Candi cetho terletak di Kabupaten Karanganyar dan tepat di lereng Gunung Lawu. Candi Cetho ini memiliki pemandangan dan suasana yang tiada duanya. Pemandangan hamparan alam Karanganyar dan juga candi yang selalu diselimuti oleh kabut jadi daya tarik tersendiri.
Candi yang berada di ketinggian 1.400 mdpl ini punya beberapa hal dan fakta menarik di baliknya. Candi yang juga digunakan sebagai tempat beribadah umat Hindu dan orang-orang kejawen ini punya banyak misteri yang perlu Anda ketahui. Apa saja kira-kira misteri di balik megahnya bangunan Candi Cetho di kaki Gunung Lawu ini?
Pertama, Candi Cetho ini terletak di atas hamparan Perkebunan Teh Kemuning. Selama perjalanan menuju Candi Cetho, Anda akan disuguhkan dengan hijaunya daun-daun teh yang berjajar rapi. Didukung dengan suasana dan udara sejuknya yang semilir. Tak hanya dalam perjalanan, saat berada di komplek candi ini, Anda juga bisa melihat pemandangan kebun teh dari atas.
Fakta yang kedua adalah bangunan Candi Cetho ini mirip banget dengan bangunan yang ada di Candi Sukuh. Candi Sukuh ini letaknya juga ada di Karanganyar, hanya saja desanya berbeda. Candi Sukuh ini merupakan salah satu candi di Indonesia yang penuh dengan kontroversi. Bagaimana tidak, arca dan relief yang ada di komplek candi, sebagian besar selalu menonjolkan alat kelamin pria dan wanita.
Kalau berwisata ke Candi Cetho, sebelum Anda masuk ke komplek candi, Anda harus memakai kain poleng. Kain ini adalah kain yang digunakan di pinggang. Miriplah dengan beberapa tempat wisata di Bali yang mengharuskan pengunjung menggunakan kain dengan motif kotak-kotak hitam putih seperti papan catur ini. Aturan ini nggak sembarangan. Sudah pasti ada filosofinya.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa candi ini juga merupakan tempat peribadatan umat Hindu. Pengunjung harus menggunakan kain ini, karena Candi Cetho jadi tempat suci untuk umat Hindu. Sama persis deh seperti yang ada di Bali.
Selain sebagai tempat ibadah umat Hindu, Candi Cetho ini juga sebagai salah satu jalur pendakian Gunung Lawu. Jika Anda menggunakan jalur ini untuk sampai di puncak Lawu, maka Anda akan menempuh jarak yang lebih jauh dan panjang. Butuh waktu minimal 10 jam untuk sampai ke puncak via Candi Cetho. Lumayan juga, sih. Tetapi nggak ada salahnya kalau sekali-sekali mencoba untuk lewat Candi Cetho.
Lama pendakian melalui jalur candi ini dikarenakan medan yang lebih berat, seperti medan yang terjal, cekungan-cekungan, berkabut, dan jurang yang curam. Tak hanya itu, jalur ini juga dikenal sangat angker. Banyak pendaki yang percaya bahwa jalur ini merupakan jalur perlintasan kea lam gaib. Nggak heran kalau Anda lewat jalur ini akan mengalami hal-hal yang lebih aneh dari dua jalur umum, Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang.
Para pendaki menyebutnya dengan pasar setan. Percaya nggak percaya, sih. Kalau menurut fakta, pasar setan tersebut merupakan lahan di lereng Lawu dengan hamparan ilalang dan hembusan angin kencang, sehingga menimbulkan suara seperti suara orang sedang berinteraksi. Tetapi, nggak sedikit juga yang pernah melihat memang ada pasar setan. Entahlah.
Terakhir, Candi Cetho ini merupakan situs peninggalan kerajaan Majapahit. Candi ini dibangun pada abad 15 saat Majapahit mulai meredup. Candi ini dibangun sebagai tempat persinggahan dan pelarian Prabu Brawijaya V ke Gunung Lawu.
Menarik banget, kan misteri-misteri di balik unik dan megahnya Candi Cetho yang ada di lereng Lawu. Meski begitu, wisatawan tetap menjadikan candi ini sebagai situs yang sangat eksotis di dataran Karanganyar.