Logo Eventkampus
Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
Pengaruh Zat Aktivator Pada Kinerja Biosorben Kulit Kopi Sebagai Penjerap Limbah Logam Berat
Heru Muhamad Hoerrudin (2019) | Tugas Akhir | -
Bagikan
Ringkasan
Kopi merupakan produk perkebunan yang melimpah yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia. Limbah kulit kopi merupakan residu padat dari produk kopi. Adanya kandungan selulosa dalam kulit kopi membuat kulit kopi mempunyai potensi untuk digunakan sebagai biosorben. Dalam penelitian ini dilakukan kajian pemanfaatan kulit kopi sebagai biosorben untuk limbah logam berat. Logam berat menjadi salah satu sumber permasalahan lingkungan, khususnya lingkungan perairan. Pembuatan biosorben pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa variabel yaitu ukuran partikel, jenis dan konsentrasi aktivator, waktu kontak, dan perbandingan massa dan volume. Kinerja dari biosorben dianalisis dengan menggunakan AAS, SEM dan isoterm adsorpsi. AAS digunakan untuk menentukan konsentrasi awal serta akhir dari sampel. Analisis SEM digunakan untuk mengetahui ukuran pori dari biosorben kulit kopi dan analisis isoterm adsorpsi digunakan untuk menentukan daya serap dari biosorben. Berdasarkan data dari penelitiaan didapatkan, biosorben kulit kopi optimum pada ukuran 230 mesh, menggunakan aktivator formalin 5%, dengan waktu kontak 30 menit, dan dengan perbandingan massa dan volume 1:40. Biosorben kulit kopi dengan kondisi optimum tersebut dapat menurunkan konsentrasi logam timbal dari 20 mg/L menjadi 1.84 mg/L atau efektivitasnya sebesar 90,80%.
Ringkasan Alternatif
Coffee is an abundant plantation product that makes Indonesia as one of the biggest coffee producing countries in the world. Coffee husk is a solid residue from coffee product. Cellulose content makes coffee husk has a potential to be used as biosorbent. This study focused on coffee husk as biosorbent for heavy metal waste. Heavy metal becomes one of environment problem, especially for water environment. The parameters for this research were particle size, activator type and concentration, contact time, and the ratio of mass and volume. The biosorbent’s performance was analyzed by AAS, SEM, and isotherm adsorption. AAS was used to determine initial and final concentration. SEM was used for pores size caracterization and isotherm adsorption was used for determining biosorbent adsorption capacity. According to the result, coffee husk biosorbent was optimum at 230 mesh, formalin 5% as an activator, 30 minutes contact time, and the ratio 1:40. An optimum coffee husk biosorbent might reduce the lead concentration from 20 mg/L become 1,84 mg/L or equivalent with effectivity value 90,80%.
Sumber