Rahim merupakan sumber dari berbagai persoalan yang dihadapi perempuan yang memiliki implikasi yang luas dalam penataan sosial. Karena memiliki rahim, perempuan harus menghadapi menstruasi, kehamilan, melahirkan, bahkan menopause. Fakta biologis ini secara langsung membedakan perempuan dengan laki-laki yang bersifat kodrati. Persoalan yang dihadapi perempuan dan laki laki kemudian menjadi sangat berbeda karena alasan laki-laki tidak memiliki rahim.
Adanya rahim ini menyebabkan perempuan memiliki cacat bawaan karena ia membawa serta serangkaian "penyakit" yang diderita kaum perempuan menyebabkan terjadinya histeria yang merupakan gangguan terhadap keseluruhan pengaturan suhu tubuh dalam proses biologisnya. Penyakit semacam ini telah membentuk dikotomi yang tegas antara "penyakit perempuan" dan "penyakit laki laki". Menstruasi merupakan proses biologis yang terkait dengan pencapaian kematangan seks, kesuburan, ketidakhamilan, normalitas, kesehatan tubuh, dan bahkan pembaharuan tubuh itu sendiri. Dalam berbagai proses sosial sifat positif menstruasi yang terkait dengan kesehatan tubuh justru telah diberi makna sebaliknya, yakni sebagai suatu penyakit kaum perem puan karena dinilai mengganggu kesehatan.
Pada saat menstruasi muncul pertama sekali berbagai komentar diberikan kepada seorang yang mengalaminya, seperti "kamu sudah dewasa" atau "kamu sudah bisa punya anak", sebagai pengakuan atas status baru seorang perempuan. Dalam banyak hal menstruasi yang dialami dinilai sebagai suatu penyakit yang datang sebulan sekali yang mengganggu berbagai aktivitas. Pada saat menstruasi terjadi, setiap perempuan diajarkan untuk menerima sifat pasif sebagai kutukan dan tidak bebas seperti biasanya sehingga proses ini digambarkan sebagai suatu periode yang abnormal. Padahal, seperti yang dikatakan Ruth Herschberger, menstruasi tidak lain merupakan tanda dari kesehatan telur dan uterus yang berlanjut dan tanda dari lancamya fungsi hormon seks. Menstruasi sebagai gangguan merupakan fakta sosial yang diterima sehingga berbagai proses sosial kemudian melihat periode menstruasi ini sebagai sesuatu yang merugikan. Seorang yang sedang menstruasi tidak perbolehkan untuk berhubungan badan dan melakukan ibadah.
Tabu menstruasi menurut Freud merupakan cerminan dari sikap masyarakat yang ambivalen terhadap perempuan-perempuan yang mengalami menstruasi dianggap kotor dan terkena kekuatan jahat sehingga perlu dijauhi dan karenanya dapat dimanfaatkan untuk kekuasaan politik. Hal ini seringkali dipelihara secara magis dalam suatu masyarakat sehingga menjadi suatu common sense dan realitas yang baku. Mitos-mitos yang terkait dengan menstruasi ini meliputi :
-Mitos Minum Air Dingin
Banyak orang percaya jika mengonsumsi minuman dingin saat haid bisa menunda datangnya si tamu bulanan, karena darah haid akan membeku “kedinginan” dan dinding rahim mengeras. Padahal faktanya, minuman dingin tidak berpengaruh apapun pada kelancaran atau terhambatnya menstruasi seseorang. Hal ini karena haid berhubungan dengan sistem reproduksi wanita, sedangkan minum dan makan berhubungan dengan sistem pencernaan. Sistem pencernaan dan sistem reproduksi memiliki saluran yang terpisah. Sehingga secara medis, tidak benar bahwa suhu dingin dari air yang diminum dapat membekukan darah dan menyebabkan haid tidak lancar.
-Keramas Saat Haid Penyebab Penyakit Muncul?
Dilarang keramas saat menstruasi adalah mitos belaka. Sebagian orang percaya jika keramas saat menstruasi bisa memicu munculnya penyakit. Padahal, mitos yang satu ini jelas tidak benar. Keramas saat haid justru dapat memberikan sejumlah manfaat baik bagi kesehatan tubuh seperti membuat badan lebih bersih, memperbaiki mood dan suasana hati, meredakan gejala-gejala menstruasi yang menyiksa dan merilexsasikan otot-otot Sebuah informasi kesehatan menyebutkan bahwa wanita yang sedang menstruasi dilarang keramas dikarenakan saat menstruasi pori-pori kepala sedang terbuka, jika keramas nantinya akan memicu timbulnya sakit kepala Dalam Islam sendiri tidak ada larangan atau dalil yang menjelaskan permasalahan tersebut. Bahkan, wanita yang sedang haid juga diperbolehkan memotong rambutnya sebagaimana yang telah dilansir dari berbagai sumber.
-Larangan Naik Gunung Saat Haid
Banyak mitos yang beredar jika Wanita naik gunung saat haid tidak akan bisa sampai puncak, Tetapi Sebagian orang juga bilang bahwa Wanita yang sedang haid naik gunung maka akan diikuti makhluk halus atau penghuni gunung itu. Saat ini belum ada larangan yang menegaskan kalau saat haid tidak boleh naik gunung, Akan tetapi banyak peristiwa pendaki Wanita yang sedang haid, mengalami banyak masalah saat Hiking misalnya sakit perut, nyeri dipinggang, kram, belum lagi jika ada gangguan ghaib.
Sumber : photo @pinterest