Logo Eventkampus
Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
IDENTIFIKASI PERSEPSI MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH BAWAH TENTANG DERAJAT KEPENTINGAN PEMILIHAN LOKASI RUMAH SUSUN (Studi Kasus: Kelurahan Babakan Sari, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung)
AUDY SAAVEDRA (2008) | Skripsi | Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Bagikan
Ringkasan
Rumah susun adalah hunian vertikal yang ditujukan kepada masyarakat berpendapatan menengah ke bawah yang tinggal di kawasan perkotaan dengan tingkat urbanisasi dan kekumuhan yang tinggi, serta berpenduduk lebih dari 1,5 juta jiwa. Termasuk di antaranya adalah Kota Bandung. Oleh karena itu, terdapat 11 titik sasaran lokasi prioritas dalam program investasi pembangunan rumah susun di Kota Bandung. Salah satu lokasinya adalah Kecamatan Kiaracondong, di mana secara administratif Kelurahan Babakan Sari termasuk di dalamnya. Sementara dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69/1996 tentang Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat, dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Namun kenyataannya, pemerintah pusat dan daerah selama ini tidak memperhatikan kondisi eksisting dan aspirasi masyarakat berpendapatan menengah ke bawah yang menjadi kelompok sasaran pembangunan rumah susun sederhana, baik sewa maupun milik. Pemerintah tersebut hanya melihat dari sudut pandang penyelenggara pembangunan rumah susun. Hal ini mengakibatkan pembangunan rumah susun tidak tepat sasaran dan lokasi. Sementara aspek penerimaan masyarakat berpendapatan menengah ke bawah terhadap rumah susun dan pola penghuniannya relatif rendah, karena rumah susun cenderung bersifat pribadi dan penghuninya kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini bertentangan dengan pola hidup bertetangga yang telah membudaya di lingkungan permukiman penduduk Indonesia. Selain itu, masyarakat berpendapatan menengah ke bawah belum terbiasa untuk tinggal di rumah susun karena berbagai alasan, sehingga kondisi ini mempengaruhi persepsi dan keputusan masyarakat berpendapatan menengah ke bawah untuk tinggal rumah susun. Berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi tentang derajat kepentingan pemilihan lokasi rumah susun dari sudut pandang masyarakat berpendapatan menengah ke bawah, yang tinggal di permukiman kumuh Kelurahan Babakan Sari. Adapun tiga sasaran yang ditetapkan untuk mencapai tujuan penelitian adalah: mengidentifikasi karakteristik masyarakat berpendapatan menengah ke bawah yang tinggal di permukiman kumuh Kelurahan Babakan Sari; mengidentifikasi variabel-variabel pemilihan lokasi rumah susun; dan menganalisis derajat kepentingan variabel-variabel pemilihan lokasi rumah susun berdasarkan persepsi masyarakat berpendapatan menengah ke bawah di permukiman kumuh Kelurahan Babakan Sari. Masyarakat menengah ke bawah dalam penelitian ini adalah golongan masyarakat berpendapatan kurang dari 1.500.000,00 rupiah per bulan, yang direpresentatifkan oleh 99 responden. Jumlah sampel ini, diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan formula Slovin. Sementara persepsi derajat kepentingan yang dimaksud, diperoleh dari tanggapan 99 responden tersebut terhadap variabel-variabel penelitian yang ditentukan berdasarkan kajian teoritis, dengan cara memilih derajat kepentingan berskala likert: 1=(sangat penting); 2=(penting); atau 3=(tidak penting). Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif frekuensi, dengan bantuan perangkat lunak SPSS. Hasil dari penelitian ini, diketahui bahwa secara umum kondisi prasarana dan sarana penunjang lingkungan Kelurahan Babakan Sari eksisting, tidak mampu untuk melayani jumlah penduduknya yang berdensitas sangat tinggi. Sementara pada lokasi permukiman kumuh, masyarakatnya memiliki aset, baik rumah dan lahan tanpa bukti otentik. Kemudian dari 22 variabel penelitian, terdapat 12 variabel yang ditanggapi tanpa persepsi ‘tidak penting’ tentang derajat kepentingan pemilihan lokasi rumah susun. Variabel-variabel tersebut adalah: variabel kepadatan dan daya tampung penduduk; variabel keterbebasan dari bahaya banjir permukaan; variabel keterbebasan dari SUTT; variabel prasarana jaringan jalan eksisting; variabel prasarana jaringan air bersih dan jaringan air kotor eksisting; variabel prasarana jaringan air hujan/drainase eksisting; variabel prasarana persampahan eksisting; variabel sarana peribadatan eksisting; variabel sarana pendidikan eksisting; variabel sarana kesehatan eksisting; variabel sarana pemerintahan eksisting; serta variabel sarana keamanan dan pemadam kebakaran eksisting.
