Dirjen Penguatan Riset Kemenristek DIKTI, Dr. Muhammad Dimyati, mengatakan daya saing Indonesia dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan. Berbagai penelitian yang dijalankan dinilai belum mampu mendorong daya saing bangsa.
“Melakukan riset jangan hanya untuk riest, memuaskan peneliti saja. Namun, harus bisa memberikan kemaslahatan bagi manusia,” tegasnya, Senin (15/5) dalam Forum Nasional I Manajemen Lembaga Penelitian Indonesia yang digelar di Fakultas Kedokteran UGM.
Dimyati berharap peneliti Indonesia dapat melaksanakan riset yang berorientasi pada inovasi dan invensi. Dengan demikian, dapat mendorong peningkatan daya saing bangsa.
“Sebenarnya kalau berbicara tentang inovasi, Indonesia sudah melangkah pada jalur penelitian yang benar. Hanya saja masih kalah cepat dengan banyak negara lain,” paparnya.
Oleh sebab itu, Dimyati menegaskan perlu upaya untuk meningkatkan nilai dari beberapa variabel inovasi termasuk publikasi, kekayaan intelektual dan prototipe industri. Salah satu yang telah dilakukan adalah melakukan penyederhanaan skema pendanaan penelitian untuk meningkatkan pencapaian indikator riset.
“Jumlah publikasi Indonesia saat ini masih berada jauh di bawah Malaysia. Namun, kita optimis dapat mengejar ketertinggalan, bahkan menjadi juara di ASEAN,” tegasnya.
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi publikasi yang cukup besar hingga angka 151 ribu. Hanya saja, potensi ini belum tergali secara optimal. Indonesia saat ini memiliki sekitar 31 ribu lektor kepala (dosen bergelar doktor), 5 ribu guru besar, dan setidaknya 3 ribu peneliti madya.
“Melihat potensi ini bisa mengalahkan Malaysia. Kita lakukan bersama-sama dengan upaya memperbaiki kelembagaan melalui regulasi yang memudahkan peneliti dalam pertanggungjawaban penelitian dan juga meningkatkan pendanaan,” tuturnya.
Sementara itu, Budiadi Prasetiamartati dari Knowledge Sector Initiative menyebutkan rendahnya penelitian di Indonesia salah satunya dikarenakan beban kerja dosen yang cukup besar. Selain diwajibkan meneliti, dosen juga harus melakukan pengajaran dan pengabdian pada masyarakat.
“Pengajaran dan penelitian seyogianya dapat diselaraskan,”harapnya. (Humas UGM/Ika)
Sumber : ugm.ac.id