Indonesia merupakan negara penghasil singkong terbesar ketiga di dunia dengan rata-rata produksi sebesar 23,90 juta ton per tahun. Salah satu inovasi untuk menaikkan nilai jual singkong adalah dengan mengolah menjadi Modified Cassava Flour (MOCAF). MOCAF adalah produk tepung dari singkong yang diolah secara fermentasi. Tujuan penelitian ini adalah menentukan nilai terbaik untuk kadar air substrat dan konsentrasi inokulum proses fermentasi padat dalam pembuatan MOCAF yang mengasilkan kadar protein tertinggi. Mikroorganisme yang digunakan pada proses fermentasi ini adalah Rhizopus oryzae. Proses fermentasi padat ini menggunakan substrat berupa tepung singkong sebanyak 100 gram di dalam fermentor 700 mL selama 120 jam pada suhu 300C dan pH 6-5. Variabel operasi yang diamati adalah kadar air 40% (v/b), 50% (v/b), dan 60% (v/b) serta konsentrasi inokulum 10% (v/b) dan 15% (v/b). Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar protein tertinggi adalah sebesar 4,3063% (b/b) yang diperoleh pada akhir proses fermentasi dengan kadar air 60% (v/b) dan konsentrasi inokulum 15% (v/b). Konsentrasi biomassa yang dihasilkan pada akhir proses fermentasi tersebut sebesar 0,1281 (b/b) dengan presentase kenaikan kadar protein 185,33%.

Indonesia is the third largest cassava-producing country in the world with an average production of 23.90 million tons per year. One of the innovations to increase the selling value of cassava is by processing it into Modified Cassava Flour (MOCAF). MOCAF is a product of flour from cassava which is processed by fermentation. The purpose of this study was to determine the best value for substrate water content and inoculum concentration of the solid fermentation process in making MOCAF which produced the highest protein content. The microorganism used in the fermentation process is Rhizopus oryzae. This solid state fermentation process uses a substrate of 100 grams of cassava flour in a 700 mL fermenter for 120 hours at a temperature of 300C and pH 6-5. The operating variables that observed were 40% (v/w), 50% (v/w), and 60% (v/w), and inoculum concentrations of 10% (v/w) and 15% (v/w). The results showed that the highest protein content was 4.3063% (w/w) obtained at the end of the fermentation process with a water content of 60% (v/w) and an inoculum concentration of 15% (v/w). The biomass concentration produced at the end of the fermentation process was 0.1281 (w/w) with a percentage increase in protein content 185.33%.

http://digilib.polban.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptppolban-gdl-aisyiyahra-13116