Logo Eventkampus

Stres Seringkali Timbul pada Pengguna Narkoba Karena Apa?

access_time | label Lainnya
Bagikan artikel ini
Stres Seringkali Timbul pada Pengguna Narkoba Karena Apa?

Dampak merusak dari narkoba ke tubuh pengguna memang hebat. Tak hanya fisik yang yang ambrol, jiwa pengguna pun dibuat kacau. Stres seringkali timbul pada pengguna narkoba karena otak mereka sudah mulai teracuni bahan-bahan berbahaya tersebut. Mengapa kebanyakan pengguna narkoba mudah stres?

 

Tubuh

dan Stres

 

Tubuh bereaksi terhadap stres dengan mengeluarkan dua jenis

pembawa pesan kimia yaitu hormon dalam darah dan neurotransmiter di otak. Para

ilmuwan percaya bahwa beberapa neurotransmiter mungkin bahan kimia yang sama

atau mirip dengan hormon, tetapi bertindak dalam kapasitas yang berbeda.

 

Beberapa hormon berjalan melalui tubuh, mengubah metabolisme

makanan sehingga otak dan otot memiliki simpanan bahan bakar metabolik yang

cukup untuk aktivitas seperti melawan atau lari, yang membantu orang tersebut

mengatasi sumber stres. Di otak, neurotransmiter memicu emosi, seperti

kecemasan, yang menyebabkan orang tersebut melakukan aktivitas tersebut.

 

Biasanya, hormon stres dilepaskan dalam jumlah kecil sepanjang

hari, tetapi ketika tubuh sedang stres, tingkat hormon ini meningkat secara

dramatis. Pelepasan hormon stres dimulai di otak. Pertama, hormon yang disebut

corticotropin-releasing factor (CRF) dilepaskan dari otak ke dalam darah, yang

membawa CRF ke kelenjar pituitari, yang terletak langsung di bawah otak. Di

sana, CRF merangsang pelepasan hormon lain, adrenocorticotropin (ACTH), yang

pada gilirannya memicu pelepasan hormon lain terutama kortisol dari kelenjar

adrenal.

 

Kortisol bergerak ke seluruh tubuh, membantunya mengatasi stres.

Jika stresornya ringan, ketika kortisol mencapai otak dan kelenjar pituitari,

ia menghambat pelepasan CRF dan ACTH berikutnya, yang kembali ke tingkat

normal. Tetapi jika stresornya kuat, sinyal dari otak untuk pelepasan CRF lebih

banyak mengesampingkan sinyal penghambatan dari kortisol, dan siklus hormon

stres berlanjut.

 

Siklus hormon stres dikendalikan oleh sejumlah bahan kimia

perangsang selain CRF dan ACTH, dan bahan kimia penghambat selain kortisol di

otak dan darah. Di antara bahan kimia penghambat siklus adalah neurotransmitter

yang disebut peptida opioid, yang secara kimiawi mirip dengan obat opiat

seperti heroin dan morfin. Peptida opioid juga dapat menghambat pelepasan CRF

dan neurotransmiter terkait stres lainnya di otak, sehingga menghambat emosi

stres.

 

Kecanduan

Narkoba dan Stres

 

Heroin dan morfin menghambat siklus hormon stres dan kemungkinan

pelepasan neurotransmiter terkait stres, seperti halnya peptida opioid alami.

Jadi, ketika orang menggunakan heroin atau morfin, obat-obatan tersebut

menambah penghambatan yang sudah disediakan oleh peptida opioid. Ini mungkin

menjadi alasan utama mengapa orang senang menggunakan heroin atau morfin.

Setiap orang memiliki hal-hal dalam hidup yang benar-benar mengganggu.

Kebanyakan orang mampu mengatasi masalah tersebut, tetapi beberapa orang merasa

sangat sulit untuk mengatasinya.

 

Dalam mencoba obat opiat untuk pertama kalinya, efek stres mungkin

menghilang untuk sementara waktu. Ketika efek narkoba hilang, pecandu

mulai sakau. Penelitian menunjukkan bahwa selama masa sakau itu kadar hormon

stres meningkat dalam darah dan neurotransmiter terkait stres dilepaskan di

otak. Bahan kimia ini memicu emosi yang dirasakan pecandu sebagai hal yang

sangat tidak menyenangkan, menyebabkan pecandu mengonsumsi lebih banyak

narkoba.

 

Karena efek heroin atau morfin hanya bertahan 4 sampai 6 jam,

pecandu sering mengalami sakau tiga atau empat kali sehari. Menghidupkan dan

mematikan sistem stres tubuh secara konstan ini meningkatkan hipersensitivitas.

Kokain pun meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap stres, meskipun dengan cara

yang berbeda. Ketika seorang pecandu kokain mengambil kokain, sistem stres

diaktifkan, sama seperti ketika seorang pecandu opiat mengalami sakau, tetapi

orang tersebut merasakan ini sebagai bagian dari kokain karena kokain juga

merangsang bagian otak yang terlibat dalam merasakan kesenangan. Ketika efek

kokain hilang dan pecandu mengalami sakau, sistem stres diaktifkan kembali.

 

Sumber smarteknologi


Penulis

foto Galih Ega
Galih Ega

Artikel Terkait

3 Gaya hidup utama pembunuh kesehatan mental
19 Juli 2018

Komentar