan petunjuk arah/jalan, melengkapi penulisan bangunan museum, memperbaiki sistem penerangan dalam museum, memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan usaha kerajinan, memperbaiki fasilitas lokasi parkir dan gerbang masuk, membangun pos-pos kesehatan dan keamanan, kegiatan pelatihan untuk tenaga unit wisata dan pelatihan usaha masyarakat, pemusatan lokasi untuk fasilitas belanja, dan memperbaiki sarana kebersihan.
Ringkasan Alternatif
Taman Hutan Raya (Tahura) merupakan salah satu bentuk kawasan konservasi yang bertujuan untuk mengkoleksi jenis-jenis flora dan fauna serta memperbaiki kawasan hutan. Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda di Cekungan Bandung memiliki makna bukan hanya untuk rekreasi saja, melainkan berfungsi pula sebagai penjaga keseimbangan ekologi kota serta sebagai penunjang fungsi pendidikan dan budaya. Kehadiran Tahura ini harus menjawab kebutuhan kota terhadap keberadaan hutan (taman) kota sebagai penyeimbang pembangunan lingkungan binaan kota. Penelitian yang dilakukan adalah mengevaluasi Rencana Strategis yang sudah disusun oleh pengelola berdasarkan prinsip dan sumberdaya ekowisata.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Metode tersebut akan digunakan untuk menganalisis cakupan prinsip ekowisata dan pengembangan sumberdaya ekowisata objek wisata alam Tahura Ir. H. Djuanda dalam Renstra Pengelolaan Tahura Ir. H. Djuanda.
Ketersediaan komponen sumberdaya ekowisata yang dimiliki oleh kawasan Tahura Ir. H. Djuanda adalah ; atraksi alam (flora dan fauna, pemandangan alam, atraksi khusus, dan fasilitas olahraga), atraksi budaya (museum, ukir-ukiran dan kerajinan, kehidupan sehari-hari, keramahtamahan), akomodasi (losmen dan camping ground), aksesibilitas dan transportasi (jaringan dan moda angkutan, jarak dari kota besar terdekat, frekuensi dan tarif), informasi wisata terdekat (pemandu dan interpreter wisata, brosur, peta atau petunjuk jalan lainnya, toilet umum, mushola, telekomunikasi), fasilitas kesehatan dan keamanan (akses ke layanan unit gawat darurat), sumberdaya manusia (tenaga kerja, sikap dan keinginan bekerja di wisata, fasilitas pelatihan), fasilitas belanja (barang kerajinan dan produk lain yang dipasarkan), air, energi dan limbah (air bersih dan energi alternatif), sumber pembiayaan (swadana dan bantuan).
Cakupan prinsip ekowisata dalam Renstra Pengelolaan Tahura Ir. H. Djuanda menghasilkan upaya-upaya pengembangan seperti ; kegiatan inventarisasi dan identifikasi kondisi lingkungan harus rutin dan terprogram, pemberdayaan masyarakat harus dibantu oleh pemerintah dan swasta, memberikan ruang untuk kegiatan usaha masyarakat yang sesuai dengan fungsi kawasan, meninjau kembali Renstra Pengelolaan untuk memperjelas pembagian biaya konservasi dan biaya pemanfaatan, melengkapi atau memperbaiki fasilitas yang telah tersedia, dan pembentukkan tenaga pemandu wisata, tenaga kesehatan dan keamanan yang lebih baik.
Pengembangan sumberdaya ekowisata dalam Renstra Pengelolaan Tahura Ir. H. Djuanda, dapat dilakukan melalui ; kegiatan tata hutan dilakukan setiap tahun, penyediaan alat penerangan untuk lokasi Goa Jepang dan Goa Belanda, melengkapi papan informasi dan petunjuk arah/jalan, melengkapi penulisan bangunan museum, memperbaiki sistem penerangan dalam museum, memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan usaha kerajinan, memperbaiki fasilitas lokasi parkir dan gerbang masuk, membangun pos-pos kesehatan dan keamanan, kegiatan pelatihan untuk tenaga unit wisata dan pelatihan usaha masyarakat, pemusatan lokasi untuk fasilitas belanja, dan memperbaiki sarana kebersihan.