Salah satu band ber-genre Street Rock/ Melodic Punk yang berasal dari Kota Surabaya Blingsatan, terbentuk pada tanggal 17 - Agustus - 2004. Berawal dari sebuah Band Karpet yang eksis kurang lebih selama 10 tahun (1994-2004). Sukses mengeluarkan satu album Indie bertajuk Karpet dan satu album major di bawah bendera EMI Record (Disvakum), tak lama kemudian mereka pun memutuskan untuk membubarkan band tersebut dan memilih jalan masing- masing.
Banyak Band-band baru yang kemudian muncul dengan dimotori mantan personel Band Karpet. Salah satunya termasuk Blingsatan yang didirikan oleh Arief (basis Karpet) bersama Amir (drummer Karpet), dan juga bersama Dave (guitarist). Namun Dave tidak ikut membesarkan band baru ini, Dave (guitarist) mengundurkan diri dan lebih memilih untuk bergabung dengan Asia Line, home band Hard Rock Café Jakarta.
Posisi Dave (guitarist) kemudian digantikan Oleh Zack yang baru pulang dari Amerika Serikat. Formasi dengan tiga trio ini langsung merilis album Indie perdana bertitel "Streetrock". Nama itu dipilih sebagai cerminan genre musik yang dicetuskan oleh arek-arek Blingsatan, yakni rocker jalanan metropolitan.
Bertahan sebagai band rock Indie dengan aliran yang sedikit mainstream dengan band - band yang lainnya di kala itu. Bukanlah sesuatu yang mudah bagi Blingsatan, empat tahun mereka lalui dengan berbagai pergolakan dan jatuh bangun. Mulai dari penolakan audiens, caci maki, hingga berurusan dengan kepolisian karena terjadi keributan saat konser mereka.
Arief sang basis menjelaskan, aliran musik Blingsatan memang tidak umum untuk sebuah band rock di Indonesia. Band ini mengakulturasikan aliran emo rock dan melodic punk dengan melodi nyanyian lagu yang sangat lantang dan keras. Emo rock merupakan aliran musik rock yang memiliki karakter permainan melodis dan ekspresif. Mungkin di luar negeri, seperti Amerika Serikat atau Inggris, emo rock sudah biasa. Tapi di Indonesia, belum banyak band yang memilih aliran ini.
Sebagai band dengan aliran musik di luar mainstream, tidak mudah bagi Blingsatan untuk bisa merangkul pasar. Apalagi mereka tidak bernaung di bawah bendera major label. Pasar pun ditembus melalui penampilan di panggung-panggung acara komunitas, pentas seni. Pelan-pelan, pasar pun bisa menerima. Bahkan band ini mulai mendapat tempat di hati para arek - arek Surobayo.
Album pertama yang dibuat pada tahun 2005 yang lalu sebanyak dua ribu kopi, ludes terjual. sementara permintaan dari pasar industri musik masih terus mengalir hingga kini. Penggemar fanatik yang terbangun melalui jejaring sosial makin banyak , tidak cuma dari Kota Surabaya bahkan sampai ke pelosok penjuru negeri.
Meski sudah diterima pasar dan punya banyak penggemar, Blingsatan tetap konsisten dengan aliran musiknya. Mereka tidak berusaha mengubah warna musik maupun aliran hanya untuk mengikuti pasar yang sedang trend dan memperbanyak penjualan album. Tawaran dikontrak oleh major label juga banyak ditolak. Pasalnya, mereka tidak menginginkan campur tangan label dalam bermusik maupun berkarya. “Jika label sudah ikut campur, apa yang kami pertahankan selama ini bisa berubah. Bahkan aliran musik kami malah bisa berubah mengikuti selera umum di pasar” kata Arief sang bassis.
Manajer Blingsatan Rizal, menambahkan dalam promo album pun mereka juga berada di luar jalur. Jika band-band baru ramai-ramai berebut tampil di acara musik di televisi seperti sekarang ini, mereka lebih memilih meng-upload video klip mereka di Youtube serta membangun komunitas lewat jejaring sosial yang ada dan lain sebagainya.
Konsistensi dalam mempertahankan aliran musik ini memang tidak mendongkrak Blingsatan menjadi band populer di negeri ini. Namun konsistensi mereka dalam bermusik berhasil membawanya masuk dalam nominasi "Indonesia Cutting Edge Music Awards" (ICEMA) 2010, sebuah penghargaan untuk artis non-mainstream pertama di Indonesia. Blingsatan masuk kategori Favourite Punk/Hardcore Song untuk lagu "Matahari Pagi" dari album "Melodi Emosi" dan menjadi perwakilan grup band satu- satunya dari Surabaya. Menurut salah satu Dewan Kategorisasi, Denny Sakrie, ICEMA 2010 merupakan apresiasi dan penghargaan bagi komunitas musik di Indonesia. Khususnya musik yang dihasilkan oleh komunitas non-mainstream. Referensi Oleh Elin Yunita Kristanti.