Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
PERBANDINGAN PENERAPAN SISTEM ACTIVITY-BASED COSTING DENGAN SISTEM KONVENSIONAL DALAM PENGALOKASIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK UNTUK PRODUK YANG DIHASILKAN SEKSI KONSTRUKSI YAMATO PT. CHITOSE INDONESIA MFg
Putri Widhiani (-) | Tugas Akhir | Akuntansi
Bagikan
Ringkasan
ABSTRAK
Seperti kita ketahui bersama, perusahaan manufaktur mempunyai karakteristik yang berbeda, dengan perusahaan jasa maupun perusahaan dagang terutama dalam hal biaya yang dikeluarkan. Dalam perusahaan manufaktur, terdapat biaya produksi, yang terdiri dari tiga komponen biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Dari ketiga komponen biaya produksi tersebut, biaya overhead pabrik memiliki karakteristik yang sedikit berbeda karena biaya overhead pabrik relatif lebih sulit ditelusuri langsung terhadap produk, dibandingkan dengan biaya baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dibutuhkan suatu sistem yang tepat agar hasilnya akurat dan dapat membantu pihak manajerial dalam mengambil keputusan. Saat ini terdapat dua sistem yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik, yaitu sistem konvensional dan sistem kontemporer. Sistem Activity Based Costing termasuk ke dalam sistem kontemporer dan mulai dikembangkan di perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Penelitian dilakukan di Seksi Konstruksi Yamato PT. CHITOSE INDONESIA MFg, yang menghasilkan produk kursi. Pengalokasian di perusahaan, menggunakan sistem konvensional, dimana biaya overhead pabrik dari pusat dialokasikan ke masing-masing seksi dengan dasar alokasi yang telah ditetapkan, kemudian dibebankan kepada produk berdasarkan waktu proses yang dikonsumsi masing-masing produk. Hal ini dapat menimbulkan distorsi, karena sebetulnya terdapat biaya-biaya yang tidak dapat diukur dengan waktu proses.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sistem Activity Based Costing menghasilkan kalkulasi biaya overhead pabrik yang lebih rendah dibandingkan sistem biaya konvensional.
Ringkasan Alternatif
ABSTRAK
Seperti kita ketahui bersama, perusahaan manufaktur mempunyai karakteristik yang berbeda, dengan perusahaan jasa maupun perusahaan dagang terutama dalam hal biaya yang dikeluarkan. Dalam perusahaan manufaktur, terdapat biaya produksi, yang terdiri dari tiga komponen biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Dari ketiga komponen biaya produksi tersebut, biaya overhead pabrik memiliki karakteristik yang sedikit berbeda karena biaya overhead pabrik relatif lebih sulit ditelusuri langsung terhadap produk, dibandingkan dengan biaya baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dibutuhkan suatu sistem yang tepat agar hasilnya akurat dan dapat membantu pihak manajerial dalam mengambil keputusan. Saat ini terdapat dua sistem yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik, yaitu sistem konvensional dan sistem kontemporer. Sistem Activity Based Costing termasuk ke dalam sistem kontemporer dan mulai dikembangkan di perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Penelitian dilakukan di Seksi Konstruksi Yamato PT. CHITOSE INDONESIA MFg, yang menghasilkan produk kursi. Pengalokasian di perusahaan, menggunakan sistem konvensional, dimana biaya overhead pabrik dari pusat dialokasikan ke masing-masing seksi dengan dasar alokasi yang telah ditetapkan, kemudian dibebankan kepada produk berdasarkan waktu proses yang dikonsumsi masing-masing produk. Hal ini dapat menimbulkan distorsi, karena sebetulnya terdapat biaya-biaya yang tidak dapat diukur dengan waktu proses.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sistem Activity Based Costing menghasilkan kalkulasi biaya overhead pabrik yang lebih rendah dibandingkan sistem biaya konvensional.