Logo Eventkampus

Mari Lebih Cerdas Memilih Makanan Bergizi

access_time | label Berita
Bagikan artikel ini
Mari Lebih Cerdas Memilih Makanan Bergizi

Sejak tahun 2019 masyarakat Indonesia menggandrungi jajanan yang terbuat dari tepung tapioka berwarna coklat dan cukup dikenal dengan nama boba. Tak ayal, banyak brand yang menyuguhkan menu makanan dan minuman yang disajikan bersama si bulat imut ini.

Mulai dari bubble milk tea sampai pancake boba, dari restoran sampai pedagang kaki lima. Jajanan satu ini berhasil menarik banyak konsumen hingga menjadikannya sebagai  menu pilihan yang paling banyak dicari. Berdasarkan data yang dihimpun CNBC Indonesia, pada 2018 pertumbuhan penjualan boba tea melalui GrabFood mencapai 31 kali lipat atau 3.000 persen di wilayah  Asia Tenggara.

Sayangnya, bola kenyal favorit banyak orang ini memiliki kandungan gula yang berlebih. Data yang ditunjukkan sebuah penelitian pada jurnal ilmiah Food Science & Nutrition menyebutkan, segelas milk tea dengan boba pearl mengandung 38 gram gula dan 299 kilo kalori. Padahal, menurut American Heart Association, kebutuhan gula tambahan tidak boleh melebihi 150 kilo kalori untuk laki-laki, dan 100 kilo kalori untuk perempuan.

Singkatnya, hal ini menjadi bukti bahwa makanan yang banyak diminati belum tentu memiliki kandungan gizi yang baik. Tentu, tak hanya boba dan jajanan manis saja yang harus diwaspadai. Jajanan yang umum dijual di depan sekolah dengan warna nyentrik, dan harga ramah kantong juga patut dipertanyakan kandungannya. Kontaminasi bahan kimia yang umum ditemukan pada jajanan kaki lima berupa bahan tambahan pangan ilegal seperti boraks, formalin, rhodamin B,dan methanil yellow

Bahan tambahan pangan ilegal menjadi bahan tambahan di jajanan kaki lima karena harganya murah, memberikan penampilan makanan yang menarik untuk mendapatkan warna yang menarik perhatian anak-anak, dan mudah didapat. Pengaruh jangka pendek penggunaan bahan tambahan pangan ini menimbulkan efek samping dengan gejala yang sangat umum. Diantaranya pusing, mual, muntah, diare dan kesulitan buang air besar. 

Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari World Health Organization (WHO) yang mengatur dan mengevaluasi standar bahan tambahan pangan melarang penggunaan bahan kimia tersebut pada makanan. Standar ini kemudian diadopsi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Departemen Kesehatan RI melalui Peraturan Menkes Nomor 722/Menkes/Per/IX/1998. 

Singkat kata, generasi muda Indonesia memerlukan gizi yang baik dan berimbang pada setiap makanannya. Banyaknya jenis jajanan yang mereka konsumsi membuat mereka lupa akan adanya bahaya yang mengintai apabila tidak selektif dalam memilih makanan yang baik untuk tubuh. Memilih makanan murah dengan rasa yang nikmat memang menjadi keharusan bagi kaum perantauan. Namun, harus tetap diimbangi dengan memperhatikan kandungan gizi yang dapat memberikan manfaat bagi tubuh.

Ditulis oleh :
Fatima Az Zahra
Mahasiswa Departemen Teknik Kimia Industri
Angkatan 2019
Reporter ITS Online


Sumber : https://www.its.ac.id/news/2020/02/28/mari-lebih-cerdas-memilih-makanan-bergizi/

Penulis

foto Berita Kampus
Berita Kampus
Namaku Tom, saya akan memberikan informasi/ berita seputar kampus yang ada di Indonesia

Artikel Terkait

ITS Raih Runner Up di Ajang Gemastik 2019
30 Oktober 2019
Kembangkan Beton Ramah Lingkungan untuk Struktur Pelabuhan
10 Februari 2020
Kurangi Pencemaran, Doktor ITS Manfaatkan Fly Ash untuk Perkuat Beton
05 Maret 2020
Sterilisasi Kampus, ITS Semprotkan Disinfektan untuk Perangi Virus Corona
19 Maret 2020
Rawat Kesehatan Mental di Tengah Pandemi
21 April 2020
Mahasiswa ITS Teliti Membran Karbon Penyaring Gas Energi Terbarukan
22 Oktober 2020

Komentar