Logo Eventkampus
Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
Penerapan Prinsip Zero Run-Off Pada Sistem Drainase Politeknik Negeri Bandung
Fairuz Hibatullah Akbar (2020) | Tugas Akhir | Teknik Sipil
Bagikan
Ringkasan
Penambahan bangunan baru di Politeknik Negeri Bandung menyebabkan berkurangnya lahan resapan yang ada. Perpaduan antara hal tersebut dengan intensitas hujan tinggi mengakibatkan air yang meresap ke dalam tanah berkurang, sehingga menghasilkan genangan / banjir. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, perlu dilakukan penataan sistem drainase dengan menerapkan prinsip Zero Run – Off. Prinsip ini menyerap semaksimal mungkin aliran air dari atap ke dalam tanah serta meminimalkan atau tidak menambah air yang mengalir menuju drainase. Metode yang dilakukan mencangkup pengumpulan data baik secara langsung maupun dari hasil penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini digunakan software Civil 3D dan peta citra dari Google Earth untuk mendapatkan peta kontur. Peta citra digunakan dalam menghitung luas atap dan wilayah kampus. Pemetaan saluran drainase untuk menentukan letak sumur resapan dilakukan secara langsung di lapangan dan dituangkan dalam gambar dengan bantuan aplikasi SW Maps. Sumur resapan yang digunakan merupakan perpaduan sumur resapan dangkal berdiameter 1 meter dan kedalaman 2 meter, dengan sumur dalam berdiameter 30 cm dan kedalaman disesuaikan kebutuhan. Nilai kapasitas penyerapan air diperoleh dari hasil tes perkolasi. Berdasarkan hasil analisis hidrologi digunakan periode ulang 25 tahun dengan durasi hujan 4 jam diperoleh intensitas hujan sebesar 22,667 mm/jam. Berdasarkan hasil pengukuran luas atap diperoleh total luas atap gedung di POLBAN sebesar 58361 m2 . Dari hasil tes perkolasi diperoleh nilai K sebesar 0,461 m/jam, sehingga untuk meresapkan air limpasan dari seluruh bangunan ( 39 bangunan ) dibutuhkan 473 sumur, maka setiap 1 sumur resapan terpadu rata-rata melayani kurang lebih 123 m2 Kata kunci: drainase, POLBAN, run off, sumur resapan.
Ringkasan Alternatif
Liqurfaction is a phenomenon that occurs due to loss of ground shear strength when earthquake loads occur. In general, liquefaction occurs due to large magnitude earthquakes, loose sand type, and shallow ground water level. History of seismicity around the Palangpang Bridge counted as having experienced earthquakes 25 times in the last 50 years. In this study the authors take a liquefaction potential analysis on the foundation of the Palangpang Bridge in Ciwaru, Sukabumi, West Java. The authors uses qualitative and quantitative analysis. Based on Youd and Idriss (2001) the results of the sondir test on the foundation of the Palangpang Bridge found that the soil supporting the bridge is alluvium and coastal sand deposits, the ground water level is at a depth of 2.5-3 meters. The results of the analysis shows that in depths of more than 9 meters the soil run into liquefaction, based on such cases it is necessary to strengthen the bridge foundation. The reinforcement stage is carried out by adding 8 bored pile foundations to each end of the 4 pieces of pile cap. In addition to strengthening the authors also made mitigation methods in the form of maps prone to liquefaction potential and evacuation routes based on geological map data. Keyword(s): Earthquakes, Liquefaction, Cyclic Resistance Ratio, Cyclic Stress Ratio.
Sumber