Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI siap menjembatani terbangunnya konsep kolaborasi antara akademisi, swasta, pemerintah, dan masyarakat dalam rangka pemanfaatan hasil riset untuk mendukung kemandirian pangan nasional. Hal tersebut disampaikan oleh Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti RI, Dr. Ir. Jumain Appe, M.Si dalam acara Forum Industri Pangan dengan tajuk “Kolaborasi Pemanfaatan Hasil Riset dalam Rangka Mendukung Kemandirian Pangan Nasional". Acara digelar di IPB International Convention Center (IICC) Bogor, (24/5). Dr. Jumain mengatakan acara ini penting, mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia bergerak di bidang pertanian dan peternakan. Namun, terangnya, sebagai negara agraris kita belum mandiri dalam bidang pangan. “Ini menjadi perhatian penting bagaimana agar menjadi negara mandiri,” ujarnya. Dikatakannya, kita memiliki lebih dari 4.000 perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, kita juga memiliki pasar yang cukup besar, satu satunya yang belum terpenuhi adalah produk yang berdaya saing tinggi, market size, sehingga produk dipenuhi produk luar negeri. “Potensi peluang cukup besar mengembangkan industri pangan yang cukup kuat, bagaimana melawan dan dapat memasuki pasar, tentu harus punya kemampuan daya saing. Terkait daya saing di level dunia Indonesia berada di nomor urut 41 di bawah negara-negara Asia. Upaya kita adalah bagaimana mengembangkan sumberdaya manusia dan inovasi. Bagaimana kekuatan ini kita padukan, tidak jalan sendiri-sendiri,” katanya. Hal senada disampaikan oleh Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), bahwa pola pengelolaan sumberdaya alam (SDA) untuk produksi pangan seperti pertanian, peternakan, dan perikanan di Indonesia saat ini tidak hanya mengandalkan pola-pola lama yang minim sentuhan teknologi dan inovasi dalam implementasinya. Hasil riset yang sesuai dengan kebutuhan pasar sangat diperlukan untuk proses transformasi pertanian yang saat ini mulai memasuki era generasi keempat (Agriculture/Farming 4.0). Rektor IPB sangat optimis forum ini dapat menghasilkan output sesuai yang diharapkan. Namun disampaikannya bahwa hal ini perlu kerja keras dan sungguh-sungguh. Munculnya inovasi pertanian memerlukan dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak yang dikenal awalnya sebagai triple helix hingga quadro helix, yaitu Academician, Business, dan Government, plus Community (A-B-G-C) yang kemudian berkembang lebih lanjut dengan bantuan media (M) menjadi konsep penta helix. Kolaborasi tersebut dalam hilirisasi hasil riset dan inovasi sangat diperlukan pada semua rantai nilai industri pangan yang terdiri atas produksi (on farm), pengolahan, manufaktur, distribusi/tata niaga dan konsumen. Forum Industri Pangan yang diselenggarakan atas kerjasama Kemenristekdikti RI dengan IPB ini diharapkan dapat memperkuat kemandirian pangan nasional melalui peningkatan kolaborasi berbagai pihak dalam memanfaatkan hasil riset dan inovasi perguruan tinggi dan lembaga riset lainnya. Secara khusus, melalui forum ini diharapkan dapat dipetakan berbagai permasalahan hilirisasi hasil riset/inovasi dan dihasilkan suatu model kolaborasi para pihak yang paling sesuai yang dapat diterapkan pada berbagai model tata kelola Perguruan Tinggi dan lembaga riset lainnya. Proses pertukaran pengetahuan (knowledge exchange) terkait hilirisasi dapat menggunakan konsep “Community of Practices (CoP)” dimana para praktisi terhubung dan saling berkomunikasi dengan lebih intensif baik secara online maupun offline. Dalam forum ini juga dipamerkan produk inovasi dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia dan sejumlah perusahaan. Selain itu juga digelar sesi talkshow dan sharing session.(dh)
Sumber : ipb.ac.id