Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
PERANCANGAN PENYULUHAN WASPADAI PENCULIKAN ANAK
NGARA RIZKINAHARI (2009) | Skripsi | Desain Komunikasi Visual , Desain Komunikasi Visual
Bagikan
Ringkasan
Kasus penculikan di Indonesia bukanlah hal yang baru, tetapi pemberitaan besar-besaran berbagai media mulai dari berita televisi, koran dan radio mengundang perhatian masyarakat, pemerintah, serta berbagai kalangan mencuat ketika Raisyah, putri seorang pengusaha diculik selama sembilan hari. Tak hanya masyarakat, bahkan Presiden Yudhoyono pun ikut menyerukan keprihatinannya. Saat itu pula, orang tua serta pihak sekolah seolah disadarkan bahwa anak mereka terancam.
Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak, tahun 2006 dilaporkan ada 87 kasus penculikan anak, sedangkan tahun 2007 telah tercatat 71 kasus (Kismi : 2007). Padahal itu baru kasus-kasus yang dapat teridentifikasi atas adanya laporan dari para korban. Tentu jumlahnya jauh lebih besar dari yang ada saat ini, karena banyak para korban yang tidak melaporkan karena khawatir atas keselamatan anak-anaknya. Penculikan anak dilatarbelakangi berbagai motif, namun yang mendominasi masih tetap masalah ekonomi yaitu dengan meminta uang tebusan. Menurut Sekjen Komnas PA, Arist Merdeka Sirait tahun 2006 55.2% atau 48 kasus bermotif uang tebusan, 28.7% atau 25 kasus bermotif perdagangan anak dan tahun 2007 69% atau 49 kasus bermotif uang tebusan.
Ringkasan Alternatif
Kasus penculikan di Indonesia bukanlah hal yang baru, tetapi pemberitaan besar-besaran berbagai media mulai dari berita televisi, koran dan radio mengundang perhatian masyarakat, pemerintah, serta berbagai kalangan mencuat ketika Raisyah, putri seorang pengusaha diculik selama sembilan hari. Tak hanya masyarakat, bahkan Presiden Yudhoyono pun ikut menyerukan keprihatinannya. Saat itu pula, orang tua serta pihak sekolah seolah disadarkan bahwa anak mereka terancam.
Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak, tahun 2006 dilaporkan ada 87 kasus penculikan anak, sedangkan tahun 2007 telah tercatat 71 kasus (Kismi : 2007). Padahal itu baru kasus-kasus yang dapat teridentifikasi atas adanya laporan dari para korban. Tentu jumlahnya jauh lebih besar dari yang ada saat ini, karena banyak para korban yang tidak melaporkan karena khawatir atas keselamatan anak-anaknya. Penculikan anak dilatarbelakangi berbagai motif, namun yang mendominasi masih tetap masalah ekonomi yaitu dengan meminta uang tebusan. Menurut Sekjen Komnas PA, Arist Merdeka Sirait tahun 2006 55.2% atau 48 kasus bermotif uang tebusan, 28.7% atau 25 kasus bermotif perdagangan anak dan tahun 2007 69% atau 49 kasus bermotif uang tebusan.