Logo Eventkampus

Grup musik indie pop asal kota Bandung. Resmi berdiri pada tahun 1994. Pada awalnya Pure Saturday (PS) terbentuk karena iseng-iseng saja. Mereka ngeband kalo lagi tidak ada kegiatan dan sekalian nunggu hasil UMPTN. Tempat kumpul dan latihan biasanya di rumah Suar, di gudang rumah. Gudang bekas pabrik gitar disulap jadi tempat latihan band dan proses pembuatan lagu-lagu.

Dari keisengan itu pula mereka mencoba membuat lagu dan ternyata satu sama lain menemukan kecocokan. Yah... iseng-iseng berhadiah lah... Lalu dibuatlah kesepakatan untuk ngeband secara serius dan mulai mencari kegiatan musik yang diselenggarakan di Bandung. Tapi waktu itu (tahun 1992) namanya masih Tambal Ban bukan Pure Saturday. Akhirnya nama "Tambal Ban" diganti, soalnya terlalu pasaran dan ngga jelas artinya. Apalagi mau ikutan Festival Musik Unplugged (Tahun 1994), harus punya nama yang keren dong.

Akhirnya terpilihlah nama "Pure Saturday" yang tercetus secara spontan. Nama ini diambil karena hari Sabtu merupakan hari latihan, sejak pagi hingga menjelang subuh. Jadi maksudnya hari Sabtu itu benar-benar merupakan hari kerja buat mereka. Disamping itu, untuk mengisi kekosongan waktu anak-anak Pure Saturday yang saat itu masih pada jomblo, maka dari pada bengong berhayal yang tidak-tidak mendingan ngeband. Begitulah motto hidup mereka.

Tahun yang sama Pure Saturday berhasil menjuarai festival musik unplugged se-Jawa dan DKI dengan lagu yang mereka ciptakan sendiri Enough. Di festival ini Pure Saturday mendapat Juara Pertama kategori Umum. Wah... keren... Sejak saat itu Pure Saturday jadi semakin sering bikin lagu. Karena kemenangan tersebut, Pure Saturday semakin terkenal dan dikenal terutama oleh para barudak musik Bandung. Hampir setiap acara yang digelar di Bandung selalu mengundang Pure Saturday. Yah... istilahnya tiada Pure Saturday tiada bazar dan acara. Nampaknya Pure Saturday merupakan sesajen yang ampuh untuk memelet para penonton. Tidak hanya turun naik panggung, tapi Pure Saturday juga sering keluar masuk stasiun radio di Bandung.

Ketenaran Pure Saturday ini membuat Ambari (ini nama orang lho!) berminat membuatkan Pure Saturday album lewat jalur Indie Label. Pada saat itu manajer Pure Saturday adalah adiknya Yuki yang tidak lain dan tidak bukan adalah vokalis PAS. Nah... PAS ini mempunyai seorang manajer yang tidak lain dan tidak bukan adalah Ambari. Antara manajer Pure Saturday dan PAS ternyata terjalin hubungan yang baik... yah... sedikit nepotisme nggak apa-apa lah... Kesepakatan pun dibuat sambil mencari orang yang mau memodali biaya produksi. Akhirnya ada juga seorang teman yang baik yang mau membiayai.

Percaya diri mulai tumbuh dan berkembang dan bersemi pada tubuh Pure Saturday dan mulai membuat komposisi-komposisi musik yang akhirnya cukup kuat untuk sebuah album perdana. Akhirnya Pure Saturday mencoba hadir di blantika musik Indonesia. Mereka banyak mendapat pengaruh dari grup-grup asal Inggris seperti The Cure, Ride, My Bloody Valentine, Wonder Stuff dan lain-lain.

Album perdana Pure Saturday ini digarap secara independen dan dipasarkan secara mail order lewat sebuah majalah remaja di Jakarta. Pada saat itu Pure Saturday membuat 5.000 kopi saja. Beberapa bulan setelah album tersebut muncul, ada produser rekaman yang melirik mereka dan akhirnya mereka pun membuat kontrak dengan Ceepee Production. Lagu-lagu pada album pertama itu adalah Silence, Kosong, a song, Desire, Simple, Enough, Open Wide dan Coklat. Lagu Kosong kemudian dipilih untuk dibuatkan video klipnya.

Album yang berisi delapan lagu ini ternyata mendapat sambutan yang bagus, karena dinilai lagu-lagu Pure Saturday masih fresh, dan tidak mengikuti trend musik saat itu. Pure Saturday datang dengan warna yang lain, maksudnya diantara musik-musik keras yang saat itu sedang naik, Pure Saturday malah menyuguhkan musik yang slow tapi gahar. Mungkin seperti slogan acara Resurrection... "Awake against mainstream and proud of it". Yah begitulah kira-kira. Boleh dibilang album mereka laku keras. Saat masih diedarkan sendiri 700 kopi yang terjual. Sedangkan melalui distribusi Ceepee Production terjual sebanyak 2000 kopi. Pure Saturday sangat mensyukuri anugerah ini meskipun banyak yang menilai musik mereka sangat berbeda. ''Berarti kita sudah diakui dan keinginan kita agar berbeda dari yang lain terwujud,'' seru Ade.

Kegiatan bermusik membuat urusan akademis (sekolah) mereka terbengkalai. Akhirnya, mereka mencoba untuk membenahi urusan akademis terlebih dahulu. Hal itu malah membuat mereka tidak bisa berkumpul dan membuat lagu. Di kondisi waktu yang terbatas mereka mencoba lagi untuk membuat komposisi-komposisi yang akhirnya selesai, kemudian masuk studio rekaman dan selesai awal 1999. Untuk album kedua mereka dikontrak oleh PT. Aquarius Musikindo. Album kedua ini diberi judul "Utopia".

Menapaki jalur indie bagi mereka merupakan satu strategi, selain agar dikenal publik lebih luas juga agar mereka tidak dipermainkan produser jika menempuh jalur Major Label. ''Kalau kita sudah mengeluarkan album indie, produser tidak bisa seenaknya lagi menyuruh kita ganti warna musik, karena sebelumnya kita sudah punya fans sendiri,'' papar Udhie.

Pure Saturday sempat vakum sebelum pada akhirnya Suar mengundurkan diri pada tahun 2004. Posisi Suar kemudian digantikan oleh sang manajer, iyo. Pada Maret 2005, Pure Saturday kembali hadir dengan album ketiganya yang berjudul "Elora". Kehadiran Pure Saturday kali ini dengan formasi barunya dan dengan membawa label baru, Fast Forward Records.

Pada tahun 2007 lewat Time For A Change, Time To Move On, sebuah koleksi lagu yang didominasi materi lama yang direkam ulang dan pada tahun 2012 Pure Saturday merilis album keempat berjudul "Grey" yang sepenuhnya berisi lagu baru oleh grup asal Bandung ini.

Pada album Grey, Pure Saturday turut didukung oleh beberapa tamu istimewa. Single pertama “Lighthouse” menampilkan permainan piano oleh Hendi “Unyil” Priyatna dari grup The Milo, sementara Rektvianto Yoewono dari The SIGIT menyumbangkan vokal secara spontan pada “Utopian Dreams”, sebuah lagu akustik kalem yang tiba-tiba tercipta saat berada di studio rekaman. Tapi bisa dibilang tamu kehormatan utama di album ini adalah Yockie Suryoprayogo, musisi legendaris yang pertama kali berkolaborasi dengan Pure Saturday pada tahun 2011 dalam Djakarta Artmosphere, acara musik tahunan yang menampilkan kolaborasi antar musisi lintas generasi.