Hasil kerja keras tim UKTK terbayarkan dengan hasil yang memuaskan pada kategori Tari Kreasi Tradisional. Martanti Aji Pangestu, salah satu penari mengatakan, persiapan yang dilakukan oleh UKTK untuk mengikuti ajang ini cukup lama, yaitu sejak liburan semester lalu. “Mulai dari koreografi, kostum, konsep, hingga gerakan penari supaya luwes dan tidak kaku,” ujarnya.
Awalnya, setiap penari yang dirasa mampu dan bersedia untuk menarikan Larung Sajen diseleksi dengan baik. Setelah melalui proses persiapan yang panjang, mereka akhirnya dapat mengirimkan video tari Larung Sajen terbaiknya untuk diseleksi oleh panitia lomba. “Tak disangka kami berhasil lolos seleksi dan berkesempatan untuk menampilkan tarian kami langsung pada tahap akhir,” ungkap Martanti.
Uniknya tarian ini merupakan garapan asli UKTK tanpa pelatih. Anggota angkatan 2015 dan 2016 yang berperan menciptakan tarian ini. Sedangkan untuk lagunya, dibuat oleh karawitan UKTK. “Larung Sajen ini benar-benar digarap sendiri oleh UKTK sekitar dua tahun lalu, jadi kami menarikan ulang untuk lomba ini,” jelas Martanti.
Dipaparkan Miranti, tari ini bercerita tentang pengkhianatan Dewi Kilisuci yang tidak mau menepati janjinya untuk menikah dengan Jatasura. Akibatnya, kemarahan Jatasura membuatnya mengeluarkan sumpah serapah berisi kutukan. “Oleh sebab itu, Dewi Kilisuci mengajak masyarakat menghanyutkan sajen di Gunung Kelud,” ucapnya menjelaskan tradisi yang masih dilakukan masyrakat saat ini.
Baik penari maupun tim UKTK lain tidak pernah menyangka meraih juara pertama pada lomba ini. Tambahnya, kerja keras ini terbayarkan dengan hasil memuaskan. “Pastinya kami akan terus mengembangkan kemampuan lagi agar lebih banyak prestasi yang UKTK dapatkan di ajang yang lebih besar,” pungkasnya. (meg/hen)
Sumber : https://www.its.ac.id/news/2019/12/12/tari-larung-sajen-bawa-uktk-juara-art-festival-competition/