Kanker bukan hanya menjadi masalah kesehatan, namun juga masalah ekonomi dan sosial yang sangat besar di Indonesia.
Data yang dirilis oleh GLOBOCAN, suatu badan epidemiologi kanker di bawah WHO, pada tahun 2018 disebutkan bahwa kejadian kanker di Indonesia adalah sekitar 350.000 dengan angka kematian lebih dari 200.000 per tahun.
Meski layanan medis untuk deteksi serta penanganan kanker sudah cukup berkembang, masih banyak penderita kanker yang terlambat dalam mendapatkan penanganan yang benar.
“Ada beberapa yang masih menjadi keprihatinan kami para klinisi, yakni keterlambatan penanganan pasien akibat rasa takut periksa dan pengobatan. Masih banyak pasien yang sudah terdiagnosis malah lari ke pengobatan alternatif,” ucap ahli hematologi onkologi medik FK-KMK UGM, dr. Mardiah Suci Hardianti, PhD, SpPD-KHOM, Selasa (4/2).
Ia menyebut bahwa dari berbagai faktor keberhasilan pengobatan kanker, kondisi penyakit saat ditemukan menjadi faktor yang paling utama di samping ketepatan pengobatan yang diberikan serta dukungan baik materi ataupun mental terutama dari keluarga dan orang-orang terdekat pasien.
Terdapat 3 modalitas utama dalam penanganan kanker, yaitu operasi, kemoterapi dan radioterapi, di samping saat ini dikenal beberapa pendekatan lain seperti terapi hormon, terapi target dan imunoterapi, yang kesemuanya dilakukan secara berurutan ataupun bersama-sama oleh sebuah tim dokter kanker yang terdiri dari beberapa bidang disiplin ilmu spesialistik.
Penanganan ini diperlukan karena kanker bukan hanya masalah benjolan, namun juga penyakit yang bersifat sistemik atau dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh sehingga penanganannya memerlukan kerja sama oleh sebuah tim yang berusaha mengatasi kedua hal yang bersifat lokal dan hal yang bersifat sistemik.
Menanggapi beragam pertanyaan terkait terapi alternatif untuk menangani kanker, ia mengungkapkan bahwa kanker tidak bisa ditangani dengan terapi alternatif saja karena kanker bukanlah sesuatu penyakit yang pantas untuk diatasi dengan coba-coba tanpa bukti ilmiah yang pasti.
“Keterlambatan akibat terapi yang coba-coba yang paling fatal adalah keterlambatan saat pasien bertemu dokter untuk menjalani pengobatan secara medis pertama kalinya hingga menimbulkan kesulitan-kesulitan serta tentunya penurunan keberhasilan terapi,” tegas Mardiah.
Ajakan global melawan kanker setiap 4 Februari yang pertama kali digagas oleh IUCC (Union for International Cancer Control) kini menjadi agenda tahunan yang dikenal sebagai World Cancer Day (WCD).
Sepanjang tahun 2019 hingga 2021, tema Hari Kanker Sedunia adalah ”I am and I will” yang mempunyai inti ajakan dan dorongan kepada seluruh kalangan masyarakat karena siapa pun memiliki kesempatan untuk mencegah dan menanggulangi dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kanker bagi diri sendiri maupun orang lain.
Pendidikan atau edukasi perlu diberikan kepada masyarakat untuk melakukan upaya deteksi dini dengan melakukan cek kesehatan secara berkala serta memeriksakan diri segera jika merasa ada sesuatu gejala yang kemungkinan berhubungan dengan kanker.
“Semakin dini kanker ditemukan maka pengobatan akan semakin mudah dan keberhasilan pengobatan akan semakin tinggi. Upaya-upaya deteksi dini menjadi PR bagi kita semua, tidak hanya para pelayan kesehatan dalam masyarakat,” terangnya.
Di samping itu, ia juga menekankan pentingnya pencegahan karena bagaimana pun mencegah lebih baik daripada mengobati. Untuk pencegahan kanker, kita disarankan untuk selalu berusaha melakukan gaya hidup sehat dan melakukan program CERDIK dan PATUH.
CERDIK sendiri merupakan singkatan dari langkah Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup dan Kelola stres. Sedangkan program PATUH meliputi Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet sehat dengan gizi seimbang, Upayakan beraktivitas fisik dengan aman dan Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya.
“Semoga kita masing-masing dapat menjadi bagian dari perjalanan sejarah perang untuk membebaskan dunia dari kanker sesuai dengan peran, fungsi dan kemampuan kita masing-masing. I am and I will!” pungkasnya. (Humas UGM/Gloria)
Sumber : https://ugm.ac.id/id/berita/18982-deteksi-dini-dan-penanganan-yang-benar-penting-untuk-atasi-kanker