Ringkasan Alternatif
Rumah susun adalah hunian vertikal yang ditujukan kepada masyarakat berpendapatan menengah ke bawah yang tinggal di kawasan perkotaan dengan tingkat urbanisasi dan kekumuhan yang tinggi, serta berpenduduk lebih dari 1,5 juta jiwa. Termasuk di antaranya adalah Kota Bandung. Oleh karena itu, terdapat 11 titik sasaran lokasi prioritas dalam program investasi pembangunan rumah susun di Kota Bandung. Salah satu lokasinya adalah Kecamatan Kiaracondong, di mana secara administratif Kelurahan Babakan Sari termasuk di dalamnya. Sementara dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69/1996 tentang Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat, dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Namun kenyataannya, pemerintah pusat dan daerah selama ini tidak memperhatikan kondisi eksisting dan aspirasi masyarakat berpendapatan menengah ke bawah yang menjadi kelompok sasaran pembangunan rumah susun sederhana, baik sewa maupun milik. Pemerintah tersebut hanya melihat dari sudut pandang penyelenggara pembangunan rumah susun. Hal ini mengakibatkan pembangunan rumah susun tidak tepat sasaran dan lokasi. Sementara aspek penerimaan masyarakat berpendapatan menengah ke bawah terhadap rumah susun dan pola penghuniannya relatif rendah, karena rumah susun cenderung bersifat pribadi dan penghuninya kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini bertentangan dengan pola hidup bertetangga yang telah membudaya di lingkungan permukiman penduduk Indonesia. Selain itu, masyarakat berpendapatan menengah ke bawah belum terbiasa untuk tinggal di rumah susun karena berbagai alasan, sehingga kondisi ini mempengaruhi persepsi dan keputusan masyarakat berpendapatan menengah ke bawah untuk tinggal rumah susun. Berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi tentang derajat kepentingan pemilihan lokasi rumah susun dari sudut pandang masyarakat berpendapatan menengah ke bawah, yang tinggal di permukiman kumuh Kelurahan Babakan Sari. Adapun tiga sasaran yang ditetapkan untuk mencapai tujuan penelitian adalah: mengidentifikasi karakteristik masyarakat berpendapatan menengah ke bawah yang tinggal di permukiman kumuh Kelurahan Babakan Sari; mengidentifikasi variabel-variabel pemilihan lokasi rumah susun; dan menganalisis derajat kepentingan variabel-variabel pemilihan lokasi rumah susun berdasarkan persepsi masyarakat berpendapatan menengah ke bawah di permukiman kumuh Kelurahan Babakan Sari. Masyarakat menengah ke bawah dalam penelitian ini adalah golongan masyarakat berpendapatan kurang dari 1.500.000,00 rupiah per bulan, yang direpresentatifkan oleh 99 responden. Jumlah sampel ini, diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan formula Slovin. Sementara persepsi derajat kepentingan yang dimaksud, diperoleh dari tanggapan 99 responden tersebut terhadap variabel-variabel penelitian yang ditentukan berdasarkan kajian teoritis, dengan cara memilih derajat kepentingan berskala likert: 1=(sangat penting); 2=(penting); atau 3=(tidak penting). Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif frekuensi, dengan bantuan perangkat lunak SPSS. Hasil dari penelitian ini, diketahui bahwa secara umum kondisi prasarana dan sarana penunjang lingkungan Kelurahan Babakan Sari eksisting, tidak mampu untuk melayani jumlah penduduknya yang berdensitas sangat tinggi. Sementara pada lokasi permukiman kumuh, masyarakatnya memiliki aset, baik rumah dan lahan tanpa bukti otentik. Kemudian dari 22 variabel penelitian, terdapat 12 variabel yang ditanggapi tanpa persepsi ‘tidak penting’ tentang derajat kepentingan pemilihan lokasi rumah susun. Variabel-variabel tersebut adalah: variabel kepadatan dan daya tampung penduduk; variabel keterbebasan dari bahaya banjir permukaan; variabel keterbebasan dari SUTT; variabel prasarana jaringan jalan eksisting; variabel prasarana jaringan air bersih dan jaringan air kotor eksisting; variabel prasarana jaringan air hujan/drainase eksisting; variabel prasarana persampahan eksisting; variabel sarana peribadatan eksisting; variabel sarana pendidikan eksisting; variabel sarana kesehatan eksisting; variabel sarana pemerintahan eksisting; serta variabel sarana keamanan dan pemadam kebakaran eksisting.
Sumber