Berawal dari tugas akhir sang vokalis saat menempuh pendidikan di Australia, grup band Indonesia asal Jakarta ini mulai merintis karirnya pada pertengahan 2013 dengan sajian menu yang berbeda dari band pop pada umumnya di Indonesia.
Bam Mastro berkolaborasi dengan adiknya pada proyek band Neonomora sebagai penulis lagu, komposer dan produser musik. Proyek ini telah sangat sukses. Dalam setahun, Neonomora yang baru saja merilis EP terbarunya meliputi lima lagu yang ditulis oleh Bam, terpilih sebagai 2013 Album of the Year oleh Majalah Rolling Stone INA.
Pindah kembali ke Jakarta Bam mulai mengembangkan karirnya sebagai musisi. Proyek denganNeonomora membuatnya bertemu John, Bayu dan Dewa yang kemudian bergabung bersama untuk membentuk Elephant Kind.
Dari segi musikalitas, selain memiliki nutrisi pop melankolis yang khas, kemunculan Elephant Kindseperti penanda zaman, bahwa ada band se syahdu ini di negeri kita tercinta pada medio 2015 yang kelak akan bersanding dengan nama-nama seperti Sore, Efek Rumah Kaca hingga Pure Saturday.
Lirik dan musik berisi lagu-lagu yang emosional dan relevan dengan masyarakat modern dan seni kontemporer dengan kelangsungan hidup komersial. Menggabungkan berbagai genre dari berbagai pengaruh seperti; Michael Jackson, Queen, Bon Iver, Kanye West, Sigur Ros, David Bowie,Arcade Fire, Kings of Leon, dan banyak lagi.
Namun nada-nada yang mereka sajikan sanggup memunculkan rasa penasaran untuk mengetahui lebih lanjut dari band mengemas semua liriknya dengan bahasa Inggris.
Elephant Kind pernah memenangkan penghargaan Favorite Newcomers 2014 dari ICEMA, menjadi sangat wajar mereka mendapat nobel tersebut, berbekal dua mini album "Scenarios: A Short Film by Elephant Kind" dan ‘Promenades, A Short Film by Elephant Kind’ dan menghasilkan single–single yang sukses seperti We All Lose (Holy Sh*t), Oh Well, Why Did You Have To Go, dan With Gracemereka pun melesat tajam dan menyebarkan virus Julian Day—tokoh fiksi dalam EP— ke seantero negeri.
Lewat EP tersebut Elephant Kind menghimpun untuk menjadi rangkaian musik yang memiliki konsep visual. Layaknya plot dalam film, antar lagu dalam film ini memiliki keterkaitan yang membangun jalan cerita. Lengkap dengan prolog dan suguhan kisah utama. Tokoh utama Julian Day, mengakhiri hidupnya di usia muda. Meski mengusung tema cerita bunuh diri, Elephant Kind tidak lantas menerjemahkan hal itu ke dalam nuansa musik yang gelap. Beberapa lagu dibuat dengan konsep narasi dengan latar musik yang lugas. Tidak pernah sebelumnya ada band lokal membungkus sebuah kematian dengan sangat indah.
Dari segi musik, apa yang dilakukan Elephant Kind sungguh diluar dugaan. Mereka mampu menyeduh bebunyian yang beragam dalam padu musik yang nikmat. Selintas, Elephant Kind mengingatkan musik dari band-band asal New York bahkan daratan Britania Raya.
Pada akhir bulan November 2015, Elephant Kind sempat dikejutkan dengan hengkangnya salah satu personil Elephant Kind, John Paul Patton pada bass karena ingin lebih fokus kepada band satunya lagi yaitu Kelompok Penerbang Roket yang juga layak diperhitungkan sebagai nafas baru rock ugal-ugalan dalam negeri. Elephant Kind sempat pesimis, sepertinya band ini akan berakhir, tapi nyatanya justru mereka tidak menampakan kesulitan berarti, malah mereka mamasuki fase baru bersama UNKL347salah satu clothing ternama untuk kemudian beriringan dalam NEW WWWORLD ATLAS Scenarios, sebuah bentuk kerjasama yang disinyalir untuk perkembangan sub-kultur dan pergerakan generasi baru.
Elephant Kind kini tinggal menyisakan Bam Mastro (vokal/gitar), Dewa Pratama (multi instrumentalist/guitar/backing vocal) dan Bayu Adisapoetra (drum).
Elephant Kind pernah menginjakan kakinya di panggung bergengsi, seperti Tabik! volume 5 in conjuction with Rocking the Region di Panggung Outdoor Theatre, Esplanade di Singapura, Maret 2015, Festival musik gagasan ISMAYA Live bertajuk ‘We The Fest’ 9 Agustus 2015 dan berbagi panggung bersama sejumlah musisi mancanegara mulai dari Echosmith, Rufus, Flight Facilities, Darius, Jessie Ware, Madeon hingga Passion Pit. Serta yang paling hangat, Elephant Kind didaulat sebagai pembuka Circa Waves, grup indie rock asal Liverpool, Inggris, yang tampil untuk pertama kalinya di Indonesia pada Oktober, di Foundry 8, Jakarta Selatan.