Logo Eventkampus

Pakar UGM: Waspada Hubungan Toxic di Kalangan Remaja

access_time | label Berita
Bagikan artikel ini
Pakar UGM: Waspada Hubungan Toxic di Kalangan Remaja

Anak usia remaja tidak jarang terjebak dalam hubungan yang tidak sehat atau toxic relationship, baik dengan sahabat, pacar, saudara, maupun orang tua dan lingkungannya.

Hubungan yang bermasalah ini perlu diwaspadai dan ditangani karena bisa menguras waktu dan pikiran, dan akan berpengaruh buruk bagi kesehatan, baik fisik atau mental, serta memengaruhi kemampuan belajar dan interaksi sosial remaja.

“Akibatnya bisa cemas, stres, insecure, beberapa mengalami trauma. Kalau tidak muncul di cemas dan stres bisa kesehatan mental dan pikirannya terganggu, tidak bisa konsentrasi belajar, dan ada gangguan dalam kehidupan sehari-hari,” terang Ketua Departemen Perilaku, Kesehatan Lingkungan, dan Kedokteran Sosial FKKMK UGM, Prof. Dra. Raden Ajeng Yayi Suryo Prabandari, Msi., PhD.

Hal ini ia sampaikan dalam webinar yang diselenggarakan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Jumat (26/3), bertajuk “Toxic Relationship: Hindari Hubungan Bermasalah di Kalangan Remaja”.

Kegiatan ini merupakan salah satu program penyuluhan FK-KMK UGM untuk kalangan remaja, mahasiswa, guru, dan orang tua, mengenai bagaimana mencegah dan menghindari hubungan bermasalah, dan merupakan salah satu rangkaian acara peringatan Dies Natalis dan lustrum FK-KMK UGM dalam forum Annual Scientific Meeting (ASM) 2021.

Dalam webinar ini, Yayi menjelaskan sejumlah ciri perilaku toxic, di antaranya terus mengkritik, menghindari hubungan emosional dengan orang lain, serta menyembunyikan masalah.

Di dalam pola hubungan yang toxic, biasanya terdapat komunikasi yang kurang baik baik, dan pihak-pihak yang berada dalam hubungan tersebut tidak menjadi diri sendiri dan bahkan bisa merasa tertekan.

Karena itu, jelasnya, terdapat tujuh tanda yang perlu diwaspadai dalam suatu pola hubungan. Tanda tersebut meliputi komentar berbasis gender, komentar negatif terhadap penampilan atau pemahaman, agresi verbal, pembatasan bergaul, serta sikap protektif yang berlebihan.

Tanda lainnya adalah komentar, kritik, atau candaan terhadap teman atau pasangan di depan publik, serta ancaman jika memutuskan pertemanan atau relasi pacaran.

“Ini adalah tanda-tanda yang harus diwaspadai, yang bisa mengarah kepada perilaku toxic,” paparnya.

Dalam kesenpatan yang sama, pengajar FK-KMK, Fitrina M. Kusumaningrum, SKM., MPH, menyebutkan sejumlah pencegahan yang dapat dilakukan, terutama dalam relasi pacaran di kalangan remaja.

Remaja, terangnya, perlu memiliki pemahaman terkait hubungan yang sehat, mampu membuat keputusan dengan sehat, dan mempelajari cara komunikasi yang sehat.

Selain itu, remaja perlu mengenalkan pasangan kepada orang tua untuk memunculkan rasa tanggung jawab pasangan, menetapkan batasan dalam hubungan, dan bersikap asertif.

“Asertif ini penting dalam hubungan. Ketika batasan sudah dilanggar, kita harus bisa berkata tidak,” ungkapnya.

Bagi orang tua dan keluarga, hal yang dapat dilakukan adalah menguatkan hubungan dengan anak dengan memberi perhatian dan waktu yang lebih, serta memberi apresiasi terhadap hal-hal positif yang dilakukan oleh anak.

Orang tua juga perlu menjalin komunikasi yang terbuka dengan anak, belajar mendengarkan, memahami, dan menghormati pendapat anak, serta mendiskusikan hubungan yang sehat dengan anak.

 

Penulis: Gloria



Sumber : https://ugm.ac.id/id/berita/20943-pakar-ugm-waspada-hubungan-toxic-di-kalangan-remaja

Penulis

foto Berita Kampus
Berita Kampus
Namaku Tom, saya akan memberikan informasi/ berita seputar kampus yang ada di Indonesia

Artikel Terkait

KKN UGM Garap Penguatan Desa Tangguh Bencana di Lombok Utara
07 Juli 2020
UGM Berikan Pelatihan Budi Daya Wader Pari Pada Warga Karangmojo Bantul
24 Agustus 2020
Perluasan Manfaat Nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta
03 September 2020
Geography, Sociology, Business & Management Studies Terbaik di Indonesia: Capaian UGM dalam QS WUR by Subject 2021
05 Maret 2021
Sekolah Tatap Muka Lebih Menguntungkan
22 Maret 2021
Epilepsi Tidak Menular dan Bisa Disembuhkan
09 April 2021

Komentar