Logo Eventkampus
Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
Perbaikan Tanah Dasar Timbunan yang Berpotensi Terjadi Likuefaksi dengan Metode Prefabricated Vertical Drain (PVD) dan Stone Column
Denira Putri Rizkiya (2022) | Tugas Akhir | Teknik Sipil
Bagikan
Ringkasan
Aktivitas lempeng Indo-Australia dan Eurasia pada zona subduksi sering menimbulkan gempa sehingga Pulau Sumatera dianggap sebagai salah satu wilayah tektonik aktif di dunia McCaffrey (2009). Gempa bumi telah terjadi sebanyak 350 kali pada tahun 2020 di Sumatera Utara. Jenis tanah yang berada pada Junction Tebing Tinggi adalah pasir sedikit lanau dengan konsistensi yang sangat lepas. Nilai N-SPT pada BH 15-BH 18 sekitar 0-4 pada kedalaman 3 m-15,3 m dengan muka air tanah di kedalaman 1,2 m di bawah tanah dasar Junction Tebing Tinggi, Sumatera Utara membuat tanah pada daerah tersebut berpotensi likuefaksi. Analisis potensi likuefaksi yang penulis lakukan digunakan dengan tiga metode yaitu, Youd dan Idriss (2001), Robert dan Wride (1998), dan NCEER (1997) dengan menggunakan hasil sondir pada tanah dasar timbunan Junction Tebing Tinggi didapatkan hasil pada kedalaman di sekitar 3,4 - 17,8 m berpotensi likuefaksi. Analisis penurunan dan stabilitas lereng pun diperhitungkan dan didapat hasil untuk penurunan di sekitar 0,97 m dan untuk stabilitas lereng sebesar 1,4. Berdasarkan kasus tersebut dilakukan perkuatan pada tanah dasar timbunan Junction Tebing Tinggi. Tahap perkuatan dilakukan dengan menambahkan stone column berdiameter 1,2 m dengan kedalaman 10 m berjarak 1,5 m di sepanjang tanah dasar di bawah timbunan dan penambahan prefabricated vertical drain (PVD) berdiameter 1,89 m dengan kedalaman 5,6 m berjarak 1,8 m. Dengan perencanaan tersebut, didapatkan hasil bahwa tanah dasar sudah tidak berpotensi likuefaksi dan penurunan dapat tereduksi sebanyak 48-54% serta stabilitas lereng meningkat menjadi 2,6.
Ringkasan Alternatif
The activity of the Indo-Australian and Eurasian plates in the subduction zone often causes earthquakes so that Sumatra Island is considered one of the active tectonic areas in the world McCaffrey (2009). Earthquakes have occurred 350 times in 2020 in North Sumatra. The type of soil located at the Tebing Tinggi Junction is slightly silty sand with a very loose consistency. The N-SPT value at BH 15-BH 18 is around 0-4 at depth 3 m-15.3 m with a groundwater level at a depth of 1.2 m below the subgrade of the Tebing Tinggi Junction, North Sumatra, making the soil in the area potentially liquefied. The liquefaction potential analysis that the authors carried out used three methods, namely, Youd and Idriss (2001), Robert and Wride (1998), and NCEER (1997) using sondir results on the subgrade of the Tebing Tinggi Junction embankment. 4 m–17.8 m potential for liquefaction. The analysis of settlement and slope stability was taken into account and the results were obtained for a settlement of around 0.97 m and for slope stability of 1.4. Based on this case, reinforcement was carried out on the subgrade of the Tebing Tinggi Junction embankment. The strengthening stage was carried out by adding a stone column with a diameter of 1.2 m with a depth of 10 m with 1.5 m apart along the subgrade under the embankment and the addition of a 1.89 m diameter prefabricated vertical drain (PVD) with a depth of 5.6 m is 1.8 m apart. With this planning, the result is that the subgrade has no potential for liquefaction and the subsidence can be reduced by as much as 48-54% and slope stability increased to 2.6.
Sumber