Logo Eventkampus
Perpustakaan judul masih dalam tahap pengembangan, admin siap menampung kritik dan saran
Pola Komunikasi Pemandu (Trainer) Dalam Program Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) (Studi Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Pemandu Dalam Program SL-PHT Pada Kelompok Tani di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)
Ergan Raedi Gusniman NIM. (2014) | Skripsi | Ilmu Komunikasi
Bagikan
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi Pemandu dalam Program SL-PHT pada kelompok tani di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat yang diketahui melalui proses komunikasi, hambatan komunikasi, dan metodenya.Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi nonpartisipan dan tinjauan kepustakaan. Informan berjumlah 4 orang yang dipilih melalui teknik purposif sampling. Teknik analisis data dilakukan melalui model interaktif. Uji keabsahan data dilakukan melalui triangulasi sumber. Penelitian dilakukan pada program SL-PHT bagi kelompok tani di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat, dimulai dari bulan Februari-Agustus 2014.Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi Pemandu dilakukan secara primer dan sekunder. Komuniksi primer dilakukan melalui penggunaan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah (Sunda) dengan gaya informal, sedangkan komunikasi sekunder dilakukan melalui penggunaan buku, gambar, modul, papan tulis, video, perkakas pertanian, dan ballot box. Hambatan komunikasi Pemandu umumnya terjadi karena perbedaan cara pandang yang berhubungan dengan tingkat pendidikan peserta tani yang cenderung tertutup dan pemalu sehingga kurang aktif berkomunikasi dalam pertemuan. Metode Pemandu dalam mengefektifkan komunikasi kelompok dilakukan melalui pembentukan kelompok-kelompok kecil. Diskusi, metode tes ballot dan kontrak belajar merupakan metode pembelajaran utama yang mengarah pada pola komunikasi roda.Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pola komunikasi Pemandu SL-PHT utamanya dilakukan dengan secara searah lalu berubah menjadi multiarah yang dibentuk melalui pola komunikasi roda.Saran bagi Pemandu SL-PHT yaitu diharapkan dapat menghadirkan media-media praktek pertanian yang lebih beragam terutama dalam hal peralatan pengendalian hama tanaman, karena umumnya peserta tani lebih dapat menyerap informasi dengan lebih baik jika di dukung dengan bentuk praktek dan penunjukan peralatan yang sebenarnya disamping gambar-gambar dalam modul pelatihan.
Ringkasan Alternatif
This study aims to determine the SL-PHTÂ’s trainer communications to The Farmers Group at Cisarua the District of West Bandung aS known through the process, noise, and communication methods.This study used a qualitative design with descriptive method. Data collected through interviews, non-participant observation and review of literature. Informants are 4 people who selected through purposive sampling technique. The data analysis Techniques through an interactive model. The validity of the data is done through resources triangulation. The study conducted at the SL-PHT programs for farmer groups on Cisarua, The District of West Bandung, starting from February-August 2014.The results showed that TrainerÂ’s communication process conducted primary and secondary. Primary communications used an Indonesian and local languages (Sundanese) with informal style, while the secondary communication is done with books, images, modules, whiteboard, video, farming tools, and the ballot box. The communication noises generally occurs due to a difference in opinions related to the education level of the farmer participants tend to be closed and shy so less actively communicate in meetings. The TrainerÂ’s methods is done through the formation of small groups. Discussions, tests and contracts ballot method of learning is the main method of communication that leads to the communication wheel patterns.The conclusion of this study show that Trainers should be guide the farmers group with more media especially in terms of plant pest control equipment, because it is generally more farmer participants can absorb information better if it is supported by the form of the practice and the appointment of actual equipment in addition to the images in the training modules.
Sumber