Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
Pesan Non Verbal Dlam Upacara Adat Grebek Sekaten Di Keraton Yogyakarta
Dwi Agustina (2011) | Skripsi | Ilmu Komunikasi
Bagikan
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pesan Non Verbal dalam Upacara Adatbr /
Grebek Sekaten di Kraton Yogyakarta. Dengan Indikator ekspresi wajah, waktu, ruang danbr /
tempat, diam, gerakan, busanan, bau-bauan dan sentuhan yang ada dalam upacara grebek sekatenbr /
di kraton yogyakarta. Metode yang digunakan Metode Penelitian Kualitatif dengan pendekatanbr /
Deskriptif yaitu, peneliti menggambarkan, mendeskripsikan, dan memaparkan pesan-pesanbr /
nonverbal pada suatu kebudayaan yaitu upacara adat grebek sekaten di Kraton Yogyakarta.br /
Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi,study kepustakaan danbr /
internet searching. Serta uji keabsahan data menggunakan Triangulasi data.br /
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pesan nonverbal yang ada pada upacara adatbr /
Grebek Sekaten antara lain terdapat simbol nonverbal pada ekpresi wajah dari abdi dalem dan Sribr /
Sultan yang mengartikan rasa penghormatan, waktu dimana pada pelaksanaanya upacara grebekbr /
sekaten harus sesuai dengan perhitungan kalender jawa yang berarti masih memegang tradisibr /
leluhurnya, grebek sekaten hanya dilakukan pada ruangan tertentu yaitu di Siti Hinggil karenabr /
tempat ini memiliki arti yang paling atas dan tinggi serta masjid kauman yang diartikan sebagaibr /
tempat yang sakral, dalam pelaksanaanya terdapat prosesi diam pada saat pembacaan doa yangbr /
memiliki arti menghormati raja sebagai pemimpin.br /
pesan nonverbal gerakan pula terlihat pada cara jalan para abdi dalem da prajurit yangbr /
tidak di perbolehkan memakai sandal yang berarti hidup untuk mengabdi dan kesetiaan kepadabr /
keluarga kerajaan. Simbol pada pakaian yang dikenakan abdi dalem dan para prajurit memiliki artibr /
masing-masing namun pada intinya mengartikan suatu kegagahan dan kesetiaan dan pakaian yangbr /
di kenakan oleh sri sultan memiliki arti lambang keperkasaan dan keadilan seorang raja terhadapbr /
rakyat. Dalam grebek sekaten terdapat unsur bau-bauan pada penggunaan bunga tujuh rupa danbr /
dupa serta kemenyaa yang berarti menghormati leluhur terdahulu menurut pandangan orangbr /
jawa, dan yang utama dalam upacara grebek sekaten adalah simbol gunungan dimana jika berhasilbr /
menyentuh gunungan sekaten ini akan mendapatkan berkah karena gunungan memiliki maknabr /
kebesaran dan sedekah dari Sri Sultan.br /
Akhirnya peneliti menyarankan agar Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagaibr /
penyelenggara tradisi Grebek Sekaten hendaknya bisa menjadi media agar dalam pelaksanaannyabr /
tradisi tersebut benar-benar bisa memenuhi kebutuhan religius dalam syiar agama Islam untukbr /
membentuk akhlak dan budi pekerti luhur. Serta agar pemerintah daerah lebih perhatian dan pedulibr /
terhadap kegiatan upacara adat grebek sekaten sebagai salah satu tujuan wisata budaya daerah dibr /
kota Yogyakarta.
Ringkasan Alternatif
This study aims to determine the Non-Verbal Messages in Grebek Sekaten Ceremony atbr /
the Sultan's Palace. With a facial expression indicators, time, space and place, still, motion,br /
busanan, smells and touch of existing in a ceremony at the palace grebek sekaten yogyakarta. Thebr /
method used by the Qualitative Research Methods The descriptive approach is, researchersbr /
describe, describe, and explain nonverbal messages in a culture that is grebek sekaten ceremoniesbr /
at the Palace of Yogyakarta. Data collection techniques through in-depth interviews, observation,br /
study literature and internet searching. As well as the validity of test data using triangulated data.br /
Results from the study indicate that the nonverbal messages that exist in traditionalbr /
ceremonies Sekaten Grebek among other nonverbal symbols found on the facial expressions of thebr /
courtiers and the Sultan that defines a sense of respect, the time at which the implementationbr /
sekaten grebek ceremony should be in accordance with the calculation of Javanese calendarbr /
which means that there holds traditions of his ancestors, grebek sekaten only done on a particularbr /
room that is in Hinggil because this place has a meaning and a high top and mosques kaumanbr /
defined as a sacred place, in the implementation there is a procession of silent prayer at the timebr /
of reading that hasbr /
meaning to respect the king as a leader. nonverbal message is also seen in the way ofbr /
movement of the courtiers da road warriors who are not allowed to wear sandals in the meaningbr /
of life to the service and loyalty to the royal family. Symbols on the clothing worn courtiers and thebr /
soldiers have their meanings but in essence defines a valor and loyalty and wear the clothes in sribr /
sultan meaningful symbol of the might and justice of a king against the people. In grebek sekatenbr /
there are elements of odors on the use of flowers and incense as well as the seven-way kemenyaabr /
which means respecting the ancestral past in the eyes of people of Java, and the main ceremony isbr /
a symbol grebek sekaten mountains where mountains touch sekaten if successful this will get abr /
blessing because the mountains have the meaning of greatness and the alms of the Sultan.br /
Finally, the researchers suggested that the palace Ngayogyakarta as organizers Sekatenbr /
Grebek tradition should be a medium for the implementation of that tradition can really meet thebr /
religious needs of the greatness of Islam to form good character and noble character. And thatbr /
local governments more attention and care for ceremonial activities grebek sekaten as one of thebr /
areas of cultural tourism destination in the city of Yogyakarta