Logo Eventkampus
Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
Kajian Perbahan Desain Ukiran Jepara Pada Periode Abad XVI-XVIII Dan Abad XIX Ditinjau Dari Faktor Penyama Dan Faktor Pembedanya
Abdulloh Eizzi Irsyada NIM. (2018) | Tesis | -
Bagikan
Ringkasan
Ukiran merupakan hasil akhir dari proses mengukir, atau proses mengambil bagian-bagian dari bahan/media ukir (kayu, batu dll) yang tidak diperlukan sehingga gagasan yang sudah ada sebelumnya bisa dibebaskan dari media ukir tersebut. Sedangkan pada ukiran khas Jepara memiliki karakteristik seperti terlihat dari motif Jumbai atau relung di mana daunnya seperti kipas yang sedang terbuka, serta meruncing pada ujung daunnya. Selain itu terdapat beberapa buah keluar menjulur dari pangkal daun serta terdapat tangkai relungnya memutar dengan gaya memanjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang mengisi. Ukiran Jepara hidup di berbagai zaman dengan kondisi kulturasi budaya yang berbeda, ada budaya Cina, Islam serta Barat (Belanda). Dengan berbagai latar belakang permasalahan yang disebutkan maka dapat diambil rumusan masalah yakni faktor-faktor yang mendasari perubahan desain ukiran Jepara pada periode abad ke-16 – abad ke-18 dan pada abad ke-19, serta faktor penyama dan faktor pembeda dalam desain ukiran Jepara pada periode-periode tersebut, serta dampak yang dihasilkan dari faktor penyama dan faktor pembeda dalam desain ukiran Jepara pada periode-periode tersebut. Sehingga, untuk memperoleh kejelasan serta memudahkan dalam mengkaji perubahan desain ukiran Jepara pada periode abad ke-16 – abad ke-18 dan abad ke-19, maka penelitian kualitatif ini menggunakan metode deskriptif-komparatif sebagai metode penelitiannya, serta menggunakan pendekatan estetis dalam membahas bentuk dan visual masing-masing objek ukiran, historis dalam memperoleh data sejarah yang melingkupi objek yang diteliti serta komparatif dalam proses mengkoordinasikan data dalam membandingkan masing-masing objek ukiran. Unsur-unsur kebudayaan Hindu-Jawa telah memperkaya dan berkesinambungan pada motif kesenian pada ukiran Jepara. Hal ini dibuktikan pada motif floral atau tumbuh-tumbuhan yang menjalar dan berpangkal atau keluar dari jambangan (vas/pot). Motif ini bisa ditemukan pada ornamen Pintu Bledeg dan Gong Senen, di mana motif tersebut serupa dengan yang terdapat pada ornamen dinding candi Hindu-Jawa. Selanjutnya, meskipun terdapat beberapa budaya asing seperti budaya Cina, Islam dan lain sebagainya, yang datang dan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi peristiwa perubahan desain ukiran Jepara, baik pada masa peralihan antara masa Hindu-Budha dan Islam maupun antara Islam dan Hindia Belanda, namun manusia Indonesia memiliki caranya sendiri untuk menggambarkan seperti apa seharusnya artefak yang dihasilkannya (apa yang datang selalu diolah sedemikian rupa, sehingga tinggi muatan lokalnya).
Ringkasan Alternatif
Carving is the end result of the process of carving, or the process of taking parts of carving materials/media (wood, stone etc.) that are not needed so that existing ideas can be released from the carving media. While the typical carving of Jepara has characteristics as seen from the motif of Tassels or niches in which the leaves are like an opened fan, and taper at the tip of the leaf. In addition, there are several fruits out of the leaf stalk and there is a stalk of its niche twisting with elongated and creeping style forming small filling branches. Jepara carving lives in various times with different cultural conditions such as Chinese, Islamic and Western (Dutch) cultures. With various background problems mentioned then it can be taken several research questions namely the factors underlying design changes of Jepara carving in the period of 16th-18th and in the 19th century, the equalizing and differentiating factors in the design of Jepara carving in those periods, and the impact resulted from those two factors during those periods. Thus, in order to obtain clarity as well as to facilitate in studying design changes of Jepara carving in those periods, therefore, this qualitative research employs descriptivecomparative as its research method and uses three approaches such as aesthetic in discussing the form and visual of each carving object, historical in obtaining historical data surrounding the object under study and comparative in the process of coordinating data in comparing each carving object. The elements of Hindu-Javanese culture have enriched and sustained the motif of art in Jepara carving. This is evidenced by the floral motif or herbs that sprout and stem or are out of the vase. This motif can be found in the ornaments of Bledeg Door and Gong Senen, in which the motif is similar to the one founded on Hindu-Javanese temple wall ornament. Furthermore, although there are some foreign cultures such as Chinese, Islam and so on which came and became one of the factors that influenced design changes of Jepara carving either during the transition between Hindu-Buddhist and Islamic times and between Islam and the Netherlands Indies, Indonesians have their own way of describing what artifacts should be produced (what come is always processed in such a way so that it has high the local content).
Sumber