Dijelaskan oleh salah satu anggota tim, Rizka Amelia, setelah diawali dengan pengumpulan esai mengenai “Strategi Pengembangan Panas Bumi Setelah Pandemi”, para peserta terpilih akan diberikan studi kasus yang kemudian dilanjutkan dengan presentasi pada hari perlombaan. “Studi kasus yang diberikan berupa data-data untuk mengembangkan suatu lapangan panas bumi untuk tahap eksplorasi di daerah Banten,” jelasnya.
Lebih lanjut, Mahasiswi Teknik Geofisika ini menjelaskan bahwa data-data yang diberikan mayoritas berupa data 3G (Geofisika, Geologi, dan Geokimia) survey. Pada tahap penyelesaian studi kasus ini, para peserta lomba diharuskan menyajikan informasi mengenai wilayah dengan prospek panas bumi, kapasitas megawatt lapangan panas bumi, strategi pengeboran, perhitungan ekonomi, dan aspek non-teknis seperti perizinan dan aspek sosial.
Untuk menjawab studi kasus ini, tim yang beranggotakan dua Mahasiswa Teknik Geofisika dan satu Mahasiswa Teknik Fisika ini menonjolkan dalam pemilihan well (sumur panas bumi) yang dipakai. Berdasarkan kondisi lapangan panas bumi yang didapat dari data pada studi kasus, mereka menawarkan slim well yang berdiameter kurang dari enam inci untuk melakukan pengeboran di wilayah tersebut.
Mahasiswi tingkat akhir ini mengatakan, metode slim well ini bisa mengebor sumur panas bumi hingga kedalaman 2000 meter. “Dikarenakan ukurannya sangat kecil, metode ini memberi keuntungan dalam hal mobilitas dan infrastruktur yang mempercepat durasi pengeboran eksplorasi panas bumi,” jelasnya
Lebih lanjut, dengan menerapkan slim well tersebut, biaya pengeboran (drilling) dapat dikurangi karena biaya untuk kru pengeboran, rig, penyemenan, cairan pengeboran, casing, dan pipa pada metode ini lebih sedikit. “Penyajian data-data bawah permukaan tanah yang didapat juga lebih detail dari konvensional well pada umumnya,” imbuhnya
Oleh karena itu, penghematan biaya yang cukup besar dalam infrastruktur dan biaya transportasi membuat mereka menilai slim well tersebut cocok untuk eksplorasi panas bumi di Indonesia. Penggunaan metode ini juga diyakini mereka mampu menarik para investor, sehingga panas bumi di Indonesia bisa dimanfaatkan dengan maksimal.
Mahasiswi asal Gresik ini mengakui dalam proses pengerjaan, timnya sempat mengalami kendala dikarenakan mereka bertiga merupakan mahasiswa tahun akhir. “Jadi kami berusaha menyempatkan waktu di tengah tengah pengerjaan tugas akhir,” sambungnya. Selain itu, ia mengatakan ada referensi yang belum mereka pahami, sehingga mereka harus mengkonsultasikannya ke alumni, dosen, dan profesional.
Kedepannya, Rizka dan tim berharap ilmu yang sudah mereka dapat selama perlombaan bisa bermanfaat di dunia kerja mereka. Selain itu, ia juga ingin membagikan ilmu nya untuk adik tingkat sehingga bisa berprestasi lebih banyak lagi. (*)
Reporter: ion28
Redaktur: Fatih Izzah