Aspahlt Concrete-Wearing Course (AC-WC) merupakan lapisan permukaan dari perkerasan lentur, yang terbuat dari campuran agregat kasar, agregat halus, agregat pengisi (filler) dan aspal sebagai bahan pengikatnya. Pada penelitian ini, dilakukan sebuah eksperimen dengan memanfaatkan limbah produksi batu granit yang berbentuk abu, sebagai filler pada campuran AC-WC. Variasi kadar filler yang digunakan 3%, 4.5%, 6%, 7.5% dan 9% dengan filler semen sebagai pembanding. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Marshall untuk mendapatkan kadar aspal optimum dan kadar filler optimum. Selanjutnya AC-WC dengan kadar filler optimum diuji kembali dengan menggunakan alat UMATTA sehingga didapatkan nilai modulus resilient dengan variasi temperatur (30�C dan 40�C). Analisis struktur perkerasan lentur dilakukan dengan perangkat lunak KENLAYER untuk mendapat nilai regangan tarik horizontal (εt),dan regangan tekan vertikal (εc) yang digunakan dalam perhitungan repetisi beban ijin sampai struktur perkerasan mengalami fatique cracking (Nf) dan rutting (Nd). Sehingga dapat diketahui nilai sisa umur layan dari struktur perkerasan lentur dengan membandingkan nilai Cumulative Equivalent Standart Axle Load (CESAL) dengan repetisi beban ijin berdasarkan model kerusakan fatique cracking dan rutting. Dari hasil pengujian, didapatkan proporsi campuran AC-WC dengan menggunakan abu granit adalah split (20%), screen (35%), abu batu (37,5%) dengan kadar filler optimum (7.5%) dan kadar aspal optimum (6.1%). Berdasarkan hasil analisis, didapatkan tebal masing-masing lapisan struktur perkerasan lentur yang dapat menahan beban selama umur rencana (10 tahun) adalah AC-WC = 4, AC-BC = 6, AC-Base = 15, dan lapis pondasi bawah (Agregat A)= 40 cm. Pada temperatur 40�C nilai sisa umur layan berdasarkan model kerusakan fatique cracking (Nf) struktur pekerasan lentur dengan lapisan AC-WC menggunakan filler abu granit (60,78%) lebih kecil jika dibandingkan dengan struktur perkerasan lentur pada lapisan AC-WC menggunakan filler semen (60,85%), dengan selisih 0,11%. Hal ini juga terjadi pada nilai sisa umur layan berdasarkan model kerusakan rutting, pada temperatur yang sama struktur pekerasan lentur dengan lapisan AC-WC menggunakan filler abu granit (9,01%) lebih kecil jika dibandingkan dengan struktur perkerasan lentur pada lapisan AC-WC menggunakan filler semen (9,29%), dengan selisih 3,05%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan abu granit pada campuran AC-WC optimum digunakan pada kadar 7,5%, secara keseluruhan kinerja dari AC-WC dengan filler abu granit masih berada dibawah AC-WC dengan menggunakan filler semen, namun demikian pada temperatur 40�C, AC-WC dengan filler abu granit menunjukan kinerja yang tidak jauh berbeda dengan AC-WC menggunakan filler semen. Sehingga pemanfaatan abu granit sebagai filler cocok diterapkan untuk jalan pada daerah beriklim tropis. Kata Kunci: AC-WC, Filler Granit, Fatique Cracking, Rutting.

Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) is defined as surface layer from the flexibility pavement, created from the mixture of course aggregate, fine aggregate, filler aggregate and asphalt as the binder. In the present study, the experiment is conducted by employing waste of granite stone products in the form of ashes, which serves as fillers in the mixture of AC-WC. Content variations of filler in the experiment are ranging from 3%, 4.5%, 6%, 7.5% and 9% with cement filler as the comparator. The test was performed by using the Marshall Method to obtain the optimum asphalt content and filler content. Next, AC-WC with optimum filler content was re-tested by utilizing the UMATTA tool to obtain the value of resilient modulus with temperature variations of 30ºC and 40º C. Flexibility pavement structure analysis is executed by using KENLAYER software to obtain value of horizontal tensile strain (εt), and vertical stress strain (εc) that are used in calculation of permitted load repetition until the pavement structure experiencing fatique cracking (Nf) and rutting (Nd). Thus, the value of control remaining life from the flexibility pavement structure can be investigated by comparing the value of Cumulative Equivalent Standard Axle Load (CESAL) with the value of control remaining life based on the failure model of fatique cracking dan rutting. From the result, AC-WC mixture proportion by using granite ashes are split (20%), screen (35%), stone ash (37.5%) with optimum filler content (7.5%) and optimum asphalt content (6.1%). Based on this result analysis, the thickness from each of flexibility pavement structure layers which can hold the load over the initiated service life (10 years) is AC-WC = 4, AC-BC = 6, AC-Base = 15, and lower foundation layer (Agregate A) = 40 cm. At the temperature of 40�C, control remaining life value based on fatique cracking (Nf) of flexibility pavement structure of AC-WC layer with granite ashes filler (60,78%) is lesser than flexibility pavement structure on AC-WC layer with cement filler (60,85%), with difference value by 0,11%. It also occurred in the value of control remaining life of rutting failure in the same temperature where flexibility pavement structure of AC-WC layer with granite ashes filler (9,01%) is lesser than flexibility pavement structure on AC-WC layer with cement filler (9,29%), with difference value by 3,05%. It can be concluded that granite ashes in the optimum mixture of AC-WC was employed in the level of 7,5%, where the overall performance of AC-WC layer with granite ashes still under the level of AC-WC layer with cement filler. However, in the temperature of 40�C, AC-WC with granite ashes filler shows a performance level that almost similar with AC-WC layer with cement filler. Thus, granite ashes employment as filler is suitable for the implementation in tropical climate area. Keywords: AC-WC, Filler Granit, Fatique Cracking, Rutting.

http://digilib.polban.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptppolban-gdl-dedyvirnaw-10948