Logo Eventkampus
Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
PERENCANAAN STRUKTUR ATAS MENARA - A APARTEMEN MENARA ANTAPANI - BANDUNG MENGGUNAKAN SK-SNI T-15-1991-03
Hafiz Abdillah (-) | Tugas Akhir | Teknik Sipil
Bagikan
Ringkasan
ABSTRAK Dalam suatu pembangunan gedung, perlu adanya tahapan-tahapan konstruksi, agar dalam pelaksanaannya akan dihasilkan bangunan yang berkualitas yang dikerjakan dalam waktu yang cepat, dan dengan biaya yang seminimal mungkin. Secara garis besar tahapan-tahapan tersebut adalah perencanaan yang meliputi perencanaan arsitektural dan struktural, pelaksanaan, dan pemeliharaan. Sama halnya dengan penjelasan di atas, pada proyek Menara-A pada Apartemen Menara Antapani Bandung ini akan dilakukan perencanaan dan pelaksanaan untuk memenuhi kriteria arsitektural dan struktural, akan tetapi pada proyek tersebut sampai saat ini baru ada perencanaan arsitekturalnya saja dan belum ada perencanaan strukturnya. Dari hal tersebut, kami mencoba untuk merencanakan struktur bangunan apartemen tersebut sebagai bahan penyusunan tugas akhir ini. Menara-A pada Apartemen Menara Antapani Bandung ini merupakan bangunan yang terdiri dari 3 (tiga) lantai dengan tinggi tiap lantai adalah 3,4 meter. Oleh karena apartemen ini memiliki ketinggian kurang dari 40 meter, maka untuk analisa beban gempa digunakan metoda analisa statis ekivalen yang mengacu pada SK SNI 03-1726-2002, sedangkan untuk perhitungan struktur mengacu pada SK SNI T-15-1991-03. Pada awal perencanaan, kami merencanakan dimensi awal dari penampang struktur yang terdiri dari pelat, balok, dan kolom yang terbuat dari beton. Untuk balok dan kolom, dimensi yang didapat ini akan dimasukkan kedalam program SAP 2000 sebagai input data, yang kemudian akan dilihat apakah dimensi tersebut kuat untuk menahan beban atau tidak. Rubah-rubahlah dimensi tersebut agar didapat struktur balok dan kolom dengan dimensi yang ekonomis tetapi kuat untuk menahan beban. Untuk pelat lantai dan atap, setelah didapatkan dimensinya langsung dapat diteruskan dengan mencari tulangannya. Jadi, untuk pelat, penentuan dimensi cukup dari preliminary design saja. Setelah itu dilanjutkan dengan mencari dimensi atap yang terbuat dari baja. Perencanaan dimensi atap ini meliputi gording dan rangka kuda-kuda. Perencanaan dimensi gording dilakukan secara manual, sedangkan perencanaan dimensi rangka kudakuda dilakukan dengan bantuan program SAP 2000 dengan metoda auto select. Reaksi vertikal yang didapat dari pembebanan rangka atap ini dimasukkan ke dalam pembebanan struktur utama yang ditempatkan pada ring balok. Selanjutnya adalah perencanaan tangga yang perhitungannya dilakukan secara terpisah. Sama halnya dengan perhitungan atap, reaksi vertikal yang didapat pada perhitungan tangga ini dimasukkan kedalam pembebanan struktur utama bangunan. Dengan demikian semua beban, mulai dari beban pelat, balok, kolom, atap, tangga, dan gempa sudah dimasukkan seluruhnya kedalam struktur utama pada SAP 2000. Setelah di running, maka perhitungan tulangan dapat dilakukan berdasarkan output dari SAP 2000 tersebut.
Ringkasan Alternatif
ABSTRAK Dalam suatu pembangunan gedung, perlu adanya tahapan-tahapan konstruksi, agar dalam pelaksanaannya akan dihasilkan bangunan yang berkualitas yang dikerjakan dalam waktu yang cepat, dan dengan biaya yang seminimal mungkin. Secara garis besar tahapan-tahapan tersebut adalah perencanaan yang meliputi perencanaan arsitektural dan struktural, pelaksanaan, dan pemeliharaan. Sama halnya dengan penjelasan di atas, pada proyek Menara-A pada Apartemen Menara Antapani Bandung ini akan dilakukan perencanaan dan pelaksanaan untuk memenuhi kriteria arsitektural dan struktural, akan tetapi pada proyek tersebut sampai saat ini baru ada perencanaan arsitekturalnya saja dan belum ada perencanaan strukturnya. Dari hal tersebut, kami mencoba untuk merencanakan struktur bangunan apartemen tersebut sebagai bahan penyusunan tugas akhir ini. Menara-A pada Apartemen Menara Antapani Bandung ini merupakan bangunan yang terdiri dari 3 (tiga) lantai dengan tinggi tiap lantai adalah 3,4 meter. Oleh karena apartemen ini memiliki ketinggian kurang dari 40 meter, maka untuk analisa beban gempa digunakan metoda analisa statis ekivalen yang mengacu pada SK SNI 03-1726-2002, sedangkan untuk perhitungan struktur mengacu pada SK SNI T-15-1991-03. Pada awal perencanaan, kami merencanakan dimensi awal dari penampang struktur yang terdiri dari pelat, balok, dan kolom yang terbuat dari beton. Untuk balok dan kolom, dimensi yang didapat ini akan dimasukkan kedalam program SAP 2000 sebagai input data, yang kemudian akan dilihat apakah dimensi tersebut kuat untuk menahan beban atau tidak. Rubah-rubahlah dimensi tersebut agar didapat struktur balok dan kolom dengan dimensi yang ekonomis tetapi kuat untuk menahan beban. Untuk pelat lantai dan atap, setelah didapatkan dimensinya langsung dapat diteruskan dengan mencari tulangannya. Jadi, untuk pelat, penentuan dimensi cukup dari preliminary design saja. Setelah itu dilanjutkan dengan mencari dimensi atap yang terbuat dari baja. Perencanaan dimensi atap ini meliputi gording dan rangka kuda-kuda. Perencanaan dimensi gording dilakukan secara manual, sedangkan perencanaan dimensi rangka kudakuda dilakukan dengan bantuan program SAP 2000 dengan metoda auto select. Reaksi vertikal yang didapat dari pembebanan rangka atap ini dimasukkan ke dalam pembebanan struktur utama yang ditempatkan pada ring balok. Selanjutnya adalah perencanaan tangga yang perhitungannya dilakukan secara terpisah. Sama halnya dengan perhitungan atap, reaksi vertikal yang didapat pada perhitungan tangga ini dimasukkan kedalam pembebanan struktur utama bangunan. Dengan demikian semua beban, mulai dari beban pelat, balok, kolom, atap, tangga, dan gempa sudah dimasukkan seluruhnya kedalam struktur utama pada SAP 2000. Setelah di running, maka perhitungan tulangan dapat dilakukan berdasarkan output dari SAP 2000 tersebut.
Sumber