Mitos di Balik Lagu “Resah” Payung Teduh
Payung Teduh lahir dari dua orang sahabat yang berprofesi sebagai pemusik di Teater Pagupon yang senang nongkrong bersama di kantin FIB (Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, mereka adalah Is dan Comi yang senang bermain musik bersama di kantin, selasar gedung kampus, tepi danau hingga event – event di luar kampus. Secara tidak sadar kebersamaan mereka dalam bermain musik telah menguatkan karakter bermusik mereka dan telah disadari bagi orang-orang sekitar yang sering menyaksikan mereka bermain musik bersama.
Muncul dari album kedua mereka, “Dunia Batas” lagu Resah ternyata mempunyai segudang cerita yang mendalam di balik lirik-liriknya. Salah satu personil Payung Teduh, Aziz Kariko atau “Comi” yang juga seorang dosen, menceritakan itu kepada mahasiswanya.
Semuanya bermula pada pengalaman Comi saat hiking. Dia hiking bersama teman-temannya. Ada satu teman laki-lakinya yang curhat kalau dia sedang dilanda masalah cinta. Di tengah perjalanan, temannya itu hilang. Semuanya mencari. Karena kesusahan mencarinya dan tidak ketemu-ketemu, akhirnya mereka memutuskan untuk menunggu di pos selanjutnya. Karena Lama tidak datang-datang,akhirnya mereka mencarinya kembali. Setelah ditemukan, temannya yang hilang itu sudah tidak bernyawa dengan gantung diri di atas pohon. Ternyata, di kantung bajunya tertinggal kertas yang berisi puisi. Nah, penggalan puisi itu kemudian dimasukkan ke lirik lagu Resah
“Aku ingin berjalan bersamamu dalam hujan dan malam gelap”
Coba fokus pada dua kata “hujan” dan “malam gelap”. mungkinkah kalian akan pergi saat hujan dan malam gelap? Kemungkinannya sangat kecil. Malam minggu hujan aja pada bingung. Apalagi kalo malem-malem. Kata “malam gelap” pada kalimat ini lebih mengarah pada dunia yang lain. Bukan dunia kita. Nahloh, gimana tuh?
“Tapi aku tak bisa melihat matamu”
Besar kemungkinan maksud dari kalimat ini adalah tidak bisa bertemu dengan orang itu karena sudah berbeda dunia. Sudah tidak bisa lagi melihat matanya.
“Aku ingin berdua denganmu di antara daun gugur”
Disini kita mencoba berimajinasi. Anggap saja pohon itu adalah kehidupan, daun adalah nyawa. Sedangkan ‘gugur’ adalah kematian. Dengan begitu ‘daun gugur’ bisa diartikan kematian seseorang. Sekarang sudah sangat jelas, sang penulis puisi yang sedang ada problematika cinta besar adanya adalah ditinggal mati sang kekasih. Maksud dari kalimat ini adalah masih ingin berdua dengan sang kekasih di dunia antara kematian dan kehidupan. Di antara daun gugur.
“Aku ingin berdua denganmu tapi aku hanya melihat keresahanmu”
Langsung saja, mungkin maksud dari kalimat ini adalah sang kekasih yang sebenarnya juga masih ingin berdua dengannya tetapi sadar mereka sudah berbeda dunia. Hanya resah yang tercipta. Resah antara ingin bertemu tetapi kenyataan tidak memperbolehkan mereka bertemu.
“Aku menunggu dengan sabar di atas sini melayang-layang”
Melayang-layang disini berarti tidak menapak pada tanah. cara itu adalah dengan bunuh diri. Dengan adanya kata “melayang-layang” yang berarti cara bunuh dirinya dengan cara gantung diri. Jika kita benar-benar mencintai seseorang, kita akan melakukan hal bodoh sekalipun untuknya.
“Tergoyang angin menantikan tubuh itu”
Melayang-layang tergoyang angin. Mungkin jiwa yang telah lepas dari dirinya tergoyang angin di atas sana menantikan tubuh sang kekasih untuk bisa bertemu kembali. Untuk kali ini, di dunia yang sama.
lagu nya memang terdengar romantis meskipun lirik nya membuat sedikit merinding, tapi biar bagaimanapun semua itu tergantung pada bagaimana kita menikmati lagu tersebut.