Aksara Sunda sudah sangat jarang yang mampu menggunakannya. Setidaknya yang masih mau dan mampu mempelajarinya hanyalah akademisi kebudayaan Sunda seperti sejarawan, arkeolog, dan fisolog. Masyrakat umum bisa dipastikan sudah jarang yang menggunakannya selain dosen, mahasiswa, dan guru bahasa Sunda. Dalam mengupayakan pelestarian Aksara Sunda, pemeritah Dinas Pendidikan Kota Bandung memasukan dan mengajarkan Aksara Sunda pada pelajaran muatan lokal wajib di beberapa sekolah di Kota Bandung. Namun sayangnya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari Aksara Sunda. Ini karena penggunaan Aksara Sunda dirasa lebih rumit dibanding dengan penggunakan aksara latin. Pembelajaran aksara sunda yang masih menggunakan media konvensional dirasa masih sulit untuk menyampaikan informasi kepada siswa, karena siswa menjadi merasa bosan dan tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan.

Rarely people are able to use Sundanese Letters. No one except Sundanese cultural academician such as historian, archaeologist, and physiology. General people obviously seldom use Sundanese Letters except lecturers, university students and Sundanese teachers. In case of conserving Sundanese Letters. Educational Department in Bandung manages Sundanese Letters lesson to be a must local curriculum in several schools in Bandung. Unfortunately, there are still many students who have difficulty in learning them. It is caused by its usage is more complicated then Latin. The conventional way of learning Sundanese Letters are felt hard to convey the information to the students, because they become feeling bored and donÂ’t get chance to find the concept it self.

https://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl-agungtripu-34453