Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
Makna Komunikasi Nonverbal Dalam Kesenian Debus Di Kebudayaan Banten (Studi Etnografi Makna Komunikasi Nonverbal Dalam Kesenian Debus Di Desa Petir Kabupaten Serang Banten)
Dinda Ramadhanti NIM. (2013) | Skripsi | Ilmu Komunikasi
Bagikan
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Makna Komunikasi Nonverbal dalam Kesenian Debus di Kebudayaan Banten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna ekspresi wajah,waktu, ruang/tempat, gerakan, busana dan sentuhan. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi dengan informan yang berjumlah lima orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi pustaka, dokumentasi, internet searching, dan juga tringulasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa makna komunikasi nonverbal yang ada pada kesenian debus di kebudayaan banten antara lain terdapat makna nonverbal pada ekpresi wajah dari kesenian debus yang mengartikan sikap ramah tamah, waktu dimana pada pelaksanaanya kesenian debus tidak harus sesuai dan tidak dibatasi, debus banten hanya dilakukan pada ruangan tertentu seperti dipanggung, makna nonverbal gerakan pula terlihat pada gerakan-gerakan para pemain mulai dari gerakan pembukaan, gerakan rampak sekar, gerakan berpasangan, dan dilanjutkan pada atraksi debus. makna pada pakaian yang dikenakan para pemain debus memiliki arti kekuatan dan kebersihan hati yang ikhlas. dan yang utama dalam kesenian debus banten adalah bertujuan untuk mempererat tali siratirahim serta menjaga dan melestarikan budaya debus jangan sampai punah. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa makna nonverbal juga ada didalam tradisi dan budaya, yang terdapat dalam kebudayaan yaitu kesenian debus. Dimana setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang berbeda, dan memiliki isi makna yang terkandung didalamnya yang disampaikan melalui Kesenian debus Banten karena tahapan dan prosesnya tidak semua orang mengetahuinya. Akhirnya peneliti menyarankan agar alangkah baiknya kita yang terlahir dari tanah sunda maupun pendatang untuk terus melestarikan debus sehingga debus tidak hilang tertelan zaman.
Ringkasan Alternatif
This study aims to determine the the meaning of Nonverbal Communication Arts in Cultural Debus Banten. The purpose of this study was to determine maknaekspresiwajah, time, space / place, motion,clothing and touch. This study used a qualitative research approach with the ethnographic approach of five informants. The data obtained through interviews, observation, literature, documentation, internet searching, and also tringulasi.Adapun data analysis technique used data reduction, data collection, data presentation, inference, and evaluation. Results from the study showed that the meaning of nonverbal communication that exist on the whistle in cultural arts offerings include nonverbal there is meaning in the face of artistic expression that defines whistle suave demeanor, a time when the implementation is not necessarily appropriate Debus arts and unrestricted, Debus offerings simply do in certain rooms like stage, the meaning of nonverbal movement also looks at the movements of the players from the opening movement, the movement rampak sekar, motion pairs, and continued on attractions whistle. The meaning of the clothing worn by the players whistle meaning strength and probity are sincere. and a major in the arts offerings whistle is aiming to tighten siratirahim and maintaining and preserving the culture of whistle should not be extinct The conclusion of this study that there are also non-verbal meaning in tradition and culture, a culture that is contained in art Debus. Where every region in Indonesia has a variety of different cultures, and have the contents of the meaning contained therein conveyed through Art Debus Banten because the stages and processes not everyone know about it. Finally, the researchers suggested that it is good we are born from the land of Sunda and settlers to continue to preserve the whistle so the whistle was not lost in time.