Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
PENGARUH BIAYA KUALITAS (COST OF QUALITY) TERHADAP VOLUME PENJUALAN RUMAH PADA PT. DWI PUTRA SABARAYA KANCANA.
ANGGA APIYANSAH (2005) | Skripsi | Akuntansi , Akuntansi , Akuntansi , Akuntansi
Bagikan
Ringkasan
Revolusi teknologi di bidang komunikasi menjadikan batas suatu wilayah negara menjadi tidak jelas, juga mengakibatkan semakin hilangnya batas ekonomi antar negara. Semua negara di dunia memacu kemajuan untuk memenangkan persaingan yang begitu ketat di tengah pasar yang semakin sempit. Kendati demikian semenjak krisis ekonomi melanda Asia pada tahun 1997, semua negara berusaha meningkatkan ekspornya, masyarakat industri di pacu untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai lebih untuk menarik banyak konsumen terutama dari luar negeri sehingga akan memberikan sumbangan devisa sebanyak-banyaknya.
Akibatnya, perdagangan dunia menjadi liberal. Hal itu tampak dalam perdagangan suatu negara yang dimasuki produk dari luar secara bebas dengan serta kualitas yang bersaing, sehingga konsumen memiliki banyak alternatif pilihan atas barang yang diinginkan. Dengan demikian hasil industri di Indonesia pun menghadapi tantangan yang tidak mudah dalam menghadapi era persaingan bebas, dimana industri di Indonesia harus siap bersaing dengan hasil industri dari negara lain yang memiliki kualitas yang lebih baik. Selain itu hasil produksi di Indonesia harus bisa menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Sehingga industri di Indonesia tidak hanya menjadi penonton yang hanya bisa duduk dan melihat industri dari negara-negara lain masuk secara bebas memasarkan produknya. Hal tersebut merupakan suatu tuntutan yang tidak dapat dielakkan lagi kendati sebenarnya masih banyak masalah-masalah yang harus di benahi pada perekonomian kita pada umumnya, dan dunia industri pada khususnya.
Ringkasan Alternatif
Revolusi teknologi di bidang komunikasi menjadikan batas suatu wilayah negara menjadi tidak jelas, juga mengakibatkan semakin hilangnya batas ekonomi antar negara. Semua negara di dunia memacu kemajuan untuk memenangkan persaingan yang begitu ketat di tengah pasar yang semakin sempit. Kendati demikian semenjak krisis ekonomi melanda Asia pada tahun 1997, semua negara berusaha meningkatkan ekspornya, masyarakat industri di pacu untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai lebih untuk menarik banyak konsumen terutama dari luar negeri sehingga akan memberikan sumbangan devisa sebanyak-banyaknya.
Akibatnya, perdagangan dunia menjadi liberal. Hal itu tampak dalam perdagangan suatu negara yang dimasuki produk dari luar secara bebas dengan serta kualitas yang bersaing, sehingga konsumen memiliki banyak alternatif pilihan atas barang yang diinginkan. Dengan demikian hasil industri di Indonesia pun menghadapi tantangan yang tidak mudah dalam menghadapi era persaingan bebas, dimana industri di Indonesia harus siap bersaing dengan hasil industri dari negara lain yang memiliki kualitas yang lebih baik. Selain itu hasil produksi di Indonesia harus bisa menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Sehingga industri di Indonesia tidak hanya menjadi penonton yang hanya bisa duduk dan melihat industri dari negara-negara lain masuk secara bebas memasarkan produknya. Hal tersebut merupakan suatu tuntutan yang tidak dapat dielakkan lagi kendati sebenarnya masih banyak masalah-masalah yang harus di benahi pada perekonomian kita pada umumnya, dan dunia industri pada khususnya.